webnovel

End of the Story..?

Jadi...

Disinilah kita, ruang rawat inap...

Liona menangis dengan keras, 3 saudara kembar, kedua orang tua Riri, Aaron, Dimas, ke tujuh abang Liona, dan Avan yang kembali ke sana menahan tangisan

"LO KENAPA SIH?!"

"Li..ini rumah sakit.." balas Vika lembut

Kejadian ini berlalu 2 bulan lebih setelah ulang tahun sekolah, Vika dan Lili sudah melaksanakan UN, dan sekarang mereka sedang berlibur, masalah ulang tahun sekolah, tenang saja, perayaan itu menyenangkan, semuanya bersenang senang, termasuk Vika yang sekarang sedang berada di ruang rawat inap. Orang tua Vika tidak datang saat itu, ketiga abang Vika penggantinya.

Sekarang, ayo kita melihat kebelakang, 1 hari sebelum ini semua terjadi.

"Mau ngapain lo ngajak gua kesini?" tanya Liona saat Vika mengajak nya ke taman ke dua, tepat di depan pohon ajaib itu.

"Gua mau ngasih ini ke lo" balas Vika seraya menyodorkan beberapa kartu, ada 5 kartu sebenarnya.

Liona menatap kartu itu satu persatu, terdapat namanya, kedua orang tua Vika, ke tujuh abangnya, dan ke empat abang Vika, termasuk bang Avan, "Kok ngasih ke gua?" tanya nya

"Gua mau minta tolong sama lo Li, jangan buka surat itu, dan jangan kasih ke siapa siapa selain orang orang yang tertera di surat ini, tunggu sampai waktunya pas, lo boleh ngasih itu ke mereka" nada bicara Vika berubah, ia sangat serius saat ini

"Kapan waktunya?"

"Lo bakal tau nanti, sekarang pulang kuy? Btw tuh surat ga boleh ada yang tau dulu sebelum waktunya"

"Iye dah, gua turutin kemauan lo, kuy pulang"

Liona pulang dengan bang Tae, sementara Vika menatap kepergian mereka berdua, ia mulai menangis, saat itu pula, gerimis datang. Alam memang tau kapan saat yang tepat.

Vika berjalan seraya menunduk, tujuannya sekarang adalah taman, ia ingin duduk di bawah pohon sambil menunggu waktunya, waktu yang diberi tahu malaikat itu padanya

Sementara itu dirumah

"VIKA MANA?!" Elvin berteriak, suaranya memenuhi rumah itu

"GUA GA TAU! DIA BILANG GA MAU DIJEMPUT SETELAH PULANG!" balas Evan yang mulai panik, sekarang hujan mulai menderas diluar

"Gua ga mau tau, cari sampai ketemu" seru Ethan dengan tegas

Mereka setuju, lalu langsung mengambil motor masing masing, Ethan menelepon kedua orang tua mereka terlebih dahulu, sama dengan mereka, keduanya panik dan langsung membeli tiket penerbangan dengan keberangkatan besok pagi

Evan menelepon Aaron, Dimas, Lili dan ke tujuh saudaranya, Lili kaget setengah mati, padahal terakhir kali ketemu saat mereka pulang sekolah.

Sementara Elvin, ia langsung mencari adeknya, panik, kangen, takut, semuanya bercampur menjadi satu dalam hatinya

Beberapa jam berlalu, sudah lewat tengah malam, nihil, ga ada yang menemukan Riri

Evan mengusulkan agar mereka pulang terlebih dahulu, Elvin sempat menolak, namun Ethan memaksanya, mereka semua kembali pulang.

Keesokannya kedua orang tua mereka sampai dan langsung menuju rumah, mereka kembali mencari Vika, namun terhenti begitu mereka mendapat sesuatu, sebuah telepon, dari pihak rumah sakit.

Elvin langsung menancapkan gas, pihak rumah sakit memberi tahu Vika sedang di rawat, kemarin keadaannya sangat kritis, padahal tidak ada luka di sekujur tubuhnya.

Mereka semua sama sama datang, langsung mencari kamar Vika dan memasukinya, mereka melihat Vika yang tersenyum dengan jarum yang ditusuk di tangannya

Dan..disinilah mereka sekarang..

"Kamu kenapa sayang? Kenapa ngilang? Semuanya khawatir-" mama Vika menangkup wajah anaknya, ia tak bisa menahan tangisannya

"Vika ga papa ma" potong Vika, lalu membalasnya dengan tersenyum semanis mungkin

"Lo ngapain kemarin?" tanya Lili dengan menuntut, ia mau Vika menjelaskan semuanya

"Ga adaa, cuma jalan jalan dibawah derasnya hujan, eheheh"

"Ga lucu" balas Aaron

Ruangan itu menjadi hening

"Kenapa bisa sampai kesini? Dokter bilang lo kritis, lo kemana kemarin?" Aaron melemparkan pertanyaan bertubi tubi

"Aku kemarin ke taman, duduk duduk di bawah pohon"

"Ia terus kenapa bisa kritis?!" Aaron kehilangan kesabarannya

"Bang!" tegur Dimas

"Lo kenapa sih dek?" tanya Ethan, ia juga kesal saat ini

"I'm fine, just.."

Hening..

"Gimana kalau kita cerita cerita aja?" usul papa Vika

"Ayo, biar suasana nya ga beku beku amat" balas bang Jin

Mereka semua berusaha mencairkan suasana, malam hari tiba

Seharian ini Tae dan Jungkook yang pergi keluar mencari makanan, namun Riri harus memakan makanan dari rumah sakit, syukurnya bang Avan baik mau ngasih dia ayam sama milkshake.

Sekarang jam 12 malam

"Siap?" El, dia yang berseru

Vika mengangguk terpaksa, "Maaf.."

Saat itu pula, Vika meninggalkan mereka semua untuk selama lamanya, Aaron mendengar kata kata Vika, lalu melihat cewek itu, wajahnya tenang, ia mendekat

"Ada yang aneh.." ia meletakkan jarinya di dahi Vika, seketika itu pula ia pucat, nyaris menangis, ia menekan bel beberapa kali

Dokter memasuki ruangan itu, lalu langsung memeriksa Vika, "Maaf, dia-"

"ENGGAK!" Aaron ga bisa menahan tangisannya, mereka semua terbangun

"Enggak..VIK-!" isakan Aaron memenuhi ruangan

Mereka terlihat bingung, sementara Lili berdiri, mengambil stetoskop dokter itu dengan paksa, lalu mengecek denyut jantung Vika

Matanya membelalak, air matanya menetes, "Gimana sih dok..? Masa pake stetoskop yang rusak, ahahahahha" Lili tertawa paksa

"Maafkan saya.."

Lili menangis tanpa suara, ia menggenggam tangan Vika seerat mungkin, "Jangan lo.." lirihnya pelan

Mereka menatap tak percaya

"Saya permisi" seru dokter itu, ia lalu menutup pintu kamar Riri

"LO JAHAT SAMA GUA! ANJING! LO SENDIRI YANG BILANG MAU SAMA GUA TERUS! LO ANJING BANGET! GUA NYESEL SAHABATAN SAMA LO!" Lili mulai muak

"Li-" panggil Dimas

"APA LAGI?! GUA-"

"Li, cukup" Dimas memeluk Lili dengan erat, "Relain, dia sahabat lo, lo ga boleh nangis, dia sayang sama lo, lo mau dia tenang kan?" Dimas berusaha menghibur Lili, padahal dia sendiri sama saja

"Banyak ya yang sayang sama kamu.." seru El

Vika hanya tertawa kecil melihat mereka, ia menatap Elvin, air matanya mengalir, Vika langsung tersenyum dengan lebar melihat itu, itu pertanda abangnya sayang sama dia

"Gimana lo bisa tau?" suara Elvin menggelegar di ruangan itu, "Ron, gimana lo bisa tau?"

"Gua ga tidur, gua denger dia ngucapin kata maaf, gua langsung cek"

"Bangunin, dia pasti tahan nafas"

Mendengar itu, mama mereka langsung memeluk Elvin

"BANGUNIN GUA BILANG!"

Mereka ga ada yang berani menjawab, di detik itu, dinding pertahanan Elvin runtuh

"Vika sayang, kamu mau apa hm? Mau boba? Abang beliin, ayo bangun" seru Ethan seraya berjalan mendekati Riri

Liona lalu teringat sesuatu, surat itu, mungkin ini saatnya, ia mengeluarkannya, lalu memberikannya ke mereka semua

Surat yang bagus, mereka semua menangis sejadi jadinya. Malam yang buruk, lebih buruk dari sebelumnya, lebih buruk dari segala sesuatu yang telah terjadi, kenapa harus sekarang? Kenapa waktu tidak bisa berhenti? Kenapa harus begini? Tidak adil.

2 hari kemudian, mereka melaksanakan pemakaman, Aaron gak datang, dia masih menentang kenyataan itu, ia mengurung dirinya di kamar

Liona juga demikian, ia masih menangisi Vika, kalau bukan karena surat itu, ia pasti sudah menyusul Vika ke atas sana.

Ia merindukan sahabatnya, sahabat yang membawanya keluar dari kesedihan yang terjadi beberapa tahun lalu.

Awal yang baru, hidup yang baru, mereka semua perlahan bangkit, tidak berusaha melupakan Vika, justru mereka mengingat kenangan kenangan bersamanya.

Well..orang yang sayang sama lo ga akan pernah ngelupain lo, lo ga bakal pernah sendiri di kehidupan ini, mau dia udah beda alam dengan lo, tapi dia bakal tetap ngejagain lo dari atas sana:)

-------------------------------The End-------------------------------