webnovel

UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN

Alara Dewi Renjani adalah seorang perempuan muda yang sudah memiliki tunangan. Dari kecil dia dan tunangannya sudah hidup berdampingan karena kedua orang tua mereka bersahabat tapi sayang tunangan Ara panggilan dari Alara seperti malu jika Ara berada di sampingnya. Ara berkali-kali berjalan mendekati Chen Jierui, pria keturunan China yang sudah dijodohkan dengan dirinya sejak kecil tetapi pria itu tidak berhenti menghinanya di depan umum. Ara selalu menangis jika dia berdiam diri di dalam kamarnya karena Ara tidak pernah membiarkan siapa saja mengetahui kalau dia terluka dengan perlakuan Rui kepadanya. Ara selalu menunjukkan kalau dia bahagia bertunangan sama Rui di deoan siapapun. Wajah cerianya selalu berhasil menutupi rasa sedihnya sehingga tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia rasakan selama ini. Mampukah Ara bertahan dalam lingkaran pertunangan yang membuatnya tidak bahagia? Atau Rui bisa berubah dan mencintai Ara seutuhnya?

kartikawulan · Teen
Not enough ratings
269 Chs

Canggung

Ara bingung akan melakukan apa. Rasa tidak nyaman berada satu ruangan dengan Jie Rui membuatnya gelisah.

"Ayo tidur sini!" Ucap Jie Rui memerintah.

"Aku tidur di sofa saja. Kamu bisa tidur dulu."

"Aku bilang tidur di sini, bukan tidur di sofa. Kamu mau ke sini dengan suka rela atau aku seret?"

Ara cemberut mendengar ancaman Jie Rui. Pria itu benar-benar membuatnya merasa salah tingkah. Mereka baru beberapa hari saling bicara tapi dengan egoisnya, Jie Rui menyuruh Ara tidur di kamar pria itu sekarang.

"Aku jalan sendiri.".

"Bagus."

Jie Rui menyibakkan selimut dan mempersilahkan Ara untuk berbaring di sampingnya. Dengan ragu-ragu Ara merebahkan tubuhnya di samping Jie Rui. Jantung Ara tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat. Harum maskulin khas dari tubuh Jie Rui membuat Ara merasa gugup, otaknya tiba-tiba berhenti dan tidak bisa berpikir jernih.

"Jangan jauh-jauh! Sini!" ucap Jie Rui sambil menarik tubuh Ara semakin mendekat ke arahnya.

Ara tidak bisa lagi menghindari semua hal tentang Jie Rui. Otaknya benar-benar tidak berfungsi saat ini. Tubuh dan bau tubuh Jie Rui seperti racun untuk otaknya sehingga otaknya tidak bisa memikirkan cara untuk menjauh dari tubuh pria itu.

"A- aku sepertinya akan sulit bernafas jika seperti ini," ucap Ara dengan suara lirih.

"Kenapa? Aku tidak menutup lubang hidung kamu, kalau mau bernafas tinggal bernafas saja bukan?"

Ara memejamkan matanya, pasrah. Sepertinya mau dengan alasan apapun, Ara tidak akan bisa keluar dari kamar ini.

"Sekarang mejamkan mata kamu dan tidur. Besok kamu ada kelas pagi bukan?"

Ara mengangguk kaku. Kedua tangan dan kaki Jie Rui mengikat tubuh Ara di dalam dekapan pria itu. Ara tidak pernah membayangkan apa yang terjadi malam ini selama dia menjadi tunangan pria ini.

Sikap dingin Jie Rui membuat Ara terkejut dengan sikap pria itu akhir-akhir ini. Jie Rui menjadi pria yang cukup usil dan menyebalkan membuat Ara harus senam jantung setiap hari karena kelakuan pria ini.

"Pejamkan mata kamu sekarang, jangan melihat aku terus. Aku tahu kalau aku tampan, kamu mau mengucapkan terima kasih karena aku berubah? Sama-sama kalau begitu."

Ara menggulirkan bola matanya mendengar kara-kata Jie Rui yang sangat percaya diri. Sejak kapan pria dingin ini berubah menjadi menyebalkan karena sikapnya yang narsis ini?

Tanpa menyahuti kata-kata Jie Rui, Ara berusaha untuk memejamkan matanya di dalam pelukan Jie Rui. Harum maskulin di tubuh Jie Rui membuat hati Ara tidak tenang. Berkali-kali Ara gagal dalam usahanya untuk tidur tetapi ciuman Jie Rui di kening Ara yang baru saja diberikan Jie Rui mengubah semuanya.

"Sleep well and have a nice dream." Ucap Jie Rui setelah pria ituencium kening Ara.

"Have a nice dreem, too."

***

Jie Rui memandang wajah polos Ara saat gadis itu masih terlelap dalal tidurnya. Semalamanpenuh Ara tidur di lengan Jie Rui sambil memeluk tubuh Jie Rui seperti guling.

Jie Rui tidak menyangka jika Ara sangat manis saat tidur, melihat wajah Ara yang bersih tanpa riasan membuat Jie Rui semakin kagum dengan Ara.

"Pagi...." Sapa Jie Rui saat melihat Ara yang mulai mengedipkan matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk dari luar.

"Heh, pagi...." Balas Ara lirih sambil menutup mulutnya dengan selimut.

"Kenapa ditutup?" Tanya Jie Rui sambil berusaha menarik selimut yang menutupi sebagian wajah Ara.

"Aku belum mandi. Jangan ditarik!"

Ara memegang kuat selimut yang dia pakai untuk menutupi wajahnya. Dia merasa tidak percaya diri saat ini karena dia belum mandi. Mulutnya masih bau jigong dan tidak lucu kalau semua itu diketahui Jie Rui meskipun Ara yakin kalau Jie Rui sudah paham.

"Memangnya kenapa kalau belum mandi? Kamu mau kita mandi bareng?" Tanya Jie Rui sambil menaik turunkan alisnya yang tebal.

"Ih! Dasar mesum!"

Ara duduk lalu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Masih sempurna dan sepertinya Jie Rui tidak melalukan apapun dengan tubuhnya semalam.

Ara berdiri lalu berlari dengan cepat ke kamar mandi. Wajahnya memerah karena malu dengan apa yang baru saja dia alami. Melihat wajah Jie Rui yang menatapnya dengan sangat dalam membuat pikiran Ara melayang kemana-mana.

"Kenapa dia melihatku seperti itu? Apa tidurku semalam membuat dia terganggu? Bagaimana kalau dalam tidurku aku mengigau mengatakan sesuatu yang memalukan?" tanya Ara pada dirinya sendiri yang terpantul di cermin.

Ara menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Satu kata yang mengungkapkan Ara saat ini, malu. Ara malu jika semalam dia melakukan sesuatu yang tidak diharapkan.

"Bagaimana caranya aku menghadapi dia? Mukaku mau di taruh mana? Ara... Kamu bodoh sekali? Ceroboh!"

Tok... Tok... Tok...

"Jangan terlalu lama kamu mandinya! Ini sudah siang, aku juga harus segera ke kampus. Ada sesuatu yang harus segera aku selesaikan." Teriak Jie Rui dari balik pintu.

"I-Iya! Sebentar!"

Ara segera mengambil sikat dan pasta gigi. Dia yang awalnya merasa senang dengan perubahan zjie Rui yang mulai melihat wajahnya kini malah berpikir dua kali untuk bisa menemui pria itu.

"Kamu ceroboh sekali, Ara! Kalau seperti ini mau ditaruh mana wajahku yang cantik saat bertemu dengan dia nanti?"

Ara membasuh wajahnya, mencoba menghilangkan semua bayangan Jie Rui yang mengejeknya.

"Dena, aku harus bagaimana ini?"

"Ara! Cepat keluar!"

"Iya, sebentar!"

Ara akhirnya menyudahi penyesalannya di depan cermin lalu keluar. Mau tidak mau Ara harus menghadapi Jie Rui bukan?

Ara mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ara melakukan semua itu berkali-kali sampai jantungnya kembali berdetak normal.

Ceklek...

Ara mengeluarkan kepalanya terlebih dahulu, melihat situasi di dalam kamar. Mencari keberadaan Jie Rui yang sepertinya sedang tidak ada di dalam kamar.

"Syukurlah dia tidak ada di sini."

Ara mengeluarkan seluruh tubuhnya dari dalam kamar mandi setelah dirasa semuanya aman. Ara bernafas dengan lega sebelum dia berjalan mundur dan menabrak sesuatu yang cukup keras.

"Sial!"

"Kenapa kamu berjalan mundur? Sekarang cara jalan kamu sudah berubah ya?"

Ara memejamkan mata lalu berbalik melihat Jie Rui yang berdiri di tepat di depannya.

"Kenapa kamu tiba-tiba ada di sini? Kamu tidak siap-siap untuk berangkat?" Tanya Ara mengalihkan pertanyaan Jie Rui.

"Bagaimana bisa aku pergi mandi sedangkan kamu memakai kamar mandi di kamarku dalam jangka waktu yang tidak sebentar."

Ara meringis, dia tahu Jie Rui sedang menyindirnya. "Kalau begitu silahkan mandi, aku tidak akan menghalangi kamu."

Ara mempersilahkan Jie Rui untuk masuk ke dalam kamar mandi. JantungAra masih berdetak cukup keras dan dia tidak bisa mengendalikannya saat ini.

"Aku mandi dulu, makan sarapan kamu yang sudah aku sediakan di atas meja. Habiskan! Awas saja kalau nanti aku keluar makanan itu masih banyak."