webnovel

Aku Ingin Mendengar Suaramu

Sam bersiap pulang menggunakan mobil Luxgen berwarna birunya. Baru saja akan meninggalkan parkiran rekan satu seriesnya memanggil.

"Tunggu!!" Teriak Evan dan Eunice.

Sam mengurungkan niatnya menginjak pedal gas dan membuka jendela depan mobilnya.

....

"Ada apa?" Sam mendongakkan kepalanya ke luar jendela mobil.

"Kita hangout dulu dong!!" Ajak Evan seraya mendekati mobil Sam.

"Aku lelah sebetulnya, tapi oke deh kebetulan aku besok free!." Jawab Sam terlihat enggan namun merasa tidak enak untuk menolak.

Evan langsung masuk ke mobil Sam dan duduk di jok depan sedangkan Eunice duduk di jok belakang.

"Kita ke Kedai Yin-Yang anak-anak yang lain juga udah di sana, kalau sutradara gak ikut masih harus menyiapkan untuk scene terakhir."

"Oke!". jawab Sam Lin singkat dan langsung meluncur menggunakan mobilnya.

Di seberang kantor terlihat Yu's Resto yang sudah mulai tutup, hanya tertinggal sang pemilik yang sedang memastikan bahwa pintu restonya terkunci dengan benar.

"Kau ingat resto di seberang itu?" Tanya Eunice pada Sam.

Sam hanya melirik sebentar dan fokus lagi menyetir

"Ya kenapa?"

"Setiap malam pemiliknya itu pulang naik sepeda. Aku rasa dia sudah gila, padahal rumahnya sangat jauh". Eunice berbicara sambil menggelengkan kepalanya

"Karena dia orang Jepang dan terbiasa dengan itu, kamu jangan norak!!" Jawab Evan meledek Eunice.

"Kalian tahu dari mana? Bukankah kalian selalu bersamaku? Kapan kalian punya waktu mengurusi pemilik restoran itu?" Jawab Sam sesekali melihat spion samping.

"Kami suka makan di sana. Kau ingat orang yang kau goda saat mengantarkan makanan?. Itu dia pemiliknya!! Dia lucu sekali, belum lancar berbahasa Mandarin jadi sengaja sering kami goda selain itu kau tahu kalau dia...."

Kalimat selanjutnya tidak begitu jelas terdengar oleh Sam. Tiba-tiba Sam teringat kembali bayangan wajah putih pucat itu dan aroma bedak bayi yang semerbak.

"Sam!!!" Hati-hati!!!" Evan berteriak

Sam tersentak hampir saja dia menerobos lampu merah karena melamun.

Lampu merah yang cukup lama membuat Sam sedikit bosan. Hampir 3 menit, sampai dia menyadari di spion sampingnya terpantul bayangan orang berkemeja oversize berwarna hitam sedang mengendarai sepeda.

Keringatnya yang memenuhi muka membuat setiap sudut wajahnya semakin tajam. Dan warna kulitnya yang pucat masih terlihat jelas meskipun dalam kegelapan, yang membedakan adalah rambutnya yang tergerai sampai ke pipi yang dia selipkan di telinga dan tidak terikat lagi seperti sebelumnya.

"Kalian masuk duluan! Handphone ku tertinggal di mobil, Aku akan mengambilnya dulu." Sam kembali menuju mobilnya yang terparkir di halaman kedai.

Ketika menutup pintu mobilnya kembali, Sam melihat sosok bersepeda itu di seberang jalan. Sam tidak melepaskan pandangannya kepada pengendara sepeda. "Pelan sekali dia mengayuh nya kapan dia akan sampai kalau seperti itu" Pikir Sam.

Tidak ingin membuat teman-temannya menunggu Sam segera masuk ke dalam kedai. Baru saja beberapa langkah meninggalkan mobilnya tiba-tiba "Bruuuk". Seketika Sam melihat kearah suara itu berasal. Sepeda yang tadi dia perhatikan sudah tergeletak dan pemiliknya meringkuk di sisi jalan. Di bawah alam sadarnya Sam berlari begitu kencang menyeberangi jalan tanpa melihat kiri dan kanan.

Sam menendang sepeda yang menghalangi langkahnya. Tergesa-gesa Sam jongkok dan memastikan pemilik sepeda yang sedang meringkuk itu tidak apa-apa.

"Kau baik-baik saja??" Suara Sam sedikit bergetar berusaha membalikkan tubuh itu. Sam menahan tubuh itu dengan lengannya dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah pemiliknya.

Nafas Sam menjadi sesak ketika melihat wajah yang lebih pucat dari biasanya sudah dibasahi oleh keringat dingin yang mengucur deras dan tangan mungilnya sedang menekan dada sebelah kirinya.

Orang itu tidak menjawab hanya mengangguk lemah dengan nafas tersengal.

"Hei!! Jawab aku!! Apa kau baik-baik saja??" Tanpa sadar tangan Sam sudah berada di leher orang tersebut dan mengguncangnya sedikit kencang. "Lehernya sangat lembut seperti kulit bayi. Tapi kenapa tubuhnya begitu dingin?" Ucap Sam dalam hati

"Tolong hubungi kakakku!. Yoshito Onii-chan. Handphone-ku ada di saku celanaku." Ucapnya dengan lemah dan aksen Jepang yang kental. Orang tersebut berusaha mengambil handphonenya di saku celananya dengan susah payah.

"Diam!! Kau diam!! Biar aku saja yang mengambilnya!!"

Sam mengambil handphone di saku celana orang tersebut tanpa melepaskan dekapannya, Sam menghubungi Yoshito Minato

"Halo Yoshito?? Ini aku Sam. Adikmu terjatuh. Cepat ke sini!! Akan ku kirim lokasinya.!"

Sam segera menutup telepon dan mengirim lokasi tempat dia berada.

"Siapa namamu??" Tanya Sam pada orang di dekapan nya. Namun tidak ada jawaban hanya ada wajah pucat yang sedang memejamkan mata

"Hei!! Bangun!! Hei siapa namamu??!!" Bentak Sam. Sam mencoba memeriksa nafas orang itu dengan meletakkan jari di depan lubang hidungnya.

"Aku masih hidup, namaku YU. Bolehkah aku memejamkan mata lagi?? Ini sakit sekali." Jawab YU dengan lemah dan memejamkan mata kembali tanpa persetujuan Sam.

Sam tidak tahu harus bagaimana. Dia hanya memandangi jalan sekitar dan kembali melihat wajah yang terpejam itu. Dia ingin bergerak atau berlari membawanya ke Rumah Sakit. Tapi dia takut ada tulang yang patah atau apapun itu. Nafas Sam masih terasa sesak dan matanya mulai merasa panas seperti ada airmata yang segera ingin keluar.

Baru saja aku tahu suaramu

Kau sudah membuatku takut

Aku ingin mendengarnya lagi

Bukan karena aku rindu

Hanya untuk memastikan kau masih ada denganku

(ghandistri)