1 Part_01

Hutan

Terlihat gadis berambut pirang dan lelaki berambut biru yang sepertinya bermain kejar-kejaran.

"Ayo kejar aku Wilson."ucap gadis yang terus berlari kepada lekaki yang ternyata bernama Wilson.

"Hei, Eville. Jangan jauh-jauh! Di sini berbahaya!" ucap Wilson yang masih terus berlari di belakang gadis bernama Eville itu.

"Oh ayolah! Aku sudah 16 tahun, tidakkah ini cukup menyenangkan untuk dilakukan anak seumuran kita? Waktu liburan kita juga tinggal sedikit, kita harus bersenang-senang.”

“Justru karena itu, akan gawat kalau salah satu dari kita tidak bisa masuk sekolah karena terluka.”

“Oh, jangan berburuk sangka Wil. Kita hati-hati, oke? Dan ini akan cepat selesai jika kamu berhasil menangkapku.”

Eville pov

Senangnya bermain dengan Wilson, temanku yang satu ini memang terlalu serius.

Aku melihat sekeliling, ada banyak pohon besar yang tampak menyeramkan di hutan ini. Huft, haruskah aku berhenti saja? Ini sedikit menakutiku.

"Eville! Hei, berhenti kamu! Kita harus pulang, di sini berbahaya! Aku tidak berbohong, hei!"

Aku menghentikan lariku, mengatur nafas kemudian berbalik ke belakang guna melihat Wilson. Dua menit aku mengerjap, mengucek mata berulang kali hingga tanganku gemetar dan keringat mulai membasahi punggungku.

Tidak ada Wilson sejauh apa pun aku memandang, tidak ada Wilson sejauh apa pun aku berjalan tidak berarah, tidak ada Wilson sekeras apa pun aku berteriak. Tidak ada Wilson di sini. Hanya ada aku dan pohon-pohon yang semakin menyeramkan, juga bayangan tinggi hitam di balik pohon gersang.

Aku terus berlari, berlari, dan berlari hingga kedua kakiku sakit. Rasanya seperti aku berlari di tempat yang sama sebab tidak ada ujung yang kudapatkan. Pipiku mulai basah, aku mengumpat berulang kali, berteriak frustasi ingin mengistirahatkan kaki tapi tidak bisa karena bayangan itu kini berlari mengejar ku dengan pedang ditangannya.

Kaki kananku menubruk akar pohon dengan keras, rasanya sakit juga tapi aku tidak lagi peduli sebab ada hal yang lebih mengerikan. Aku oleng ke jurang yang curam. Semuanya terjadi terlalu cepat, aku tidak sempat meraih apa pun agar tidak jatuh. Aku sengaja memejamkan mata, tidak sanggup melihat bagaimana aku akan mati.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

Karena tidak merasakan apa-apa, aku akhirnya memberanikan diri untuk membuka mata. Orang-orang tidak akan percaya jika aku bercerita tentang apa yang kulihat! Jangankan orang lain, aku saja tidak percaya!

KAKIKU BERADA DUA METER DI ATAS TANAH!!! AKU MELAYANG LALU DENGAN SENDIRINYA TURUN MENYENTUH TANAH SECARA PERLAHAN!!! BAGAIMANA MANA ITU BISA TERJADI, ASTAGA?!

"Eville?! Kamu tidak apa? Bagaimana keadaanmu? Ada yang terluka?"Wilson yang tadinya tidak terlihat sama sekali tahu-tahu sudah menghampiriku, ia juga menepuk pipiku khawatir.

Tiga menit aku terdiam, memperhatikan sekeliling sembari berpikir yang terjadi barusan adalah mimpi. Tapi ketika mendongakkan kepala, aku yakin kami berada di dasar jurang sekarang ini.

"Wil, kamu melihat apa yang terjadi barusan?" Aku menggenggam tangannya erat, detak jantungku berpacu kencang. "A-aku.. aku benar melayang barusan? Itu benar? Kamu melihatnya, Wil?"

Belum juga detak jantungku mereda, tiba-tiba saja beberapa makhluk aneh menyerupai monster yang tingginya hanya selutut muncul.

Wilson menarik tanganku dan tubuhku berada di belakang Wilson. "Kamu tenang saja vill. Aku akan mengurus mereka."

Wilson menatap tajam monster-monster itu lalu entah bagaimana keluar bola api dari tangannya yang langsung membuat satu monster mati.

Petarungan antara Wilson dan monster-monster pun terjadi.

Aku takut, tidak mengerti apa pun. Sempat ku melirik ke belakang dan menemukan satu monster yang berjalan mendekat.

Kulihat lagi kondisi Wilson yang sibuk berhadapan dengan mereka. Dia tidak dapat menolongku.

Monster itu hanya berjarak setengah meter dariku, ia melompat sembari mengangkat cakar panjangnya.

Berpikir aku mungkin tidak akan selamat, segera kupejamkan mata dengan posisi tangan menyilang di depan dada dan telapak tangan menghadap monster. Entah berguna atau tidak, itulah yang kulakukan.

Eville end pov

Wilson pov

Huuh... Kenapa monster itu ingin menyerang kami sih? Apa karena Eville? Lupakan, kalahkan dulu mereka, lagi pula ini cocok juga untuk latihan.

Aku membuat lebih banyak bola api untuk membunuh banyak monster sekaligus dan mereka mati seketika. Semua monster sekarang berubah menjadi abu, dan angin yang cukup kuat terasa di belakangku.

Aku segera membalikkan badan dan menemukan satu monster mati di depan Eville. Angin itu... Itu pasti kekuatan Eville, karena itu dia bisa melayang di udara tadi. Tidak salah lagi. Aku akan memberitahukan ini kepada Paman Thomas dan Bibi Lily.

Aku menggenggam tangan gadis yang lebih muda beberapa bulan dariku itu. "Kamu bisa membuka matamu, Eville. Tidak apa-apa. Monster jelek itu sudah mati."

Eville membuka matanya perlahan, ia menatap sekeliling. "Aku sungguh masih hidup? Astaga, tadi itu apa sih? Mereka monster sungguhan? Bagaimana mereka bisa ada? Dan bisakah kamu jelaskan apa yang terjadi sebelumnya? Bagaimana bisa kamu mendadak hilang, bayangan hitam dengan pedang mengejar ku sampai aku bisa melayang?"dia mengusap wajahnya. "Oke, intinya aku selamat karena kamu sempat menyelamatkanku. Terima kasih, untung ada kamu."

Aku menggeleng, "Aku tidak menyelamatkanmu, aku tidak melakukannya. Kamu menyelamatkan dirimu sendiri, Vill."aku menunjuk monster di dekat Eville yang mulai berubah menjadi debu. "Kamu juga yang membunuhnya.”

Detik pertama kalimat itu keluar dari mulutku, dia hanya mengerjap. Aku menghitung sampai detik ketiga, dan dia menjerit tak percaya. "Hah?! Bagaimana bisa?!"

Dugaanku benar sepenuhnya, dia sama sekali tidak menyadarinya.

"Nanti kujelaskan, ayo kita pulang!"ucapku menggandeng tangan Eville pergi.

Wilson end pov

.

Rumah Eville

Eville dan Wilson sekarang duduk berhadapan dengan Thomas (ayah Eville) dan Lily (ibu Eville).

"Apa yang ingin kalian bicarakan?"tanya Thomas.

"Ceritakan apa yang terjadi di hutan tadi Eville."suruh Wilson.

Eville yang tidak paham situasi serius itu hanya bisa mengangguk kaku dan mulai membuka suara. "Tadi waktu kami pergi ke hutan.. bla.. bla.. bla..."

"Kekuatan Eville memang ada dan telah bangkit, kekuatannya adalah wind controller."ucap Wilson setelah Eville selesai menceritakan kejadian di hutan tadi.

"Kamu yakin Eville yang melakukannya, Wilson?"

Wilson mengangguk mantap. "Aku melihatnya sendiri, aku juga bisa merasakannya."

"Baiklah kalau begitu. Mulai besok kamu akan bersekolah di Vilcathe Academy, Eville. Itu untuk kebaikanmu dan orang lain juga."ucap Thomas serius.

"Wilson juga akan bersekolah di sana untuk menjaga dan membantumu. Tolong ya Wilson..."ucap Lily.

"Tentu saja, Bi. Akan kubantu dan jaga Eville seperti adikku sendiri."ucap Wilson.

Eville mengerjap, "Tunggu, ada apa ini? Kekuatan? Vilcathe Academy? Apa sebenarnya kejadian di hutan tadi? Apa sebenarnya maksud dari yang kalian bicarakan ini? Kenapa aku satu-satunya yang tidak bisa mengerti?"

"Wilson akan menjelaskannya nanti saat perjalanan besok."ucap Thomas.

"Sekarang lebih baik kalian ke kamar masing-masing, siap-siap untuk besok dan istirahat!"suruh Lily.

Eville melongo, "Tidak tidak. Ini bercanda bukan?! Bagaimana dengan sekolahku di sini? Teman-temanku? Aku punya jadwal lomba yang harus ku ikuti sebentar lagi, kita bahkan sudah menyetujuinya dan aku sudah belajar banyak."keluhnya.

"Kami akan mengurusnya hari ini juga, tenang saja. Kamu hanya perlu mengikuti apa yang kami katakan. Dengar Eville, ayah dan ibu juga dengan berat hati membiarkanmu melakukannya tapi ini penting dan harus kita lakukan."ucap Thomas.

"Tapi, aku tidak—"

Wilson menyikut lengannya, "Kamu diam saja, semuanya akan baik-baik saja jika kamu menurut."

Eville akhirnya menghembuskan nafas panjang lalu berdiri dengan menggandeng tangan Wilson yang membuat laki-laki itu juga berdiri.

"Kami ke atas dulu.. Paman, Bibi."ucap Wilson, berjalan mengikuti Eville yang sudah lebih dulu menaiki tangga.

Stasiun

"Kami hanya bisa mengantar kalian sampai di sini, selanjutnya ikuti arahan dari Wilson."ucap Thomas.

"Berhati-hatilah kalian, belajarlah dengan baik, jaga diri dan kesehatan. Kami selalu mendoakan kalian."ucap Lily yang dibalas anggukan dari Wilson.

"Aku akan menjaga diri, tenang saja. Ibu dan ayah juga harus jaga diri dan kesehatan ya!! Jangan lupa untuk menghubungiku!!"ucap Eville memeluk kedua orang tuanya itu.

"Tentu."ucap Lily dan Thomas.

Mereka berpelukan selama 5 menit.

"Sudah waktunya kalian pergi." ucap Lily.

"Kami pergi Paman, Bibi. Terima kasih untuk semuanya.."ucap Wilson membungkuk hormat lalu mendorong koper perlahan, melangkah pergi.

"Baik, kami pergi ibu, ayah. Sampai jumpa lagi.."ucap Eville melambaikan tangan seraya mendorong koper dan menyusul Wilson.

Lily dan Thomas ikut melambaikan tangan melihat putri mereka dan juga anak dari sahabat mereka yang pergi belajar mengendalikan kekuatan.

Eville pov

Sedih rasanya berpisah dengan ibu dan ayah. Tapi ini demi kebaikanku dan orang lain? Hei, apa maksudnya itu? Aku tidak mengerti sama sekali. Kenapa aku mendadak menjadi bodoh, huh?

Kenapa sih aku harus pindah ke Vilcathe Academy? Mendadak lagi. Memang Vilcathe Academy itu sekolah yang seperti apa? Lebih bagus dari sekolahku? Kok aku belum pernah dengar? Dan kenapa mereka bicara tentang kekuatan? Apa yang mereka maksud adalah kekuatan seperti di dunia fantasi? Memang kekuatan itu sungguh ada? Itu tidak masuk akal!!!

Huh.. jangan pikirkan itu Eville lagi. Bisa-bisa kepalamu meledak nanti. Lebih baik menikmati perjalanan ini, jarang-jarang 'kan aku menaiki kereta? Semoga ada hal baik yang menanti ke depannya.

Eville end pov

****

avataravatar
Next chapter