49 Misi Rahasia

"Kalian boleh beristirahat."

Kalimat ini merupakan kalimat favorit bagi Feng Yan, Wu Yifeng, dan Huang Chuan. Bekerja sebagai pengawal pribadi, hampir seharian mereka menghabiskan waktu untuk mendampingi Lin Xiang. Posisi Gu Changdi di Royal Group membuat keseharian pria ini selalu disibukkan dengan pekerjaan. Itulah mengapa Gu Changdi membutuhkan bantuan Feng Yan, Wu Yifeng, dan Huang Chuan untuk mengawasi dan melindungi Lin Xiang.

Mereka bertiga masih berdiri di ruang tamu. Selesai Gu Changdi memberi izin, ketiganya bergegas kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Mansion keluarga Gu ini memang menyediakan kamar untuk para pekerja. Khususnya untuk mereka yang bekerja hampir 24 jam di mansion, juga yang bekerja mendampingi setiap anggota keluarga Gu. Tujuan disediakan kamar-kamar ini sebagai fasilitas agar mempermudah mereka untuk bekerja secara tepat waktu, dan selalu siap sedia jika dibutuhkan dalam waktu-waktu tertentu.

"Tunggu."

Langkah ketiga orang itu berhenti setelah mendengar suara Gu Jinglei. Ketiganya menunduk sopan kepada Gu Jinglei yang berjalan menghampiri mereka.

"Wu Yifeng, Huang Chuan, ikut ke ruanganku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian," kata Gu Jinglei tanpa basa-basi. Ia melirik Feng Yan yang kebingungan karena dua rekannya diajak ke ruangannya. "Kau boleh pergi, Feng Yan."

Feng Yan merespon dengan anggukan kecil, tetapi tetap mencuri pandang ke arah Wu Yifeng dan Huang Chuan yang sudah berjalan mengekori Gu Jinglei dari belakang. "Untuk apa Tuan Gu Jinglei memanggil mereka?" gumamnya penasaran. Ia lantas berjalan menuju kamarnya, memilih menunggu di sana sampai Wu Yifeng dan Huang Chuan kembali, baru menanyakan alasan Gu Jinglei memanggil kedua orang itu.

Wu Yifeng dan Huang Chuan saling memandang, seolah memberi isyarat bahwa keduanya sama-sama penasaran alasan Gu Jinglei mengajak mereka berbicara. Namun, mereka tetap patuh dan mengikuti perkataan kakek Gu Changdi itu.

Sesampainya di ruangan Gu Jinglei, Wu Yifeng dan Huang Chuan disuruh duduk di sofa panjang yang tersedia.

"Maaf. Aku menyela waktu istirahat kalian," ucap Gu Jinglei memecah keheningan.

"Tidak apa-apa, Tuan." Wu Yifeng berinisiatif mewakili Huang Chuan setiap merespon ucapan Gu Jinglei. "Apa yang ingin Anda bicarakan dengan kami?"

"Aku hanya ingin mengenal kalian lebih dekat. Sebagai pengawal pribadi calon cucu menantuku, tentu aku harus mengenal orang-orang di dekatnya. Terutama kalian yang akan selalu menghabiskan waktu hampir 24 jam untuk mendampingi Lin Xiang," tutur Gu Jinglei seraya tersenyum tipis. "Apa kalian keberatan?"

Wu Yifeng dan Huang Chuan kompak menggeleng.

"Bagus." Gu Jinglei melirik arah pintu ruangan yang dibuka oleh seseorang. Salah satu pelayan datang membawakan minuman untuk mereka. Setelah tiga cangkir teh diletakkan di atas meja, Gu Jinglei mempersilakan Wu Yifeng dan Huang Chuan untuk menikmatinya. "Ayo."

Wu Yifeng dan Huang Chuan bersikap patuh. Mengikuti ajakan Gu Jinglei untuk menikmati teh yang sudah disajikan. Tepat saat cangkir teh masing-masing kembali diletakkan di meja, Gu Jinglei memulai pertanyaannya.

"Jadi, kalian berasal dari Sichuan?"

"Iya, Tuan." Wu Yifeng yang berperan aktif selama sesi obrolan mereka. "Saya lahir dan besar di kota Deyang, sementara Huang Chuan di kota Chengdu."

"Chengdu?" Gu Jinglei menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah ayah Lin Xiang juga berasal dari kota Chengdu, Sichuan?"

"Benar, Tuan."

Gu Jinglei mengangguk-angguk. "Ceritakan padaku, bagaimana Gu Changdi bisa merekrut kalian untuk menjadi pengawal pribadi Lin Xiang?" tanyanya penasaran.

Wu Yifeng diam-diam melirik Huang Chuan yang terlihat tenang. Wanita itu mengangguk kecil, seakan memberi isyarat padanya untuk menjawab pertanyaan Gu Jinglei.

"Saat kami bertemu dengan Tuan Gu Changdi pertama kali, kami menolong seorang wanita yang menjadi korban pencopetan di sebuah pusat perbelanjaan. Melihat aksi kami menumbangkan pencopet itu, Tuan Gu Changdi mengaku tertarik dengan kemampuan beladiri kami." Wu Yifeng terdiam sejenak. "Setelah mengetahui bahwa kami berasal dari Sichuan, Tuan Gu Changdi meminta kami untuk bekerja sebagai pengawal pribadi Nona Lin Xiang."

"Ah, begitu rupanya," Gu Jinglei mengusap-usap dagunya. "Kalian sudah lama tinggal di Beijing?"

"Belum. Sebenarnya kami masih terhitung baru di sini, Tuan. Sekitar satu bulan," jawab Wu Yifeng.

Gu Jinglei menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang membuat kalian datang ke sini?"

Wu Yifeng terdiam sejenak. "Itu—"

"Untuk mencari seseorang, Tuan."

Jawaban Huang Chuan membuat dua pria itu menoleh bersamaan.

"Mencari seseorang?" tanya Gu Jinglei lagi. "Siapa?"

Huang Chuan belum menjawab. Sikap diamnya ini membuat Gu Jinglei semakin tidak sabar.

"Siapa yang kau cari? Apa kalian sudah menemukannya?" tanya Gu Jinglei mendesak.

Huang Chuan melirik Wu Yifeng yang melempari pandangan tidak setuju.

"Jika kalian belum menemukannya, mungkin aku bisa membantumu," tawar Gu Jinglei tulus.

"Terima kasih atas tawaran Anda, Tuan. Tapi, kami sudah menemukannya." Huang Chuan tersenyum sopan. "Maaf, kami tidak bisa memberitahu identitas orang itu."

Gu Jinglei mengangguk paham dan ikut memperlihatkan wajah penuh kelegaan. "Aku mengerti. Itu adalah urusan pribadi kalian. Aku ikut senang jika kalian sudah menemukannya."

Obrolan itu berlangsung singkat, diakhiri dengan saling menyesap teh masing-masing yang sudah disajikan di ruangan Gu Jinglei.

Wu Yifeng dan Huang Chuan keluar dari ruangan Gu Jinglei dengan sikap diam. Keduanya berjalan beriringan menuju kamar mereka. Saat sampai di lorong penghubung kamar-kamar mereka, Wu Yifeng tiba-tiba berbalik menatap Huang Chuan dengan senyum getir di wajahnya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa berkata seperti itu pada Tuan Gu Jinglei?" tanya Wu Yifeng. Raut kekecewaan tercetak jelas di wajahnya.

Huang Chuan memalingkan wajah. "Aku hanya ingin berkata jujur. Apa itu salah?"

"Tapi tidak dengan mengatakan tujuan kita datang ke Beijing." Wu Yifeng mengusap wajahnya. "Aku sudah menyuruhmu untuk menahan diri dan bersabar. Jangan bertindak gegabah."

Huang Chuan terdiam. Ia berbalik memunggungi Wu Yifeng. Sorot matanya mulai berkaca-kaca seiring tangannya yang mengepal kuat. "Yifeng, aku tidak bisa menahan lebih lama lagi."

Wu Yifeng tertegun saat mendapati tubuh Huang Chuan gemetar hebat. "Chuan-er ...."

Huang Chuan buru-buru mengusap mata saat cairan being itu mengaliri pipinya. Pandangannya kembali tertuju pada pintu ruangan Gu Jinglei. "Tuan Gu Jinglei sepertinya sudah menyelidiki latar belakang kita. Cepat atau lambat, identitas kita akan terbongkar."

Wu Yifeng menghela napas panjang. "Itu karena kau tidak menutupinya dengan baik seperti saranku."

Huang Chuan menoleh ke arah Wu Yifeng. Ia tersenyum tipis pada pria itu. "Aku sengaja melakukannya."

Wu Yifeng menatap tak percaya. "Apa maksudmu?"

"Aku tidak ingin menutupi apapun soal identitasku."

"Chuan-er ...."

"Jika terbongkar lebih cepat, aku tidak keberatan sama sekali." Ekspresi wajah Huang Chuan berubah serius. "Dengan begitu, aku bisa memenuhi keinginan Kakek. Membawa pulang cucunya yang belum pernah Kakek temui selama ini."

TO BE CONTINUED

avataravatar
Next chapter