1 Memenangkan Lelang

"Lepaskan! Mom, why are you doing this to me?" Amanda mencoba melepaskan diri dari dua pria besar yang terus menariknya keluar rumah.

Wanita yang Amanda panggil Mommy tersenyum sinis mendengar pertanyaan putri dari mendiang suaminya.

"Kenapa? Tentu saja karena aku membutuhkan banyak uang dan hanya KAU yang bisa memberikannya padaku!" Wanita paruh baya itu berteriak sambil mengikuti Amanda yang terus terseret keluar.

Mata Amanda membola. Baru kemarin ia memakamkan ayahnya, kini wanita yang selalu menunjukkan perhatian padanya berubah menjadi iblis.

"Kau iblis! Lepaskan aku!" Amanda masih meronta. Tetapi tubuh kecilnya bukan tandingan pria berbadan besar di kanan dan kirinya.

"Kau mau tahu berapa hargamu?" Wanita itu memberikan seringai liciknya. "Dua juta dolar. Tidak terlalu buruk untuk mengganti tahun-tahun membosankan yang aku habiskan untuk merawatmu." Wanita itu tertawa.

"KAU BIADAB!" Amanda berteriak. "Let me go! You bastard!" Amanda memaki pria-pria yang terus menarikan menuju mobil Van hitam yang ada di halaman rumah.

Amanda semakin ketakutan. Ia punya firasat setelah masuk ke dalam mobil tu, ia tidak akan bisa keluar lagi.

Seorang pria lain memberikan amplop coklat pada ibu tirinya. Amanda yakin itu dua juta dolar yang tadi wanita sialan itu sebutkan.

Hati teriris, rasanya begitu sakit mengetahui siapa ibu sambungnya. Padahal selama ini Amanda selalu menganggap wanita itu seperti ibu kandungnya sendiri.

"Kau akan menerima balasannya! Aku pasti akan membalasmu!"

"Bla bla bla, ya… ya… ya… kau bisa mengatakan apapun, Manda. Tetapi setelah pengusaha Dubai membelimu, menjadikan kau selir di haremnya, aku rasa kita tidak akan pernah bertemu lagi." Wanita itu kembali tertawa.

Amanda semakin ketakutan. Hal-hal buruk melintas di pikirannya. Selir? Hareem? Amanda membayangkan dirinya menjadi simpanan seorang lelaki tua yang harus akan penuntasan hasrat.

"No! Please! Aku mohon lepaskan aku!" Suara Amanda yang tadinya berteriak penuh amarah kini berubah mengiba, memohon untuk dilepaskan.

Pintu mobil dibuka, dia pria itu dengan mudah mengangkat Amanda dan melemparkan gadis malang itu masuk ke dalam mobil.

Amanda belum menyerah, gadis 20 tahun itu masih berusaha keluar dari mobil tetapi lagi-lagi usahanya gagal.

Salah seorang pria menarik tangan Amanda. Mengikat kencang di atas sikunya lalu mengeluarkan jarum suntik.

"Apa yang mau kau lakukan?" Amanda mencoba menarik tangannya tetapi pria itu menahan dengan kencang.

"Relax baby, ini tidak akan sakit justru akan membuatmu melayang." Pria itu baru saja selesai mengisi cairan ke dalam alat suntik kecil.

Entah apa isinya tetapi Amanda yakin bukan sesuatu yang baik.

Amanda meringis saat ujung jarum menembus kulitnya. Ia bisa merasakan cairan dari suntikan berpindah ke dalam tubuhnya.

Tak perlu menunggu lama, Amanda bisa merasakan efek dari obat itu.

Kepalanya berputar, tubuhnya lemas seakan tidak memiliki tenaga.

"Apa yang kalian berikan padaku?" ucap Amanda samar-samar karena setelah itu iya tidak lagi bisa mengingat apa yang terjadi. Tubuhnya bergerak sendiri tanpa bisa dikendalikan lagi.

****

"Kau yakin dia ada disana?" seorang pria berwajah dingin tanpa ekspresi duduk di kabin belakang mobil SUV memandang keluar jendela jalanan California yang sedang diguyur hujan.

"Sumberku mengatakan demikian, Maste." Sang sopir pribadi sekaligus tangan kanan Ansel Lynch menjawab dengan yakin.

Bersama dengan Ansel tidak boleh ada keraguan sedikitpun.

Tidak ada kata 'saya rasa, semoga saja, aku harap begitu' di kamus pemimpin The Rebels ini.

Mereka sedang menuju ke pelabuhan untuk menyerang musuh dari The Rebels. Informasinya, pria ini mengikuti pelelangan gadis yang dilakukan di pelabuhan.

Sebuah kontainer yang telah dialih fungsinya untuk tempat transaksi jual beli wanita adalah tempat tujuan Ansel.

Dari luar itu hanya kotak besi biasa tetapi di dalam, kontainer itu bak lobi hotel bintang lima dengan hanya sofa, wine mahal dan juga kudapan kelas atas.

Sebuah kotak kaca terdapat di atas panggung yang akan menjadi tempat pertunjukan untuk wanita yang akan dijual oleh komplotan ini.

Mata elang Ansel mengedar mencari musuhnya. Orang yang sudah berani memperkosa dan. Membunuh adik satu-satunya.

Seorang lelaki tua duduk di sofa di seberang Ansel. Gigi Ansel menggertak, tangannya mengepal siap melampiaskan amarah. Tetapi ia tahu, ia tidak bisa menyerang tua Bangka itu disini.

Jadi Ansel akan menunggu waktu yang tepat.

Satu per satu wanita diperdagangkan. Dimasukkan ke dalam kotak kaca agar bisa dilihat oleh seluruh pembeli.

"Save for the last! Wanita ini sangat istimewa karena dia belum pernah tersentuh. Dan kami jamin itu!"

Satu wanita lagi di masukkan ke dalam kotak kaca. Hanya menggunakan penutup dada dan kain segitiga yang menutupi bagian sensitifnya.

Wanita itu sedang dalam pengaruh obat. Ansel bisa melihat itu.

Para peserta lelang mulai memberikan harga terbaiknya. Wanita perawan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada wanita-wanita sebelumnya.

Ansel yang terkenal dingin sebenarnya sama sekali tidak tertarik dengan acara seperti ini. Menurutnya wanita di dunia ini semuanya sama kecuali adiknya.

Mereka manipulatif, maunya sendiri dan egois.

Perhatian Ansel mulai teralihkan saat musuhnya ikut memberikan harga.

Satu hal yang Ansel pikirkan, pria itu tidak boleh menang termasuk dalam lelang ini.

Ansel ikut memberikan harga. Harganya selalu lebih tinggi dari pria itu. Tekadnya hanya satu mengalahkan musuhnya tidak peduli sebanyak apa uang yang ia habiskan.

"Satu juta dolar satu! Satu juta dolar dua! Satu juta dolar tiga! Sold! Selama Tuan Lynch, anda baru saja memenangkan wanita ini."

Ansel tersenyum penuh kemenangan ke arah musuhnya. Ia meminta tangan kanannya untuk menjemput wanita yang baru saja ia beli.

"Siapa kau?" tanya pria tua yang sedari tadi merasa Ansel sengaja bersaing dengannya.

"Aku orang yang akan menjadi malaikat pencabut nyawamu, Tuan Maxwell. Bersiaplah, karena kehancuranmu sudah dekat."

Ansel yang bicara tanpa ekspresi membuat siapapun kawan bicaranya menjadi ketakutan tidak terkecuali Tuan Maxwell.

Setelah mengatakan itu, Ansel pergi meninggalkan musuh besarnya itu menuju mobil menunggu asisten dan juga wanita yang baru saja ia beli.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya pintu mobil Ansel terbuka. Sang Asisten memapah wanita yang masih dalam pengaruh obat. Wanita itu meracau tidak karuan.

Jujur saja saat melihat wanita beliannya, gairah kelaki-lakian Ansel bangkit setelah tertidur sekian lama.

Tubuh Amanda begitu menarik perhatiannya. Kulit putih mulus milik wanita itu membuat Ansel tak sabar ingin mencicipi budak barunya.

Ansel tersenyum sinis lalu berujar, "Welcome to hell, Miss Miller."

Amanda yang masih belum sadar sepenuhnya, menatap sayu ke arah Ansel.

"Siapa kau? Siapapun kau, aku tidak peduli. Terima kasih sudah menyelamatkanku," ucapnya. Amanda tidak sadar sebentar lagi ia akan masuk ke istana penderitaan.

avataravatar
Next chapter