webnovel

BAB 7

Ricandra sampai di rumah Imelda jam 11 malam. Rumahnya sudah gelap pertanda yang punya rumah sudah tidur semua. Ricandra pun mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelpon Imelda.

Imelda yang sudah tidur dari jam sepuluh menjadi terbangun gara-gara ponselnya yang berbunyi. Ia mengambil ponselnya dan melihat ada panggilan masuk dari nomor asing. Ia pun mengabaikannya lalu berbaring kembali. Setelah itu ponselnya berdering lagi dan ada panggilan dari nomor yang sama. Akhirnya Imelda pun menggeser tanda hijau di layar ponselnya.

Imelda : "Hallo..." dengan suara serak khas bangun tidur.

Ricandra : "Buka pintu! Aku di depan."

Imelda : "Ngapain kesini lagi?"

Ricandra : "Sekarang aku suamimu. Cepat buka aku tunggu!"

Setelah menaruh ponselnya, Imelda keluar kamar dan membuka pintu ruang tamu. Setelah pintu terbuka Ricandra segera masuk. Setelah Ricandra masuk Imelda mengunci pintu kembali lalu mengikuti Ricandra ke kamarnya.

"Ada apa kesini malam-malam Mas?" Tanya Imelda ingin tahu.

"Menjemputmu pulang ke rumahku." Jawab Ricandra lalu melepas jasnya dan melonggarkan dasinya.

"Aku nggak mau Mas. Di rumah kamu sepi. Terus nanti aku sekolahnya gimana? Motorku kan disini?" Ujar Imelda menolak.

"Kamu istriku sekarang. Papa yang nyuruh aku jemput kamu. Di garasiku ada motor matic. Kamu bisa pake itu. Aku mau mandi sekarang." Ucap Ricandra sambil melepas kemejanya.

"Bentar aku rebusin air panas dulu ya? Ini sudah malam nanti Mas Ricandra sakit kalau mandi air dingin." Tawar Imelda. Ricandra pun mengangguk. Setelah Imelda keluar kamar Ricandra merebahkan tubuhnya di ranjang Imelda dan akhirnya tertidur.

Setelah menyiapkan air hangat di kamar mandi, Imelda pergi ke kamarnya bermaksud memberitahu Ricandra kalau airnya sudah siap. Tapi saat tiba di kamar ia melihat Ricandra tertidur lelap. Ia pun menggoyang tubuh Ricandra.

"Mas... Mas Ricandra... air hangatnya sudah aku siapin di kamar mandi." Ucap Imelda sambil menggoyang-goyang tubuh Ricandra. Ricandra pun membuka matanya lalu duduk.

"Pinjam handuk." Ucap Ricandra. Imelda pun mengambilkan handuk baru di almarinya.

"Handuk yang kamu pakai biasanya saja. Tadi pagi aku juga pakai itu." Ucap Ricandra menolak handuk baru. Karena ia di sini hanya satu hari saja. Imelda pun memberikan handuknya.

"Tolong buatin kopi juga ya?" Ucap Ricandra meminta tolong. Imelda pun mengangguk dan pergi ke dapur lagi.

Setelah mandi Ricandra duduk di depan Imelda yang sedang duduk di meja makan setelah membuat kopi.

"Besok pagi kemasi barang kamu yang perlu di bawa sekalian semua buku sekolah kamu." Ucap Ricandra lalu meniup kopinya.

"Apa nggak tanya bapak dulu Mas? Oh iya di rumah Mas Ricandra sepi. pulang sekolah aku nggak ada temannya kalau di sana." Balas Imelda.

"Tanya aja. Pasti bapak kamu setuju. Kamu pulang sekolah jam berapa? Nanti kalau nggak ada meeting penting aku pulang cepet." Ujar Ricandra.

"Jam 2 an Mas." Jawab Imelda.

"Oke. Bisa di atur." Balas Ricandra.

Pagi hari ketika Ricandra membuka matanya Imelda sudah bangun membantu ibunya memasak di dapur. Karena hari ini tanggal merah, semua keluarga Imelda berkumpul di rumah.

Setelah selesai membantu ibunya memasak Imelda ke kamarnya bermaksud membangunkan Ricandra. Ternyata Ricandra sudah membuka matanya tapi enggan untuk bangun.

"Ayo bangun Mas. Cepat mandi lalu sarapan." Ucap Imelda sambil melipat selimut yang di pakai Ricandra.

"Aku capek banget Imelda. Kamu bisa mijit nggak?" Tanya Ricandra berharap Imelda mau memijit punggungnya.

"Bisa sich tapi sekedar mijit aja. Apa perlu di panggilin tukang pijit?" Tanya Imelda.

"Nggak. Kamu aja yang mijit." Jawab Ricandra lalu tengkurap. Imelda mengambil lotion miliknya lalu memijit punggung Ricandra.

'Enak juga punya istri. Makan ada yang masakin, tidur ada yang nemenin, capek ada yang mijitin, mandi air hangat pun ada yang nyiapin. Andai dia Roselia pasti bisa di ajak bikin anak juga. Hehehe. ' Batin Ricandra. Tidak berapa lama Ricandra pun tertidur kembali.

Imelda sudah merasa sangat lapar. Ia membangunkan Ricandra untuk sarapan pagi. Ricandra pun bangun ikut sarapan bersama Pak Ramdy, Bu Romelis, Johan dan Imelda. Setelah makan Ricandra pun mengutarakan maksudnya untuk mengajak Imelda pulang ke rumahnya. Pak Ramdy setuju-setuju saja. Imelda sudah besar dan sekarang ia sudah menikah. Pak Ramdy yakin Ricandra bisa menjaga Imelda dengan baik.

Setelah mencuci piring Imelda membereskan dan mengepak barang-barangnya yang ia perlukan. Ia tidak membawa semua barangnya. Karena suatu saat ia akan kembali pulang ke rumah ini jika waktunya sudah tiba. Ricandra membantunya memasukkan barang Imelda ke dalam mobil. Setelah semua beres, Imelda dan Ricandra pamit pulang ke rumah mereka. Setelah kepergian mereka tetangga depan Bu Romelis mendekati Bu Romelis yang kebetulan masih ada di teras.

"Imelda mau kemana mbak? Kok bawa barang banyak gitu?" Tanya Bu Tina ingin tahu.

"Ngekost yang dekat sekolahnya mbak. Kan sudah semester akhir. Jadi sering ada bimbel pagi." Jawab Bu Romelis berbohong.

"Kok anaknya Pak Bams menginap di sini lagi mbak?" tanya Bu Tina lagi.

"Ya nggakpapa mbak. Ricandra sudah saya anggap seperti anak saya sendiri" Balas bu Romelis.

"Gitu ya mbak. Ya sudah saya pulang dulu. Nanti di cari bapaknya anak-anak." Pamit Bu Tina.

Selama perjalanan pulang, Ricandra dan Imelda saling diam. Tiba-tiba Imelda teringat sesuatu.

"Mas... stok bahan makanan di rumah kamu kemarin sepertinya tinggal sedikit. Apa nggak belanja sekalian?" Tanya Imelda.

"Mmm boleh. Kita ke supermarket dulu kalo gitu." Jawab Ricandra sambil mengemudi.

"Jangan. Kita ke pasar tradisional yang dekat sekolahku aja Mas. Lebih fresh barangnya." ucap Imelda menyarankan.

"Pasar tradisional kan kotor Imelda? Becek. Kamu nggakpapa?" Tanya Ricandra khawatir.

"Nggakpapa Mas. Aku udah biasa kok." Balas Imelda sambil tersenyum.

'Kalo Roselia pasti nggak mau. Yang jijiklah, panaslah. Beda banget sama Imelda.' Batin Ricandra.

Ricandra pun melajukan mobilnya ke pasar tradisional yang dekat dengan sekolah Imelda. Setelah memarkirkan mobil, Ricandra dan Imelda turun dari mobil. Ricandra mengikuti Imelda belanja.

"Bu, beli ayamnya setengah kilo ya..." Ucap Imelda pada penjual ayam potong.

"Iya mbak. Di potong jadi berapa?" Tanya penjual ayam.

"delapan Bu..." Jawab Imelda.

"17 ribu Mbak..." Ucap penjual ayam setelah membungkus ayam dan menyerahkan ayam kepada Imelda.

"Mas... bayar dong... kok cuma di lihatin?" Ucap Imelda pada Ricandra yang dari tadi hanya melihat.

"Eh iya." Balas Ricandra sambil mengeluarkan uang 50 ribu dari dompetnya.

Setelah membeli ayam Imelda pindah ke penjual ikan. Disana ada gurame, mujaer, lele, cumi, tuna, dll

"Mas Ricandra mau ikan apa?" Tanya Imelda pada Ricandra.

"Mmmm terserah kamu. Aku bisa makan apa saja." Jawab Ricandra bingung melihat banyak ikan.

Imelda pun membeli gurame, cumi, dan lele. Setelah Imelda menerima ikannya Ricandra yang membayarnya.

Imelda juga membeli sayur, buah, telur dan daging. Melihat bawaan di tangan Imelda yang banyak Ricandra berinisiatif membantu membawa barang bawaan Imelda.

"Sini biar aku aja yang bawa." Pinta Ricandra lalu mengambil kresek di tangan Imelda. Imelda pun memberikannya karena memang sangat berat.