1 Bab 1 - Tuan Murad Yang Menyebalkan

Mahesa Ravindra Anoko adalah CEO muda perusahaan Anoko Corporation. Sejak ia di angkat menjadi CEO 5 tahun silam, Mahesa mampu membawa perusahan Anoko Corporation menduduki urutan pertama sebagai perusahaan tersukses dan mendapatkan keuntungan paling besar setiap tahunnya. Dan hal itu mengantar Mahesa menjadi CEO muda paling berkompeten dan tersukses versi majalah Forbes.

Mahesa memiliki postur tubuh tinggi tegap, kulit putih, tampan, pintar, rambut yang selalu tertata rapi dengan bantuan pomade, mata berwarna cokelat keemasan, hidung mancung, garis rahang yang tegas sangat membuatnya semakin terlihat kharismatik. Dan wanita mana yang tidak menginginkan nya, namun sampai saat ini Mahesa masih nyaman untuk sendiri.

Pria berusia 25 tahun ini adalah anak bungsu dari pasangan Christian David Anoko dan Almira Sheza Anoko. Sesuai dengan namanya, arti nama Mahesa dari bahasa sanskerta adalah aturan yang kuat dan hal itu berkaitan dengan kepribadiannya yang selalu membuat aturan di setiap divisi perusahaan dan untuk urusan yang satu ini para karyawannya tidak ada yang berani untuk melanggarnya.

Pagi-pagi sekali seperti biasa Sabrina yang tak lain adalah sekretaris Mahesa tiba di mansion milik Mahesa. Ia datang untuk menyiapkan semua yang di butuhkan Mahesa, termasuk pakaian kerjanya, dasi, jam tangan, sepatu dan juga membuatkan sarapan pagi. Sudah 5 tahun ini Sabrina menjabat sebagai sekretaris pribadi Mahesa, sejak Mahesa di angkat menjadi CEO Anoko Corp. Sabrina sudah banyak membantu Mahesa selama karirnya di Anoko Corp.

Wanita pemilik nama lengkap Sabrina Chataleya Huang sangat berpengaruh dengan kesuksesan Mahesa. Ia adalah wanita yang mandiri, pintar, percaya diri dan banyak memiliki ide brilliant ketika perusahaan sedang mengadakan meeting. Itulah mengapa Sabrina menjadi orang kepercayaan Mahesa selain keluarganya sendiri. Tangan Sabrina sangat cekatan ketika membentuk pola dasi di leher Mahesa, ia sengaja memilihkan dasi berwarna hitam dengan corak monoton agar terlihat serasi dengan setelan jas berwarna hitam.

"Hari ini saya memakaikan anda dasi dengan corak yang monoton, agar anda terlihat lebih cerdas dan modern," ucap Sabrina.

"Sangat bagus, terima kasih" seru Mahesa sambil menatap cermin.

"Bukan kah itu terlihat bersinar?".

"Maksud anda sinar Mentari pagi ini?".

"Bukan" seru Mahesa yang langsung menjauh dari Sabrina, lalu berjalan menghampiri cermin. Mahesa menatap tajam dirinya di dalam cermin, lalu meminta Sabrina untuk mendekat padanya.

"Lihat itu, bukan kah lelaki itu terlihat sempurna?" tanya Mahesa.

"Heh!" Sabrina menghela nafas.

Kring Kring

Bunyi ponsel Sabrina.

Dan di lihat nya panggilan tersebut dari Tuan Murad.

"Harus kah saya menjawab teleponnya?."

"Tidak. Dia akan memberitahu ku, jika project yang kita kerjakan di Malaysia tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu aku tidak ingin orang yang salah ini merusak mood ku pagi ini."

"Apa maksud anda? Dengan pria yang bersalah ini?."

"Apakah menyakiti seseorang atau mencuri sesuatu, bukan satu-satunya hal yang membuat mu bersalah?" tanya Mahesa.

"Tidak kompeten dan tidak menyadari kemampuan anda, membuat mu bersalah juga?" Sabrina melempar balik pertanyaan pada Mahesa.

"Apakah anda tau Nona Sabrina?."

"Apa"

"Bagaimana bisa seorang pria sangat tidak kompeten?" ujar Mahesa.

Sabrina mengangkat bahunya. "Aku juga bertanya-tanya."

"Heh!" Mahesa menghela nafas malas sambil berkacak pinggang.

"Anda cukup melakukannya dan menenangkannya, kenapa kebanyakan orang tidak bisa melakukan hal yang sederhana seperti itu?."

"Tapi tidak semua orang seperti anda, pak."

"Oh, benarkah?" Mahesa bertanya-tanya.

"Tentu saja, pak. Selama hidup saya, belum pernah menemukan pria lain yang sesempurna anda, pak" puji Sabrina.

Kring Kring

Ponsel Sabrina kembali berdering.

"Siapa itu?" tanya Mahesa.

"Kali ini dari seorang pria yang bersalah, apa yang harus saya lakukan pak?" ucap Sabrina.

"Heh!" Mahesa hanya menghela nafas dan langsung bergegas menuju kantor.

Sabrina mengambil alih di bagian kemudi, ia fokus menyetir sambil menelepon menggunakan earphone wireless, untuk memberi tahu bagian divisi manajemen untuk mengadakan rapat dewan hari ini. Sesampainya di kantor, bagian staff keamanan langsung menyambut kedatangan nya dan membukakan pintu untuk Mahesa.

Sabrina segera menyerahkan kunci mobil bosnya kepada salah satu bagian keamanan untuk mengurusnya. Mahesa turun dari dalam mobil, ia merapikan kembali jas yang di pakainya dan orang-orang yang ada di depan nya langsung memberikan salam hormat pada Mahesa dengan cara membungkukkan badan.

Mahesa membalas salam mereka dan langsung bergegas menuju ruangan Murad. Ia sangat marah ketika melihat Murad sedang asik bersantai sambil menaikkan kakinya ke atas meja saat jam kerja. Sementara Murad sangat terkejut ketika melihat Mahesa masuk ke ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Pak Mahesa, anda keliru. Pasti ada kesalah pahaman" seru Murad gugup.

"Bagaimana anda bisa berada di tempat seperti itu selama jam kantor? " tegas Mahesa dengan nada meninggi.

Ucapan Mahesa membuat Sabrina sedikit tersentak kaget, karena ia belum pernah mendengar bos nya semarah ini.

"Heh!" Sabrina menghela nafas.

"Maafkan saya pak, saya bisa jelaskan semuanya."

Mahesa menghela nafas sambil berkacak pinggang, ia merasa sedikit stress ketika sedang berhadapan dengan Murad.

"Sabrina" panggil Mahesa.

"Iya pak."

"Apa jadwal saya selanjutnya?" tanya Mahesa.

"Anda ada rapat dewan untuk membahas bisnis baru," ucap Sabrina.

Mahesa segera melangkahkan kaki keluar dari ruangan Murad.

"Pak Mahesa, Pak tunggu pak" teriak Murad, namun hal itu tak bisa membuat Mahesa berubah pikiran.

"Aku belum pernah mendengar Pak Mahesa semarah ini, lagi pula bagaimana bisa anda berada di Bar sementara project itu sangat penting" tegas Sabrina.

"Heh!" Murad menghela nafas.

"Aku benar-benar menyesal Sabrina, tolong kamu bilang Pak Mahesa untuk memberi kesempatan kedua untuk saya."

"Heh!" Sabrina mendengus pelan.

"Sebaiknya anda tinggalkan ruangan ini, sebelum Pak Mahesa semakin marah. Anda tau kan bagaimana Pak Mahesa? Beliau tidak suka memberikan kesempatan kedua pada orang yang sudah mengecewakan nya" ucap Sabrina sambil menelepon bagian keamanan untuk merapikan ruang Murad.

"Tolong saya Sabrina, jangan lakukan ini" ujar Murad memohon.

Sabrina meraih ponselnya dari saku blazernya dan langsung menelepon bagian divisi keamanan.

"Tolong kemasi barang-barang milik Pak Murad di ruangannya, dan pastikan ruangan ini sudah rapi beberapa jam ke depan. Nanti aku akan mengeceknya setelah selesai rapat dewan."

Sabrina mematikan ponselnya dan langsung pergi meninggalkan Murad begitu saja. Ia segera menyusul Mahesa menuju ruang rapat dewan, Sabrina sangat gesit dan dapat menyeimbangkan langkah Mahesa yang sudah jauh meninggalkannya.

Sesampai nya di depan lift, Sabrina segera menekan tombol lift tersebut.

Kring Kring

Ponsel Sabrina kembali berdering.

"Halo, oh maaf pak. Beliau ada undangan pesta dari Duta Besar Jerman. Jadi apa bisa saya menjadwalkan ulang? Iya baik, kalau begitu saya akan telepon anda besok untuk menjadwalkan ulang. Baik, terima kasih."

Sabrina segera mematikan ponselnya, sementara Mahesa tersenyum melihat cara kerja Sabrina yang begitu cekatan. Bagi Mahesa, Sabrina adalah tipikal wanita yang bukan hanya pekerja keras. Tapi juga pekerja cerdas, buktinya Sabrina mampu menyelesaikan semua tugas-tugasnya dengan baik.

avataravatar
Next chapter