1 Memulai kisah

"Hidup tidak ada yang mudah, tetapi tidak ada beban yang tidak dapat kita pikul... Kuatlah, karena tidak akan ada yang bisa mengalahkan seorang wanita yang penuh tekad serta ambisi yang tinggi..."

-Wanita Di titik Terendah- 

"Okay Achiera, nanti kita bertemu di alamat yang aku kirim ya, jangan sampai telat!!" kata Kaili mengakhiri pembicaraan kami ditelepon.

Kaili adalah sahabatku sedari kecil, tapi harus terpisah saat kami masuk SMA, dia harus pindah ke ibukota ikut orang tuanya.

Dia membantuku banyak hal, termasuk dalam hal membantuku pergi mencari pekerjaan di kota yang jauh dari tanah kelahiranku.

Kami berjanji bertemu sore ini di rumahnya untuk bertemu orangtuanya, sekalian membahas soal pendaftar pekerjaan kepada Papa-nya yang akan diberikan untukku.

'Di dalam dunia ini, jika pun kau ingin percaya pada seseorang, Kaili adalah orang yang tepat.'

Namaku Achiera Grey, aku berasal dari kota kecil di Negara F ini. Kehidupan keluarga kami sangatlah pas-pasan. Orangtuaku sudah lama meninggal dunia, sejak saat aku dan kedua adikku masih kecil, saking kecilnya, bagaimana pun wajah kedua orang tuaku, aku sudah lupa. 

Adapun yang merawat dan membesarkan kami adalah Nenek yg sudah tua.

Kini umurku sudah 18 tahun, aku baru saja menyelesaikan study akhir sekolah SMA-ku dan aku berencana pergi mencari pekerjaan di ibukota. Sementara tentang mimpiku untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi lagi, kukubur dalam-dalam, karena sudah saatnya bagiku mengambil tugas tanggung jawab sebagai seorang kakak dan juga seorang cucu yang telah dibesarkan dari kecil ini.

Aku tidak ingin lagi membuat nenekku yang sudah tua rentan itu, lelah bekerja seharian di sawah demi kami bertiga.

Aku pergi ke tempat yang Kaili sebutkan. Sebenarnya Kaili berkata akan mengirim supir untuk menjemputku, tetapi aku menolaknya. Aku tidak ingin merepotkan Kaili lebih bnyak lagi.

Aku pergi lebih awal, supaya bisa berjalan kaki menikmati angin sore, ya hitung-hitung menghemat biaya ongkosku.

Sejauh langkah yang telah kujalani, aku merasa ada sosok yang sedang mengikutiku. Aku percepat langkah kaki dan orang itu juga ikut berlari mengejarku. Tanpa berpikir panjang, aku pun berlari sekuat yang kubisa, menjauh dari mereka yang mengejarku.

Dengan nafas yang terengah-engah, aku pergi ke sebuah tempat di mana sejak dari kejauhan aku melihat orang lalu lalang masuk silih berganti.

Sama seperti tadi, tanpa berpikir panjang, aku juga masuk ke tempat itu. Tempat ini sangat ramai juga berisik, aku sungguh merasa sangat tidak nyaman berada di sini.

"Hai nona, ingin bersenang senang, ya? Sini dengan kami saja! Percayalah, kami akan membuatmu merasakan dunia yang sesungguhnya," ucap lelaki hampir paruh baya, mencoba mendekati.

"Maaf Pak, saya ingin pergi. Saya salah tempat," jawabku sopan.

"Pergi? Ha ha ha... Akan sial rasanya jika kau pergi belum berbuat apa-apa," sambung lelaki yang di sampingnya sambil berjalan ingin mendekat ke arahku.

'Gak di jalan, gak di sini, semua para lelaki ini kurang ajar pada perempuan, apakah ibukota seperti ini,' gerutuku dalam hati.

Segera kumerogoh isi tas, mengambil semprotan merica yang diberikan adik lelakiku, sebelum berangkat ke kota besar ini. Aku menyemprotkannya tepat di mata ketiga lelaki hidung belang itu, lalu pergi ingin keluar.

Tanpa sadar, langkahku sudah sampai di depan sebuah pintu lorong, dan suara dari lelaki bar itu membuatku tanpa berpikir panjang masuk ke ruangan itu.

Maklum, di saat gugup terkadang kita akan selalu bertindak tanpa berpikir panjang. 

Prang... !!!

Seketika suara pecahan gelas itu menyadarkan aku dan membuatku melihat disekelilingku.

"Apa-apaan ini Mr. Hans? Saya tidak menyangka bahwa Anda akan mengajak bertemu di tempat seperti ini untuk proyek bisnis kita! Anda berkata tempat ini akan aman, tidak akan ada pengacaunya! Lantas ini apa? Dokumen berharga milikku tertumpah wine, dan saya tidak boleh mentoleransikan hal ini!!!" hardik lelaki gemuk itu sambil menunjuk-nunjuk pria disampingnya itu.

"PERJANJIAN KONTRAK KERJASAMA KITA BATAL!!!" sambung lelaki itu lagi dengan marahnya sambil pergi.

Gleg!!!

Aku menyadari itu adalah kesalahanku. 

"A-ak--aku...," Ucap ku terbata-bata.

"Diiiiiaaaaammmmmmmm....!!!" lelaki itu berteriak sebelum aku menyelesaikan perkataanku.

Aku berdiri gemetar mendengar suara pria tersebut, mulutku ingin berbicara tetapi tak mampu.

avataravatar
Next chapter