12 12-

'anak pintar', bisikan itu kembali terdengar.

'Vi? Lavi? Bangun Vi!', samar-samar suara terdengar, Lavi masih mengumpulkan fokus diri hingga dimana ia terlonjak halus karena sentuhan ringan di pipi.

'Vi? Woi? Lu sadar kan?'

'Vi hiks, bangun Vi'

"Eunghh", lenguhan nya terdengar.

"Vi !! Lavi !! Lo bangun Vi !", Teriak putri.

Rachel segera memeluk sahabatnya dengan tangis dan kedua bahu yang bergetar hebat, "hiks maafin gue Vi, hiks. Maafin gue", pelukan erat dengan tubuh bergetar membuat Lavi sadar sepenuhnya.

Ia sekarang berada di ruangan medis Keluarga nya, ia menatap sekitar dengan lamban.

Kepala nya masih terasa sangat sakit, seperti semua tusukan jarum mengarah ke kepalanya. Menghasilkan lenguhan panjang dan desisan terdengar.

Firda,putri, dan Rachel terlihat sedari tadi. Dokter keluarga nya pun tak luput dari helaan nafas lega ketika melihat kelopak mata Lavi terbuka secara perlahan.

"Abis ini jangan buat dia mikir keras dulu, mental nya lagi tergoncang, nanti saya panggil psikiater untuk membantu Lavi biar mental nya kembali stabil."

Firda hanya mengangguk, memberi ruang untuk kedua sahabatnya agar lebih leluasa memberi support manis kepada Lavi.

"Baik dok, kabari saya nanti untuk Konsul ke prikiater dan kontrol lebih cepat."

Dokter tersebut hanya mengangguk ringan, meninggalkan ruangan dengan perlahan seraya membawa tas obat-obatnya.

Firda bergegas mendekat, "gimana Vi? Keadaan Lo? Dah baikan?"

"Shh, sakit.", Lenguhan kembali terdengar.

"Udah Vi, istirahat dulu, jangan dipaksain", Rachel memaksa.

"Eungh, kenapa bisa disini?", Pertanyaan lemah tersebut ditangkap oleh Indra pendengaran putri.

"Lo pingsan Vi, di kamar. Gelas disamping nakas pecah, tapi sisanya udah di rapiin, udah ya? Istirahat dulu", putri dengan jiwa keibuan nya menaikkan selimut sebatas bahu sahabatnya dan tersenyum tipis.

"Maafin gua ya Vi", terlihat, Rachel dengan raut penyesalan dan wajah sembab sehabis menangis.

Lavi hanya terkekeh pelan, "apasih chel?, Lo ga salah, apa-apaan muka Lo itu? Lucu tau", Lavi kembali terkekeh.

Meskipun Lavi masih terlihat linglung dan menahan sakit kepala nya, respon yang diberikan lumayan membuat ketiga sahabatnya lega.

Mereka asyik membangun topik, tanpa menyadari sesosok lelaki yang berada dibalik bilik pintu medis kediaman keluarga wintara.

"Syukurlah Lo dah sadar Vi", bisik nya pelan.

------------

-TBC-

#alv

avataravatar
Next chapter