webnovel

Perkenalan

"Apa?"

Rifqi memasang wajah bingung, sedangkan Xena mendengus.

"Lupakan—singkatnya, aku murid pindahan," jelas Xena.

Rifqi segera melepas tangannya. Menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menetralkan wajahnya yang memerah dan detak jantungnya yang tak karuan.

"Kalau kamu murid pindahan, kenapa kemari? ruang guru sebelah sana," ucap Rifqi dengan suara sedikit melunak sambil menunjuk ke arah ruang guru.

"Terus kenapa nggak bilang dari awal kamu murid baru?" sambungnya lagi.

"Pernah menyela saat Ibumu berbicara?"

Rifqi mengerutkan kening mendengar ucapan Xena. Namun ia tetap menjawabnya juga.

"Itu mustahil untuk dilakukan," katanya.

"Yap, kasusnya sama— permisi," ujarnya kemudian memilih pergi. Meninggalkan Rifqi yang masih mencoba mencerna.

"Dia membuatku tak bisa berkata-kata," gumam Rifqi.

Melihat ada Dino dan Chandra di sudut, seketika lapangan jadi heboh, secara mereka berdua termasuk Rifqi adalah para cogan SMA Wijaya.

"Pungut sampah di lapangan ini kalian semua!" teriak Rifqi.

Di sisi lain, Xena berjalan santai melewati Dino dan Chandra.

"Anak pindahan, kau marah?" Cegat Dino dengan kakinya ketika xena melewatinya.

"Tidak," jawab Xena datar.

Dino segera menarik kakinya kembali, ia hanya bisa melihat kepergian Xena.

"Din, merasa dingin enggak?" tanya Chandra sambil memeluk lengannya sendiri.

"Kenapa? minta dipeluk?" sahut Dino tanpa mengalihkan pandangannya dari sang gadis yang perlahan mulai menjauh.

"Amit-amit! Aku masih suka cewek! tuh cewek auranya serem dah, tapi unik juga."

"Serem?" Dino menaikan sebelah alisnya bingung. Sambil menatap sahabatnya itu.

"Menurutku sebaliknya, auranya luar biasa, bikin aku tambah tertarik buat deketin dia."

Saat mengatakan itu, ada sebuah lengkungan senyum di wajahnya. Sebuah senyum yang mengandung suatu arti.

"Maksudmu apa, Din?" Chandra benar -benar bingung.

"Gini nih, kalo kau kebanyakaan bolos."

Chandra hanya bisa berekspresi datar mendengar ucapan Dino yang menurutnya tidak nyambung.

"Apa hubungannya Bambang! Kau juga suka bolos!"

"Ga ada sih!"

"Please, intinya aja deh, aku lagi males mikir nih."

"Kayak bisa mikir aja," sindir Dino.

"Ngajak gelut?"

Dino memutar bola matanya malas. Seperti ia harus menjelaskan dengan benar.

"Apa reaksi pertama cewek liat kita?"

"Hmm, jerit-jerit, gemes atau paling tidak senyum-senyum gak karu-" Chandra terdiam, tiba-tiba ia merasa seperti mendapatkan pencerahan.

"Dia kenapa biasa aja liat kita?!" bentak Chandra berteriak.

"Biasa aja! Ga usah teriak!' jawab Dino setengah berteriak kaget.

"Kau juga teriak nyet!" balas Chandra masih teriak.

"Tapi beneran deh, dia kok biasa aja ngeliat kita." sambungnya lagi dengan nada lebih kalem.

"Itu maksudku," sahut Dino

"Apa pesona kita berkurang, ya?" tuding Chandra, berusaha mencari cermin untuk melihat dirinya sendiri, dengan wajah tertekuk.

Dan Dino bersikap masa bodo.

"Tapi, Chan, kok perasaanku gak enak, ya?" icap Dino pelan, sambil mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding.

Benar saja, ketika mereka menoleh, ternyata sudah berbaris murid baru yang minta tanda tangan.

"Kak, Meta duluan!" Teriak seorang gadis berambut pendek maju paling depan.

"Mampus kita." Bisik Chandra pada Dino. sementara yang dibisiki nampak pasrah.

Namun tidak sepenuhnya pasrah.

"Hah, ku kira riwayat kita udah tamat tadi," ujar Chandra ngos-ngosan karena habis berlari menghindari kejaran para hunter cogan.

"Kata-katamu aneh, harusnya tamat riwayat."

"Fokus mulihin nafas, kok malah bahas riwayat."

Ini bukan pertama kalinya mereka mengalami itu, tahun lalu lebih parah, mereka dikejar -kejar oleh kakak kelas dan teman baru.

"Ternyata, jadi orang ganteng susah juga, ya," sambung Dino sambil membenarkan tali sepatunya yang lepas.

Tepat saat itu, Gadis bernama Xena berjalan santai melewatinya. Refleks ia segera berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Dino kebingungan menatap gadis itu.

Tujuan Xena tak lain adalah sebelas Mipa.

"Oi, Cewek hoodie, kau mau kemana?" panggil Chandra ketika Xena hanya melewati mereka.

"Jangan ganggu" jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun.

Chandra bersedekap, disaat yang lain mengejar mereka berdua, gadis itu dengan santainya tak perduli pada mereka. Bahkan mungkin menggangap mereka angin lalu. Benar-benar benar gadis yang unik.

Karena penasaran, Dino pun menghadangnya dengan berdiri di hadapan gadis itu.

Yang secara otomatis membuat Xena harus menghentikan langkahnya. Pandangan kini lurus menatap Dino dengan ekspresi datar.

"Kita belum kenalan, aku Dino," ucapnya memperkenalkan diri dengan senyum ramah, yang mampu melelehkan kaum hawa, sambil mengulurkan tangannya.

Angin berhembus, tudung kepala yang sedari tadi dipakai cewek itu sedikit turun, menampakkan sedikit wajahnya.

Jantung Dino berdebar pelan, perasaan apa ini.

"Minggir!" jawabannya dingin, bukannya membalas uluran tangannya, Xena pun melewatinya begitu saja.

Dino hanya bisa bengong, baru kali ini ada perempuan yang bersikap seperti itu padanya.

Bukan tangan hangat Xena yang menyambutnya, tapi, Chandra yang kasihan melihat temannya itu.

"Sabar bro, ini ujian."

Dino yang selama ini ia kenal, sekarang malah malah mengejar seorang gadis, tapi ditolak terus. Tentu itu membuat sahabatnya ini sedih.

***

Tahun ajaran baru, suasana baru.

Xena berdiri menatap kelas barunya, tak lama, wali kelasnya Miss Veny, sekaligus guru bahasa inggrisnya datang dari arah belakangnya.

"Hei, kamu murid yang ke ruang guru tadi? Maaf, saya baru datang." Guru muda dengan balutan kasual dan rok batas lutut itu tersenyum ramah. Rambut boobnya seakan menambah manis dirinya.

"Ya, Bu."

"Hei, panggil saya miss Veny ok." Ralat Wanita itu.

Xena hanya mengganguk tanda setuju pada ucapan Veny.

Tepat saat guru muda itu masuk, kelas yang awalnya sedikit ribut, tiba-tiba langsung hening. Awalnya mata mereka menatap Veny, guru yang baru berusia 23 tahun itu memang cantik dengan polesan make up tipis,  tapi sekarang, arah pandangnya menuju ke Xena yang mengekori gurunya, yang masih memakai hodinya. Suasana riuh ketika Veny mengatakan ada murid pindahan.

"Silahkan perkenalkan namamu."

"Saya Xena Putri Wijaya, salam kenal."

Singkat jelas dan padat.

"Neng, buka hodinya dong masa di kelas pake hodi" celetuk Rio si tukang rusuh

"Kalau butuh kehangatan sini sama abang," potong Raya si kang gombal.

"Raya! Rio!"

"Maaf Miss."

"Tidak ada yang mau ditanyakan lagi? oke Xena, kamu duduk di samping Mika ya," saran Veny sambil menunjuk ke bangku no 2 di pojok kanan kelas.

Xena mengganguk tanda mengerti, lalu tanpa basa-basi langsung duduk di samping Mika.