15 BAB 15

Setelah masakan Imelda di hidangkan di meja makan, Ricandra dan Imelda makan malam bersama.

"Mulai malam ini tidurlah bersamaku di kamar atas!" ucap Ricandra di sela makannya.

"Tapi Mas..." Ucap Imelda terputus.

"Jangan membantah aku suamimu sekarang!" Ujar Ricandra tegas.

"Nggak di apa-apain kan?" Tanya Imelda khawatir.

"Enggak. Kalo nggak khilaf." Balas Ricandra santai. Imelda pun melotot bergidik ngeri.

'Bapak. . . Ibu. . . Tolooong. . . ' jerit Imelda dalam hati.

Setelah makan dan mencuci piring Imelda hendak pergi ke kamarnya tapi di cegah Ricandra.

"Mau kemana? Ayo ke atas!" Ajak Ricandra sambil menggandeng tangan Imelda.

"Aku... aku mau ambil buku dan ganti piyama dulu Mas. Mas Ricandra ke atas dulu aja. Nanti aku nyusul. Hehe." Balas Imelda tersenyum kaku.

"Okey. Aku tunggu di atas." Ucap Ricandra lalu ia menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah itu Imelda masuk ke kamarnya, membuka almari dan mencari piyama tebal dan panjang. Kali ini ia tidak mau melepas bra nya ketika tidur. Ia juga menyiapkan buku yang banyak dan tebal untuk di pelajari sehingga ia terlihat sibuk di kamar Ricandra nantinya.

"Ide yang sangat bagus Imelda. Ha.ha.ha" ujar Imelda tertawa bangga ala pahlawan bertopeng.

Setelah mengganti piyamanya, seperti biasa Imelda menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar kamarnya dan berjalan menaiki tangga menuju kamar Ricandra dengan membawa beberapa buku di tangannya. Sesampainya di depan pintu kamar Ricandra, Imelda menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan.

"Tenang Imelda... Tidak akan terjadi apa-apa. Okey?" Gumam Imelda menenangkan perasaannya sendiri yang dari tadi dag dig dug nggak karuan. Setelah itu Imelda mengetuk pintu dan membukanya. Tampaklah Ricandra sedang berbaring dan bersandar pada sandaran di ranjangnya memainkan ponselnya.

Setelah masuk Imelda menutup pintu tanpa menguncinya untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu ia bisa melarikan diri dengan cepat. Imelda duduk di sofa lalu membuka buku dan membacanya.

Sudah satu jam berlalu. Imelda merasa bosan dan mengantuk. Buku yang ia baca sebenarnya sudah sering ia baca dan ia sudah menghafalnya.

'Kenapa Mas Ricandra belum tidur juga sich?' Batin Imelda. Ia mengintip Ricandra dari balik bukunya dan Ricandra tahu itu.

Ricandra sudah tahu kalau Imelda hanya berusaha menghindarinya. Mulai dari pintu kamarnya yang di kunci. Akhirnya Ricandra pun berinisiatif mengajak Imelda tidur di kamarnya. Karena sudah malam dan lelah Ricandra menaruh ponselnya di nakas lalu menghampiri Imelda.

"Sampai kapan kamu mau membaca buku terus?" Tanya Ricandra sambil mengambil buku Imelda lalu menutupnya dan menaruhnya di sofa.

"Eeeh besok aku ujian. Aku harus belajar Mas." Ucap Imelda menolak bukunya di ambil Ricandra.

"Ayo tidur!" Ajak Ricandra sambil menggendong tubuh Imelda ala bridal style. Setelah itu membaringkannya di ranjang dan menyelimutinya. Imelda pun pasrah. Ia menarik slimut itu hingga menutupi dadanya.

Setelah membaringkan Imelda, Ricandra mematikan lampu utama lalu tidur di samping Imelda. Ia memasukkan tubuhnya ke dalam selimut yang sama dengan Imelda. Ia bisa melihat Imelda sangat tegang dengan pencahayaan lampu tidur.

"Kenapa kamu tegang sekali? Bukankah kita sudah sering tidur bersama? Kamu harus terbiasa mulai sekarang." Ucap Ricandra pada Imelda.

"Iya Mas..." Balas Imelda lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Ricandra. Ricandra pun menggeser tubuhnya ke arah Imelda lalu memeluknya dari belakang. Imelda tersentak kaget. Jantungnya berdetak lebih kencang.

"Mas... Lepas aku gerah!" Ucap Imelda berusaha melepas pelukan Ricandra.

"Kalau gerah lepas bajumu!" Ucap Ricandra dengan entengnya dan tetap memeluk Imelda. Imelda pun semakin ngeri. Ia menyesal telah memakai piyama tebal.

Ricandra menghirup aroma tubuh Imelda yang selalu wangi menurutnya. Tanpa komando junior Ricandra mulai menegang. Imelda bisa merasakannya karena tubuh Ricandra menempel pada tubuhnya. Jantung Imelda semakin berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia benar-benar takut. Ia merasa tidak nyaman dan gelisah. Ricandra bisa merasakan debaran jantung Imelda. Ia sendiri juga gugup.

"Tidurlah. Tidak akan terjadi apa-apa. Percayalah!" Ucap Ricandra berbisik di telinga Imelda. Imelda pun mengangguk dan memejamkan matanya.

Ke esokan harinya Imelda bangun kesiangan lagi karena tadi malam tida bisa tidur dengan nyenyak. Motornya juga belum di bawa ke tukang tambal ban. Akhirnya Imelda pun membangunkan Ricandra.

"Mas... bangun! Ini sudah siang. Tolong antar aku ke sekolah!" ucap Imelda sambil menggoyang tubuh Ricandra.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Ricandra sambil berusaha membuka matanya..

"Setengah enam." Jawab Imelda. Ricandra pun segera membuka matanya lalu duduk di tepi ranjang.

"Mandilah dulu! Aku akan bersiap-siap." Perintah Ricandra. Imelda pun segera keluar dari kamar Ricandra lalu menuruni tangga dan masuk ke kamarnya.

Setelah siap Imelda menyantap roti dengan selai di meja makan dan meminum susu. Namun Ricandra belum juga turun. Imelda pun menyusul Ricandra ke kamar atas. Karena terburu-buru Imelda lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kamar Ricandra. Untungnya Ricandra sudah memakai celana dan kemejanya. Imelda pun menyambar dasi di ranjang lalu mengikatnya di leher Ricandra. Ricandra pun tersenyum senang. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Imelda dan akan menciumnya. Sayangnya Imelda memundurkan tubuhnya ketika sudah selesai mengikat dasi di leher Ricandra.

'sial!' Batin Ricandra geram.

Dalam perjalanan ke sekolah Ricandra sangat ngebut. Ia sangat kecewa karena gagal mencium Imelda. Imelda sangat takut baru kali ini Ricandra mengemudi ngebut kayak gini.

"Mas pelan-pelan dong! Aku takut..." Ucap Imelda memperingatkan Ricandra. Ricandra pun mengurangi kecepatannya dan Imelda bernafas lega.

"Pulang nanti kamu naik ojek ke rumah bapak saja. Nanti sore aku jemput!" Ucap Ricandra sebelum Imelda turun dari mobilnya.

"Iya Mas..." Jawab Imelda lalu turun dari mobil. Seperti biasa Aditya menunggunya di gerbang sekolah. Ricandra melihat itu. Ia semakin geram.

"Kamu nggak bawa motor lagi?" Tanya Aditya.

"Iya. Kemarin lupa bawa ke tukang tambal ban." Jawab Imelda sambil jalan ke arah ruangannya dan Aditya mengikutinya.

"Pulangnya aku antar lagi ya?" Tawar Aditya.

"Nggak usah Dit. Nanti aku naik ojek aja, soalnya mau pulang ke rumah bapak. Kalo bapak tahu mampus aku." Jelas Imelda.

"Oke deh kalo gitu. Aku ke kelas ku dulu ya?" Pamit Aditya lalu pergi.

Setelah melihat Imelda masuk ke gerbang sekolah, Ricandra mengemudikan mobilnya ke perusahaan. Di tengah perjalanan Ricandra menelpon sekretarisnya untuk menyiapkan sarapan di mejanya.

Sesampainya di perusahaan Ricandra segera masuk ke ruangan kantornya. Ia terbiasa sarapan pagi sehingga ia merasa lapar ketika tidak sarapan di rumah. Romaldy yang melihat Ricandra buru-buru segera menyusul ke dalam ruangan Ricandra.

"Tumben akhir-akhir ini sarapan di kantor terus?" Tanya Romaldy sambil duduk di kursi depan Ricandra.

"Si Imelda kesiangan terus bangunnya. Jadi tidak sempat masak. Aku juga harus mengantar ke sekolahnya karena ban motornya kempes." Jawab Ricandra setelah menelan makanan di mulutnya.

"Hmmmm romantisnya sama sepupu. Kalau dia jadi istriku pasti lebih romantis lagi Ricandra!" Ucap Romaldy berandai-andai.

"Jangan berandai-andai dengan istri orang. Dia istriku sekarang Rom!" Ucap Ricandra tidak senang.

"Hei kamu juga berandai-andai kan Ricandra? Imelda sendiri yang bilang kalau dia sepupumu. Sekarang kamu bilang dia istrimu. Kamu juga tidak bisa membuktikan kalau kalian sudah menikah? Gimana hubunganmu dengan Roselia?" Balas Romaldy tak mau kalah.

"Terserah! Masalah Roselia aku sedang memikirkan cara untuk memutuskannya." Jawab Ricandra lalu meminum air putih di depannya.

"Waw kamu benar-benar menyukai Imelda? Sampai-sampai mau memutuskan Roselia?" Tanya Romaldy.

"Bukan urusanmu. Keluar dari ruanganku! Aku akan mulai bekerja." Usir Ricandra.

"Siap bos!" Balas Romaldy lalu keluar dari ruangan Ricandra.

avataravatar
Next chapter