1 Malam Natal

Awalnya aku sangat ketakutan mendapati seseorang yang masuk ke balkon rumahku secara terang-terangan menerobos jendela, namun siapa sangka orang itu adalah satu-satunya orang yang ditakdirkan untukku di dunia ini.

****

Aku Kana Ayami, 24 tahun. Saat ini aku bekerja di Kedai Takoyaki dekat taman Hannanaka di distrik Abeno-Osaka. Rumahku berada di sekitaran Hannanchou 3-3 Chome, kubeli dengan harga murah dari gaji yang kukumpulkan setiap hari. Walaupun tak semewah rumah orang-orang di sekitar kompleks ini, tetapi masih terbilang nyaman untuk di tempati.

Sebenarnya, aku berasal dari Higashiyodogawa. Orang tuaku adalah pekerja serabutan, rumah kami dulunya berada di dekat Jembatan Komatsu (Komatsu Brigde) di mana keluargaku bisa dibilang sebagai orang miskin. Saat ini aku merantau di kota orang dan mendapatkan pekerjaan yang mapan.

Aku sudah menjadi tulang punggung keluargaku.

Setiap hari kuhabiskan dengan bekerja keras di kedai takoyaki ini. Untungnya pemilik kedai ini, Yamada Akane adalah orang yang baik yang sudah membantuku hidup di sini. Kami berdua sangat akrab, dan aku memanggilnya Akane-san.

Akane-san adalah orang yang sangat peduli padaku layaknya seperti ibuku sendiri.

Meskipun aku tinggal sendirian di sini, bagiku sudah cukup selama ada seseorang yang peduli padaku. Namun, apa jadinya jika tiba-tiba ada orang asing yang tidak aku kenal menjadi orang berharga bagiku?

"Ah itu tidak mungkin," aku jadi memikirkan hal yang tidak-tidak.

Bahkan di usiaku yang terbilang sudah tidak muda ini tetap saja masih menjomblo dan tidak punya pacar. "Pacar ya? Apa enaknya berhubungan cinta dengan orang lain?"

Bagiku yang paling penting saat ini hanyalah bekerja cari uang dan hidup yang mapan. Aku ingin membahagiakan keluargaku, terutama ayah dan ibuku.

....

Saat itu seminggu sebelum natal, adikku mengirimi pesan "Kakak, kapan pulang?" katanya.

Aku masih belum tahu kapan aku bisa meluangkan waktu di malam natal hingga akhir tahun nanti bersama keluargaku. Aku sudah lama tidak pulang ke kampung halamanku, mungkin mereka sudah merindukan kehadiranku.

"Sabar sayang, jika kakak tidak sibuk pasti pulang." Hanya itu yang bisa aku katakan, padahal aku pikir aku masih belum pantas untuk pulang karena hidupku masih sama menyedihkannya seperti dulu. Aku sudah rajin mengirimi mereka uang dari 20% gajiku, mungkin uang saja tidak akan cukup untuk membahagiakan mereka tanpa bertemu dan memberikan kado spesial di malam natal nanti.

Tak terasa, malam natal sudah dekat. Salju putih yang turun dari langit begitu lebat mulai menutupi atap rumahku, jalanan menjadi licin dan udara semakin dingin. Tak peduli sekarang musim apa!? Hari-hariku masih sama, bekerja di kedai Takoyaki dan pulang lebih awal.

Waktu itu sepulang kerja, entah kenapa aku ingin mampir sebentar ke toko barang antik di depan SMA Abeno. Sebenarnya aku tidak berniat membeli pernak pernik natal, tapi entah kenapa aku rasa tidak pantas rasanya jika aku tidak ikut merayakannya seperti orang sekitar.

Ya, memang natal bukan agamaku.

Aku ingin mengikuti eventnya saja.

Kebetulan juga, anak pemilik toko antik ini menyukai game yang sama denganku. Secara tidak sengaja aku mampir dan kami berbincang-bincang tentang game itu, kemudian ia memberikan berupa kupon event game secara gratis. "Aku ingin segera pulang, mencoba turnamen game dan mencari gacha baru di rumahku nanti."

Akhirnya aku hanya membeli sekotak kue ginger bread dan sebuah stand lamp berbentuk manusia salju yang bisa kupajang di kamar. Tidak lupa, aku membeli hiasan bintang-bintang yang menurutku cukup buat hiasan di depan tv LED-ku.

Akhirnya aku pulang.

Namun sebelum itu, nenek yang ada di toko antik itu berkata padaku tentang ramalan cinta karena aku mencoba-coba membeli jepit baru untuk kupakai ketika kerja nanti.

Katanya "Tak lama lagi, kamu akan menemukan orang yang ditakdirkan untukmu."

Aku hanya tersenyum tipis meresponnya.

Siapa juga yang akan percaya akan ramalan seperti itu?

Dilihat saja aku ini hanyalah seorang otaku, nolep, dan maniak game yang sehari-harinya bekerja di Kedai Takoyaki. Bahkan aku tidak pengalaman soal cinta, meski sebenarnya aku ingin seperti teman-temanku di sana yang merasakan indahnya pacaran.

"Tidak, tidak, tidak!!" Prioritas utamaku adalah membuat keluargaku bahagia terlebih dahulu.

....

Tak terasa malam natal di Hannachou begitu sunyi, kulihat kedai Takoyaki di sebrang sana sudah tutup. Semua orang pasti merayakan malam natal ini bersama keluarga mereka masing-masing.

"Eh, Akane-san!?" Tiba-tiba pemilik kedai Takoyaki ini keluar rumah membawa sekantong kresek besar lalu menghampiriku.

"A-apa ini?"

"Terimalah!" Akane meraih tanganku kemudian memberikan sekantong kresek besar itu ke lengan tanganku, tanpa sadar aku menerimanya.

"Ta-tapi apa ini?" Aku begitu ragu, entah kenapa ada bau-bau takoyaki di dalam kantong kresek ini.

"Aku barusan melihatmu sekilas dari balik jendela kupikir kamu akan masuk ke rumahku karena memandangi kedaiku sangat lama ...."

"A-ah, maaf membuatmu curiga. Aku hanya habis jalan-jalan dari sekitar sini dan tiba-tiba aku ingin melihat pemandangan kedai yang tutup ini, hehehe." Elakku sambil membuat alasan konyol di depan pemilik kedai ini. Begitu bodohnya aku saat aku merindukan momen berkumpul bersama keluarga dihari-hari terpenting malah aku melirik orang lain dan mengganggunya.

"Em ..., kebetulan aku ada bingkisan untukmu." Akane-san hari ini memang merayakan malam natal bersama keluarganya.

"Ah maaf jadi mengganggu acara kalian-"

"Ah, apaan sih! Tidak apa-apa kok, aku memang ingin memberikan sesuatu untukmu."

"Baiklah, aku akan menerimanya. Terima kasih banyak Akane-san." Akane-san benar-benar baik padaku. Bahkan sesama orang yang berbeda agama di kompleksnya.

"Ya sama-sama."

Aku segera melambaikan tangan untuk pulang, begitu juga Akane-san melambaikan tangan padaku.

....

"Siapa?" suami Akane-san keluar menjemputnya.

"Ah ini, si Ayami baru saja aku ...." Suami Akane-san merangkul Akane dan melangkah bersama memasuki rumahnya.

Sekilas aku melihatnya, aku begitu iri dengan pemandangan ini.

Betapa romantisnya mereka.

Aku melanjutkan langkahku untuk pulang, menyeberang di lampu merah jalan Matsumushi.

Semakin malam semakin dingin.

*Aku pulang*

Segera kubuka pintu rumahku dengan memasukkan kunci rumah ke lubang kunci pintu, kemudian aku masuk dan kukunci rapat-rapat setelahnya.

Kunyalakan saklar lampu dan kutaruh sepatuku di rak sepatu dekat tempat meletakkan payung.

Kulihat di depan dinding koridor, jam menunjukkan pukul 22.00

Pantas saja udara di luar sudah sedingin ini.

Aku berjalan di tangga menuju ruang atas, kuletakkan tas dan bingkisan itu di kursi ruang atas. Segera kunyalakan penghangat ruangan (heater). Kuambil ambil handuk dari depan kamar mandi lalu kuusapkan pada rambutku yang basah terkena salju.

Aku begitu lapar ingin memakan kue manis di malam natal ini. Namun, aku enggan memasak karena terlalu merepotkan. "Sebaiknya aku mandi dulu ah, sebentar lagi aku ingin berburu gacha."

Sungguh malam natal yang menyedihkan.

"Bukan! Malam natal ini sesungguhnya tidak menyedihkan, namun dirikulah yang menyedihkan," bualku sambil melepas pakaian menuju bak mandi.

"Ah ..., nikmatnya." Mandi air hangat di malam hari memanglah menyegarkan.

****

Setelah mandi, seusai berganti pakaian, aku segera membuka komputer di kamarku. Aku lupa jika tadi aku menyalakan penghangat ruangan. Aku akan segera membuat kotatsu. Aku membukanya sebentar, mengkopi paste data game ke harddisk lalu segera aku menuju ruang tamu.

Aku membuka kantong kresek besar dari Akane yang kutaruh di kursi tadi. Kantong kresek itu berisikan bingkisan kue natal dan ternyata benar, ada sekotak takoyaki yang masih hangat di dalamnya.

Aku segera menyiapkan kotatsu di depan tv kemudian menancapkan harddisk pada saluran tv lalu menyalakannya.

Kuatur saluran terlebih dahulu.

"Yooooosssshaaaa! Kali ini aku harus mendapatkan seluruh gacha di event christmas!" seruku bermain game sambil menyantap takoyaki.

(Event dimulai tanggal 23-29 Desember) *Mengikuti turnamen sepekan akan mendapatkan Limited Gacha.

Aku tengah asyik menikmati malam natal ini dengan berburu gacha dalam turnamen game, sementara di luar sana salju turun semakin lebat.

Ruangan di dalam rumahku begitu hangat karena aku menyalakan penghangat ruangan dan memasukkan kakiku di kotatsu.

"Mungkin malam natal kali ini tidak menyedihkan." Gumamku sambi terus bermain untuk berburu gacha.

Beberapa menit kemudian ..., ketika aku akan memenangkan turnamen game dan mendapatkan banyak gacha berkat memanfaatkan kupon gratisan ini sebelum tengah malam, tiba-tiba kaca jendela di sebelah balkon pecah.

'TRAAAAAAK TRAAAAAK TRAAAAAAK'

Tirai yang menutupi kaca jendela tertiup angin ....

'BRAAAAAAAAAAAKK!!!!'

Seseorang pria dengan penuh luka, berlumuran salju dan darah menabrak jendela lalu mendarat dengan dahsyatnya di sebelah kotatsuku.

****

avataravatar
Next chapter