webnovel

Unstoppable BOSS

“Bagaimana caranya kamu hadir untuk menghancurkan dan menyembuhkanku di waktu yang bersamaan?” “Rasa cinta dan benci yang sangat berbeda tipis.” ————— Cerita ini bukan semata-mata hanya menceritakan seseorang yang sedang mengejar cinta. Namun, lebih dari pada itu, mencari jati dirinya sendiri. Tiga pria tampan, mapan, dan berkuasa: William Nathaniell (25), James Andreanson (25), dan Hansello Victorie (27) memiliki ambisi besar untuk berlari dari masa lalu dengan melibatkan Seraphina Jill (25), seorang perempuan yang secara kebetulan singgah dalam kehidupan mereka. Ambisi mereka didukung oleh unsur-unsur yang saling bertentangan; rasa cinta dan benci, ego dan ketulusan, serta kejujuran dan kebohongan. Berawal dari Seraphina Jill yang menyetujui pernikahan kontrak dengan William Nathaniell, CEO Corelaux Corporation untuk menyelamatkan James Andreanson, CEO Alphaeu Corporation dengan berat hati. Tanpa sadar, kehadiran Seraphina justru membuat mereka kembali terjebak dalam lingkaran hitam masa lalu yang menyakitkan. Menemukan hal yang tidak ingin ditemukan. Menghancurkan apa yang seharusnya tidak boleh hancur. Namun, secara tidak sengaja juga memperbaiki yang rusak, patah, dan memperbarui yang usang. Ikutilah perjalanan mereka dalam mencari kebahagiaan, kenyamanan, dan cinta yang secara perlahan membawa mereka kembali ke dalam rasa sakit yang selalu mereka hindari. Akankah mereka dapat menemukan kebahagiaan mereka? ——— Catatan: Cerita ini memiliki empat karakter utama yang hubungannya bisa kalian lihat pada cerita. More info in my Instagram: @bwetrizex CERITA INI SEHABIS DIROMBAK ALURNYA.

bwetrizex · Urban
Not enough ratings
5 Chs

Bukan CEO Impian 2

Meja panjang berbentuk kotak berbahan kayu jati yang terletak di tengah ruangan kedap suara berlapis kain beludru biru dikelilingi oleh sepuluh staf tertinggi dari kedua perusahaan, Alphaeu Corporation dan PT Huge. Mereka sedang mengadakan rapat evaluasi untuk menutup rangkaian proyek yang dijalani selama dua tahun belakangan.

Seorang pria bermata bulat dan teduh, James Andreanson, CEO Alphaeu Corporation, yang duduk di bagian tengah dan tepat membelakangi layar proyektor berdiri dan membungkukkan punggungnya selama beberapa detik sambil mengucapkan terima kasih. Diiringi dengan layar proyektor yang tiba-tiba menampilkan tulisan "terima kasih atas kerja samanya".

"Terima kasih atas kerja samanya sehingga semua dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi, bahkan melebihi ekspektasi. Saya turut berbahagia karena PT Huge bisa kembali produktif dan mendapat perhatian dari customer."

Pria paruh baya berkepala botak, Direktur Utama PT Huge, perusahaan dagang yang meluncurkan supermarket serta beberapa minimarket yang duduk di seberang James langsung menghampirinya.

"Pak James tidak perlu sampai membungkuk begini, padahal kami kan yang meminta jasa perusahaan Anda," pinta Direktur Utama PT Huge dengan kedua tangannya membantu tubuh James untuk kembali tegap.

Staf lainnya hanya memperhatikan sambil tersenyum, bahkan ada yang melongo karena tindakan James. Mereka semua memang tahu bahwa James Andreanson adalah salah satu orang paling baik hati di muka bumi ini.

James Andreanson membungkuk sebentar ke hadapan pria paruh baya itu. "Saya juga berterima kasih karena bekerja sama dengan perusahaan ini, nama Alphaeu sebagai perusahaan jasa dan konsultasi marketing makin dikenal."

"Baik, baik. Kalau begitu bagaimana kita bersalaman saja?" tawar pria berkepala botak itu dengan senyum sumringahnya hingga hampir menghilangkan matanya. James pun menegakkan badannya, lalu mengulurkan tangan kanan ke hadapan dada bapak itu yang langsung dibalas.

Mereka pun berjabatan tangan dengan mantap dan yakin yang menjadi tanda bahwa proyek besar ini telah berakhir. 

Rapat penutup ini diakhiri dengan tepuk tangan meriah para hadirin rapat dan saling berjabat tangan antar staf.

***

Setelah semua staf yang andil dalam rapat penutup itu keluar ruangan, baru giliran James yang terakhir keluar untuk menutup dan mengunci pintu ruangan rapat tersebut. Tentu saja ia dibantu oleh seorang sekretaris yang senantiasa berada di belakangnya dan bertindak jika dibutuhkan, Seraphina Jill.

Berbeda dengan suasana kantor Corelaux; para karyawan merasa gugup, takut, dan sebal ketika William melewatinya, melihat direktur tertinggi perusahaan Alphaeu mengunci pintu ruangan rapat membuat para karyawan yang sedang mondar-mandir menghentikan langkahnya untuk mengagumi bosnya.

Sekretaris yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil sambil memandang pria tinggi di depannya kagum. 

James Andreanson pun berbalik badan, menyunggingkan senyum termanis ke seluruh karyawan yang sedang memandangnya. Para karyawan, terutama perempuan pun menunduk lalu tersenyum sumringah sambil mengikik bahagia. Siapa yang tidak senang jika disapa oleh penguasa tertinggi di perusahaan ini? Apalagi jika itu adalah pria tampan dan baik.

"Sumpah, dia  kayak  pangeran berkuda putih yang datang menjemput gue cuma dengan cara menebarkan senyumnya aja gitu lho!" ucap seorang karyawan wanita dengan pelan sehabis terkena serangan kupu-kupu akibat senyum James kepada teman di sampingnya sambil berjalan kembali ke ruangan mereka.

 

Walaupun dengan suara pelan, telinga James dapat menangkapnya. Ia menanggapinya dengan kikikan kecil, lalu menggelengkan kepalanya dan berjalan ke ruangan kerjanya yang berada di ujung lorong.

Langkahnya yang cepat dengan posisi tegap menyusuri lorong lantai lima gedung sepuluh lantai itu membuat James sangat disegani sekaligus dikagumi oleh seluruh orang yang melihatnya. Tak hanya pada saat seperti tadi, James juga menebarkan senyumnya pada semua orang yang baru saja ia lihat dan lewati.

Singkat cerita, Alphaeu Corporation merupakan perusahaan jasa konsultasi marketing yang dibangun lima tahun lalu oleh James dengan bantuan beberapa rekan kerja yang dikenalkan oleh Ayah William. Selama lima tahun belakangan, James berfokus pada branding perusahaan di tengah perusahaan dagang, industri, dan manufaktur yang sedang jatuh. Perusahaan ini dibentuk melalui bulir-bulir keringat James yang jatuh karena rasa takut, gugup, dan tidak percaya dirinya yang pernah menjadi bom waktu untuk meruntuhkan seluruh perjuangannya.

Namun, CEO Alphaeu Corporation ini tidak kenal dengan kata menyerah. Ia terus bangkit untuk menemukan inovasi baru, mengencangkan sabuknya untuk meluncur ke dalam risiko yang tidak kecil. Pada akhirnya, di tahun keempat, ia sukses bekerja sama dengan banyak perusahaan collapse yang kembali beroperasi dan meraih kejayaannya dengan jasa Alphaeu Corporation. Tahun yang mampu meruntuhkan pertahanan terakhir James Andreanson selama 24 tahun hidupnya, yaitu menitikkan air mata bahagia.

James Andreanson merebahkan kepalanya di atas senderan kursi kebesarannya, lalu menatap langit-langit ruangan kerjanya dan tersenyum. Helaan napas yang membawa pergi bebannya keluar dari hidung pria bermata teduh itu.

"Tidak disangka, kita sudah mencapai titik ini. Saya sungguh bangga pada perusahaan ini. Tanpa seluruh direktur, manager, karyawan, dan seluruh jajarannya, kita tidak akan bisa sampai di sini," gumam James lembut. Seraphina menanggapinya dengan hanya menghela napas lega dan mengangguk pelan.

"Setelah ini, saya akan mengadakan pesta kecil-kecilan sebagai apresiasi terhadap seluruh orang yang berperan dalam perkembangan perusahaan ini. Phina, sebaiknya kamu mencari tempat yang cukup untuk seribu orang. Saya ingin mengadakan rekreasi untuk kita semua," ujar James sambil menegakkan tubuhnya dan mengecek laptop. 

Seraphina Jill, si sekretaris bertubuh kecil yang lebih pendek 2 cm dari atasannya mengangguk.

"Baik, Pak. Saya permisi dahulu," pamitnya, lalu segera kembali ke ruangannya yang berada tepat di sebelah kiri ruang kerja James.

James pun membiarkannya keluar dan fokus mengecek kumpulan  e-mail  yang masuk ke dalam akunnya. Saatnya ia mencari tawaran proyek kerja sama yang baru demi keberlangsungan perusahaannya.

Sudah banyak perusahaan yang mengirimkan proposal menarik lewat  e-mail yang dikelola oleh dirinya.  Ia memang sengaja tidak terlalu mengandalkan bawahannya karena ini merupakan tanggung jawab James untuk memilih proyek mana yang akan dijalani dalam jangka panjang. Tentunya, setelah pemilihan, James  yang dibantu Seraphina akan menimbang kasaran analisis SWOT1  untuk membantu divisi bawahnya yang bersangkutan. 

Untuk proyek-proyek jangka pendek, James mengandalkan Seraphina untuk memilih beberapa proyek dan mengadakan rapat dengan konsultan, event organizer, para manager, dan tim digital marketing terkait SWOT dan program kerja yang ingin mereka tuju. Seraphina merupakan orang yang sangat dipercaya oleh James dalam pengelolaan surat-menyurat, jadwal, juga proyek-proyek kecil yang dijalani.

Setelah James menemukan dua proyek yang menarik baginya, ia hendak menghubungi Seraphina untuk kembali ke ruangannya.

Namun, sebuah notifikasi dari laptop-nya muncul seketika. Sebuah pesan masuk ke akun  e-mailnya.  James langsung mengeklik dan membacanya dengan saksama. Seiring kedua bola matanya fokus mencerna kata demi kata dalam pesan itu, rahangnya mengeras. Kedua alisnya bergerak turun. Raut wajah bahagianya memudar.

Tangan kanannya yang berada di dekat mouse seketika mengepal erat, lalu merogoh ponsel yang berada di saku kemejanya untuk memanggil seseorang di seberang sana.

Seseorang yang ia hindari selama lima tahun hidupnya.

***

"Argh! Apa maksud Anda?!"

William Nathaniell berteriak sambil melebarkan matanya, menatap pria di depannya setajam mungkin. Napasnya tidak teratur.

"Pak Troy bilang bahwa ia tidak akan mengurus proyek besar lagi. Ini sudah menjadi tugas Bapak," ucap karyawan pria bertubuh kurus sambil mengatur emosinya agar tetap stabil.

William mendengus kasar dan memijit pelipisnya pelan. "Apa hak dia berkata begitu? Memangnya Pak Darriel yang suruh?!"

"I-iya, Pak," balas karyawan pria itu yang membuat William menggebrak mejanya tiba-tiba. Karyawan pria itu bisa melihat betapa frustasinya William saat ini.

"Baik, Pak, itu saja yang ingin saya sampaikan. Selamat siang." Pria itu langsung membalikkan badan dan berjalan keluar. William tidak menghiraukannya karena ia sedang mencoba mencerna semua ini.

Pesan  baru pada akun e-mail-nya  tersebut  membuat kepalanya ingin meledak. William langsung meraih ponselnya yang di samping kanan komputernya untuk menghubungi seseorang yang sangat ia benci, yaitu James Andreanson yang juga sedang menghubunginya.

Tut... tut... tut... nomor yang Anda hubungi...

"Argh! Bodo amat!" William segera menghempaskan ponselnya kembali ke meja dan beranjak pergi dari ruang kerjanya.