webnovel

Bab 1

Setelah melewati empat jam pelajaran matematika dan ekonomi akhirnya jam istirahat pun tiba. Tanpa membuang waktu lebih lama aku dan Cindy langsung bergegas menuju kantin. Maklum hari ini Cindy belum sarapan, sedangkan aku yang hanya sarapan roti sudah mulai keroncong lagi.

Seperti biasa kantin sekolah kami selalu dipenuhi oleh anak-anak yang kelaparan ataupun mereka yang hanya ingin nongkrong. Selagi Cindy memesan bakso favorit kami, aku mencari meja yang kosong. Cindy pun kembali setelah selesai memesan makanan.

"Lihat deh Man..." ku ikuti arah pandangan Cindy. 

Kerumunan para siswi mengelilingi meja yang berada di tengah area kantin, tempat favorit Victor dan gengnya menghabiskan waktu istirahat mereka merupakan pemandangan sehari-hari di sekolah kami, kecuali saat mereka memilih bermain di lapangan basket tentunya.

"Cewek-cewek itu gk bosen apa ngerubungin Victor mulu, risih gue lihatnya, bikin kantin sumpek aja"

Untungnya kami duduk di meja di sudut belakang jadi tidak sampai harus ikut berdesakan dengan mereka. Tapi tetap saja suara mereka terdengar jelas sampai tiap sudut kantin.

"Lo lupa nih, kalo dulu pernah jadi salah satu cewek dikerumunan itu" 

"Masa sih, Man" jawab Cindy mencoba mengelak dari pernyataanku.

"Gak usah pura-pura lupa deh, dulu lo kan sering banget ngajak gue ke kelasnya Victor cuman buat lihat wajahnya doang, trus lo juga ikutan fans klubnya dia juga kan" aku berkata sambil mengingat kembali masa tahun pertama SMA kami di sekolah ini.

"Kalau inget dulu gue bener-bener ngerasa bego banget tau, bahkan sampe ikutan fans klubnya dia segala, udah kaya ngidolain artis aja" senyum malu Cindy terlihat saat dia mengatakannya.

Aku hanya bisa tertawa mendengar jawaban Cindy.

"Kayanya seru banget nih, lagi ngobrolin apaan sih?" 

Tak lama kemudian Beni, pacar Cindy datang menghampiri kami.

"Itu tuh..." belum selesai aku menjawab pertanyaan Beni, tiba-tiba Cindy menendang kaki ku dari bawah meja. Sepertinya dia tidak ingin Beni tau orang yang sedang jadi bahan obrolan kami. 

"Bukan apa-apa kok, yank"

Beni pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan heran.

Setelah itu makanan pesanan kami datang dan detik berikutnya hanya suara denting piring dan sendok yang terdengar. 

"Eh Manda, Lo udah berapa tahun sih kenal sama Victor?" Pertanyaan Cindy yang tiba-tiba, memecah kesunyian. 

Aku  yang sedikit heran mendengar pertanyaan Cindy pun menjawab "10 tahun, kurang lebih"

"Dan lo juga tetanggaan juga kan sama dia"

"Iya, lo kan juga udah tau dari dulu CIN"

Aku sedikit kesal dengan Cindy yang tadi tidak ingin membicarakan Victor karena ada Beni sekarang justru membahas hubungan dia denganku.

"Kenapa sih yank, tiba-tiba ngomongin Victor sama Amanda" Beni yang sedari tadi diam saja kini mulai ikut menimpali obrolan kami.

"Maksud aku, mereka kan udah temenan dan tetanggaan lama tapi kok gk pernah gitu pulang bareng, main bareng, malah kaya orang yang gk saling kenal, dan sekarang mereka jadi pasangan Ketua dan Wakil OSIS, aneh gk tuh?"

Cindy membicarakan ku seolah aku sedang tidak ada di sana bersama mereka.

"Ya gk ada yang aneh, gue cuman gk begitu deket aja sama dia, trus soal jadi partner Ketua dan Wakil itu cuman..., ah udahlah gk usah dibahas lagi deh!"

Obrolan ini benar-benar membuat ku frustasi. 

"Haa... jangan-jangan lo suka ya sama Victor?"

Pertanyaan tak masuk akal keluar dari bibir Cindy, benar-benar membuat ku ingin segera pergi dari sini sebelum ada obrolan tak masuk akal lainnya.

Dengan tegas akupun menjawab "Gk usah NGACO deh, Cin"

"Emang gk pernah gitu? Lo punya rasa tertarik sama Victor, bener.. gk ada sama sekali?" tanya Cindy lagi, masih meragukan jawabanku.

"Ben kayaknya pacar lo harus ke uks deh, bisa demam tuh karena kebanyakan ngayal" Kemudian aku segera berlari meninggalkan kantin disertai teriakan protes Cindy.

~~~~~~~~

Aku pun terus berlari dan tanpa kusadari langkahku terhenti di depan ruang OSIS yang terbuka. Kulihat ada sosok pria yang kukenal membelakangiku, tanpa sadar aku memanggil namanya.

"Kak Kenan"

Sosok itu berbalik, menampilkan senyum manisnya dan berkata sambil mengangkat tangan kanannya "Hai Manda".

Suaranya dengan lembut menyapa gendang telingaku. Tanpa sadar tubuhku membeku.

"Halo.. Amanda.., kamu gk papakan?" tanya Kak Kenan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

Segera kumpulkan kembali kesadaranku dan berkata "Gk papa kok, kak".

"Syukur deh" jawab Kak Kenan lega.

"Ada perlu apa kak di ruang OSIS"

"Oh ya, tadi aku ke sini mau ngucapin selamat ke Victor sama kamu karena udah dilantik jadi Ketua dan Wakil OSIS, maaf ya baru bisa ngucapin sekarang"

"Makasih kak.., aku tau kok kakak pasti sibuk persiapan UN, jadi kak gk perlu minta maaf"

"Kalau kamu butuh bantuan atau ada hal yang kamu bingung, kamu bisa langsung tanya aja sama kakak, oke?"

"Oke, siap kak" jawabku dengan membuat gerakan hormat.

"Dan satu lagi kalo Victor males-malesan dan kerjanya gk bener, nyusahin kamu, lapor aja sama kakak, biar kakak kasih pelajaran dia".

"Kakak gk perlu khawatir kok, sejauh ini Victor kerjanya lumayan bagus"

"Kamu gk perlu belain Victor gitu di depan kakak, meskipun Victor adik Kakak, kalu dia berbuat salah dia harus bisa bertanggungjawab"

"Jangan terlalu keras lah kak sama Victor, nanti aku pasti ingetin dia kok soal tanggungjawabnya sebagai Ketua OSIS"

"Yaudah kalau gitu kakak balik ke kelas duluan ya"

"Iya kak"

Kak Kenan pun pergi meninggalkan ku sendirian di ruang OSIS.

Buk buk buk

Terdengar barang-barang berjatuhan dari dalam, lalu muncullah sosok yang tadi sempat menjadi bahan perbincangan ku dan Kak Kenan.

"Lo dari tadi di situ Vic, lo denger semuanya?" Dengan bodohnya aku bertanya. 

"Sorry Vic, gue gk bermaksud buat.."

"Udahlah Man, dari dulu juga gk ada yang pernah percaya sama kemampuan gue, selalu dibanding-bandingin sama Kenan, apalagi sekarang gue ngikutin jejak dia jadi ketua OSIS, setiap yang gue lakuin pasti gk ada yang bener"

Dengan jelas ku lihat rasa tidak percaya diri dalam diri Victor, sangat berbanding terbalik dengan apa yang biasa terlihat. Victor yang biasanya penuh percaya diri bahkan disaat terpuruk pun kini lenyap digantikan sosok yang tidak pernah ku kenal.

"Kalau gitu ayo kita buktiin ke mereka, kalau kita mampu dan pantas ada di posisi ini. Kita sama-sama bekerja sama buat jadi Ketua dan Wakil OSIS yang bertanggung jawab. Kita pasti bisa!"

Victor tertawa renyah menanggapi kata-kata ku tadi "Hahahaha.. makasih ya Man, udah mau percaya sama gue"

Senang akhirnya dia bisa tersenyum dan tertawa lagi.

"Ketawa lo" jawabku dengan berpura-pura kesal.

"Habisnya lo ngomong kaya orang lagi orasi"

"Sekarang bukan waktunya ketawa tau, masih ada proker yang belum selesai dibuat, trus nanti habis pulang sekolah jangan lupa ada rapat buat persiapan Bulan Bahasa"

"Woow.. woow.., bis berhenti dulu gk, tiba-tiba banyak banget yang harus gue kerjain"

"Emang banyak! dan lo gk boleh bolos rapat hari ini, gk ada mabar habis pulang sekolah, lo harus mimpin rapat"

"Gk bisa gitu rapatnya diundur dikit, jangan habis pulang sekolah pas"

"Gak bisa, rapat terakhir aja udah molor satu jam lebih gara-gara nungguin lo, yang ditunggu malah asik mabar, dan gue yang kena semprot anak-anak"

"Iya deh" Victor hanya bisa mengiyakan dengan pasrah.

~~~~~~~~

"Manda…, 

"Amanda…"

"Aaamandaa.."

Agenda belajarku di Perpustakaan terganggu karena sebuah teriakan.

"Gue tau lo di sini, ayo cepat keluar, kalau nggak gue bakal terik lagi nih"

Karena tak mau mengganggu penghuni Perpustakaan yang lain akhirnya aku menghampiri pemilik suara itu.

"Shhh Victor ngomongnya gk perlu teriak-teriak, ini perpus tau. Ntar kalau Bu Wati tau udah diomelin lo"

"Gue udah capek nyari lo kemana-mana, tempat ini harapan terakhir gue. Jadi gue mau capek-capek muterin perpus"

"Mau lo apaan sih, yaudah mending kita cari tempat lain aja buat ngobrol"

Kemudian kami berdua pun pergi ke taman belakang dekat perpustakaan. Setelah istirahat beberapa saat akhirnya Victor bersuara.

"Lo udah tau belom, soal pendaftaran calon ketua sama wakil OSIS"

"Udah, kemarin kan udah diumumin internal ke semua anak OSIS"

"Dipemilihan kali ini lo jadi wakil gue ya"

"Tunggu dulu, lo mau nyalonin jadi ketua OSIS"

"Iya, dan lo wakilnya"

"Gk.. gk.., lagian kenapa gk sama Deris aja sih"

"Dia juga nyalonin diri buat jadi ketua OSIS, emang berengsek tu anak"

"Gue gk heran sih, kalo dia juga nyalonin, yang gue heran kenapa lo yang gk pernah serius ikut kegiatan mau nyalonin diri jadi ketua OSIS"

Victor hanya diam saja tidak segera menjawab.

"Sorry Vic, gue gak bisa"

Victor segera menahan lengan ku, mencegahku untuk pergi.

"Plis Man, cuma lo yang bisa bantu gue"

"Lo beneran pengen ikutan nyalonin diri  ya, tapi kenapa? Apa karena bokap lo?"

"Lebih dari itu Man, ini soal pembuktian diri gue, jadi lo mau kan jadi wakil gue "

Melihat Victor yang putus asa, aku pun tak tega.

"Oke deh, tapi ada syaratnya"

"Apa syaratnya?" Tanya Victor kurang antusias.

"Lo harus mau jadi model gambar buat anak-anak seni lukis"

"Ah..dasar, mereka bener-bener gk mau nyerah buat ngejadiin gue model mereka, lo pakek ikutan segala" Victor sepertinya kurang suka dengan syarat yang ku ajukan.

"Ya.. mereka nawarin hal yang gk bisa gue tolak, jadi gimana nih, lo mau gak?" tanyaku memastikan.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Victor menjawab "Oke deh"

"Deal ya?" tanyaku sambil mengulurkan tangan.

"Deal" jawab Victor sambil menggenggam tanganku yang terulur.