webnovel

Citra Buruk

Ini jelas sekali di luar dugaan nya, sebab ia pikir Xena tidak akan mau bergabung dengan mereka, tapi gadis di itu malah memilih duduk di bangku kosong yang berada dekat sama sementara yang lain memandangnya dengan tatapan tak percaya. Termasuk Rifqi.

Iya sebenarnya khawatir dengan pandangan Xena tentang dirinya.

" eh sepertinya aku mengenalmu dekat dengan para gadis ada yang membicarakan tentang mu," ujar salah satu dari mereka kepada Xena.

Send a tahu apa yang berada di situ bicarakan tentang nya itu bukan hal yang mengagetkan terlebih di sekolahnya sebelum ini ya juga kerap kali menjadi bahan pembicaraan.

" jadi yang kau lakukan dengerin cewek-cewek gosip ya?" Sela temannya.

" aku gak sengaja dengar mereka bicara ada di sini, enggak aja aku dibilang suka dengerin gosip emangnya aku cowok apaan" katanya membela diri.

" kamu di bicara yang di situ emangnya kamu nggak papa? laporin aja ke guru kalau merasa nggak suka daripada diem aja kayak gini," ujar Arif.

" aku tahu orang-orang yang banyak bicara tentangku, aku tahu aku memang aneh, jadi tak masalah." sahut Xena santai.

Para pemuda itu saling pandang memahami ucapan send a seperti yang gak di situ memang terlihat sangat santai.

" mau minum ini?" Tanya Alvin menyegarkan minuman bersoda kepada Xena.

" itu apa?" tanya sang gadis dengan wajah dengan wajah datarnya.

" kamu tidak tahu ini? Ini minuman bersoda."

Bisa dibilang sayang emang jarang sekali membeli minum-minuman seperti itu, minuman yang kerap kali ya beli adalah minuman rasa jeruk rasa abel dan n rasa buah-buahan yang lainnya.

Terlebih iya juga tidak punya teman yang bisa membelinya minum-minuman seperti itu.

Senapan lahirnya minumnya dengan hati-hati.

Baginya rasanya terbilang cukup aneh mungkin karena ini pertama kalinya iya minum itu.

" bagaimana enak bukan?" tanya alvin

" rasanya agak aneh kata send a blak-blakan.

" sepertinya gadis ini memiliki bakat untuk bicara 1 ceplas ceplos ujar salah satu dari mereka.

" kalau boleh tahu kamu pindahan dari mana?"

Sinabung menjawab nama sekolahnya sebelum ini, gening mereka bertaruh berusaha untuk menghindari ingat sama itu.

Sampai akhirnya sarah satunya berseru karena tahu tempatnya di mana. Sekolah itu simulasi dalam suatu kota hanya saja aja ke sana sekitar 3 atau empat jam dari sini.

" ngomong-ngomong kenapa kamu pindah?"

Untuk yang ini send a tidak bisa menjawabnya. Tapi karena gadis itu suka bicara yang jujur ya bun mengatakan hal yang seharusnya ia katakan.

" sekolah itu tidak menerima murid aneh sepertiku, jadinya daripada bertahan aku memilih untuk pergi dari sana."

" tapi kau tidak dikeluarkan bukan?"

" apa menurutmu jika kau dikeluarkan aku masih bisa bersekolah di sini?"

Bener juga.

"Lalu kenapa kau mau gabung di sini?"

"Aku lebih suka tempat sepi, ini lebih menenangkan daripada suara-suara di luar sana."

"Kau berujar seolah lebih menyukai kuburan daripada Pasar."

"Hei, perumpamaan macam apa itu." sahut yang lain.

"Bercanda."

"Tapi kurasa kamu gak seaneh itu Xena, mungkin aja kamu agak kesulitan bergaul," ujar Arif kini melirik Rifqi yang sedari tadi hanya diam saja, tumben sekali temannya itu malah jadi pendiam, atau, ia diam karena seseorang.

"Tapi Xena, kamu gak bakalan ngaduin kita ke guru atau satpam sekolah kan?"

tanya Alvin kali ini memastikan, mau bagaimana pun juga mereka tengah keciduk merokok.

"Aku rasa itu bukan urusanku, lagipula aku tidak kenal kalian juga, kecuali dia dan dia," ucapnya menunjuk Rifqi dan Arif.

"Bukan berarti aku akan mengadukan kalian berdua," kata Xena meralat ketika Arif memandanginya dengan seksama.

Agak kaget mereka, sebab Xena tak kenal, tapi itu bisa dibilang hal yang wajar, sebab Xena kan termasuk murid baru juga.

"Kenalin aku Alvin, yang ini namanya Bagus, terus satu lagi Revan."

Xena hanya mengganguk, kenapa tiba-tiba malah diajak kenalan segala.

"Rifqi, kau kenapa sih? kebelet boker?' tanya Alvin kali ini tak bisa diam saja, sudah cukup lama ia melihat Rifqi begitu. Ia malah nampak tak suka ada murid cewek yang gabung.

"Aku lupa tadi disuruh ke ruang pak Dani, aku duluan," ujarnya buru-buru beranjak pergi dari sana.

Membuat yang lain melongo seketika.

"Tapi pak Dani kan gak masuk hari ini, dia izin gegara wisuda putrinya," ujar Revan, ia bukan mengatakan itu tanpa sebab melainkan Dani merupakan wali kelasnya.

Hal ini membuat Arif tersenyum. Tepat seperti dugaannya, bahwasanya kalau Rifqi itu tak enak pada Xena, mungkin karena ia ketahuan merokok, jadi takut Xena berpikiran macam-macam padahal ia sedang berusaha menampilkan citra yang baik. Padahal Arif yakin Xena sendiri tak mempermasalahkan hal ini. Ia tampak santai.