webnovel

Twisted Twin : When Loving Requires More Effort

Percintaan anak kembar? Gimana tuh? Dara kembar cantik jelita Fayre, seorang model dan Flair, pemilik butik tas terkenal. Kedua kembar ini ternyata terlilit masalah cinta yang tak biasa! Flair diincar oleh seorang pria bengis yang selalu memaksanya menandatangani kontrak pernikahan meskipun ia menolak. Sementara Fay? Ia hamil dengan pria asing yang sama sekali tidak ia kenali, membuatnya jatuh dalam keputusasaan! Bagaimana cara kedua kembar ini saling membantu dalam kesulitan cinta yang dihadapi satu sama lain?? Akankah lelaki yg memaksa Flair menyerah akan tujuannya? Dapatkan Fay menemukan ayah dari bayinya ini? Lantas akankah ia menikahi sang pria? Temukan jawabannya hanya di "Twisted Twin : When Loving Required More Effort" TEMUKAN AKU JUGA DI IG : @myazra_tyas boleh talk to much dengan ku di sana...

AzraTyas · Urban
Not enough ratings
253 Chs

Sedikit Memberi Tekanan

<p>Rory memasangkan sepatu berwarna hijau yang sangat cantik ke kaki Fayre, sementara Flair sedang dipasangi sebuah selendang dengan motif dedaunan berwarna krem. Polesan make up mereka sangat sesuai dan membuat mereka menjadi sangat cantik. Baju yang dikenakan Flair memiliki rok yang pendek dengan kain yang menjuntai panjang pada bagian lengan hingga sepanjang dua setengah meter. Sementara Fayre menggunakan dress berwarna hijau dengan belahan berada di paha yang memperlihatkan kaki-kakinya yang jenjang nan cantik.<br/><br/>Fayre begitu cantik, membuat Ken terpukau olehnya. Gayanya yang nampak polos dengan wajah yang manis membuat Fayre begitu menarik perhatiannya. Rambut lurusnya yang hitam digerai bagian bawahnya sehingga nampak hitam mengkilap terkena sinar matahari yang sangat cerah.<br/><br/>Sesi pemotretan untuk kain motif baru milik Kenrick ini berakhir dengan lebih cepat dari perkiraan. Karena dilakukan di suasana terbuka di sekitar kaki bukit di pinggir kota mereka. Matahari yang semakin terik membuat photografer segera menyelesaikan pemotretan lebih cepat agar tidak terlalu melelahkan baginya dan bagi beberapa orang yang terlibat dalam pemotretan kali ini.<br/><br/>Saat hendak pulang seorang dari sopir Kenrick meminta Fayre dan Flair untuk pulang bersama sang sopir. Sedangkan Rory mengikuti dengan mobil mereka dari belakang. Saat sang sopir yang sudah berusia empat puluh lima tahun itu membuka pintu limosin, di dalamnya sudah terlihat Kenrick yang duduk menatap keluar jendela. Kenrick terilhat lebih dewasa dari biasana dengan kaos biru tua tutle neck yang dikenakannya, dihiasi dengan kalung emas putih dengan liontin bulat besar yang dipakainya. Dan dipadukan dengan celana panjang berwarna putih bersih. Rambutnya yang cepak semua disisir rapi ke arah belakang. Berbeda dari sisiran rambutnya yang berbelah samping yang biasa sehari-hari yang dilihat si kembar.<br/><br/>Sopir dari arah depan menggeser jendela kecil di belakang dudukan sopir dan bertanya pada Kenrick kemana tujuan mereka siang ini.<br/>"Masayoshi, pak!!! "Ucap Kenrick menyebut sebuah nama restauran Jepang yang biasa ia kunjungi.<br/>Setelah sang sopir paham arah yang dituju, mobilpun segera melaju dan meninggalkan lokasi pemotretan.<br/><br/>Setelah tiba di Restaurant Mashayoshi, waiters di sana menyapa dengan ramah dan menuju ke meja yang sudah dipesan Kenrick. Beberapa makanan segera dihidangkan. Tsukemen, tempura udang, gyoza, Onigiri, Teriyaki salmon, kakiage dan hanya tinggal memilih saja.<br/><br/>Fayre pamit untuk pergi ke kamar kecil. Ia merasa perilaku Kenrick yang agak cuek kepadanya hari ini menjadi saat yang lebih melegakan karena ia tidak lagi diganggu oleh perilaku Kenrick yang menyebalkan seperti sebelum-sebelumnya.<br/><br/>Ketika Fayre meninggalkan meja makan, Kenrick mempersilahkan Flair untuk meneguk teh panas yang sudah disiapkan di cangkir-cangkir yang berukuran sangat kecil.<br/>" Jadi bagaimana kondisi kalian hari ini?" Celetuk Kenrick memecah kesepian.<br/>"Kami baik-baik saja, dan bisa menyelesaikan pemotretan hari ini dengan baik." Jawab Flair sambil meletakkan cangkir teh yang baru diminumnya. "Terima kasih sudah menanykan kabar kami. " Lanjut Flair bersikap formal terhadap orang yang sudah memakai jasanya hari ini.<br/>"Kalian sudah lama bekerja sebagai model?" Ucap Ken lanjut bertanya.<br/>"Kami memulai semenjak sekolah dasar, ikut kelas modeling ditemani oleh ibu kami dan mulai ikut agency di tahun pertama kami kuliah. " Jawab Flair menjelaskan.<br/>"Dari dahulu ikut agency yang sama? " Tanya Ken lagi dengan datar.<br/>"Sempat berpindah-pindah agency, dan baru dua tahun ini ikut SOARS Entertainment. Jelas Flair lebih lanjut.<br/>"Untuk orang tua, mereka bekerja di mana? " Tanya Kenrick lagi menyelidiki.<br/>"Kami sudah tidak ada orang tua, mereka sudah meninggal saat usia kami remaja. " Jelas Flair sambil menatap Kenrick.<br/><br/>Kenrick meletakkan sumpit di tangannya, seraya berhenti mengunyah makanan di mulutnya. Ia lanjutkan mengunyah dan menelannya"Maafkan aku" Imbuhnya sambil sedikit tersenyum pada Flair.<br/>"Tidak apa, kami sudah terbiasa. It's fine! " jawab Flair sambil memasukkan makanan kedalam mulutnya.<br/>"Lalu kalian mencari nafkah sendiri, untuk menghidupi diri sendiri." Lanjut Flair.<br/>"Tidak, ada paman yang merawat kami di rumah. " Jawab Flair lagi.<br/>Paman? Mungkin itu pria yang ia lihat di rumah si kembar itu kemarin. "Pamanmu itu juga tinggal di sana? Di rumah kalian? " Tanya Ken ingin tahu lebih jauh lagi.<br/>"Sebelumnya tidak, ia tinggal di Amerika dan baru pindah bulan ini ke rumah kami." Jelas Flair sambil melanjutkan makannya.<br/>"Berarti banyak sekali yang tinggal di rumah itu, selain kalian berdua juga tentu ada keluarga si Paman itu bukan? " Tanya Kenrick lebih dalam tentang sang Paman ini.<br/>"Tidak, Paman hanya sendiri, keluarganya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Itulah mengapa ia pindah ke Amerika sebelum ini. Karena berada di sini mengingatkannya terus dengan anak istrinya yang sudah meninggal itu. "Jelas Flair dengan hati yang tak nyaman.<br/>"Kamu sendiri Kenrick, kekasihmu ia bekerja di mana? " Tanya Flair memberanikan diri bertanya lebih dalam tentang kehidupan si pangeran ini.<br/>" Ia meninggalkan aku menikah dengan orang lain beberapa tahun lalu. Saat itu usiaku masih sangat muda. Dia hanya terpaut satu tahun di bawahku. Adik kelasku saat SMA dan kuliah di kedokteran dulu." Jelas Kenrick sambil mengaduk teh tawar di gelasnya.<br/>"Kedokteran, jadi selain pengusaha kamu juga seorang dokter?" Tanya Flair semakin tertarik.<br/><br/>"Saat itu aku masuk di sana karena dia, walaupun orang tuaku tidak setuju. Setelah wanita itu menikah, karena tidak ada semangat lagi untuk melanjutkan kuliah di kedokteran, akhirnya aku memutuskan untuk keluar, tidak melanjutkan lagi. Lalu kuliah di bidang bisnis seperti yang diminta orang tuaku." Jawab Kenrick sambil memasang kancing jasnya.<br/>Fayre lama sekali baru kembali ke meja makan! Namun Kenrick segera bangkit dari kursi makannya dan beranjak meninggalkan meja makan mereka.<br/>"Maafkan aku nona-nona, aku hanya bisa menemani kalian sampai di sini, kalian bisa melanjutkan makan siang. Karena aku tidak bisa meninggalkan rapat analisis pasar di perusahaan ku. Jadi aku harap kalian tidak keberatan aku meninggalkan kalian dengan cara yang tidak sopan semacam ini. " Pamit Kenrick pada si kembar.<br/>"Tidak biasanya dia bersikap formal seperti ini sebelumnya, Flair. Apa mungkin dia salah makan obat pagi ini.? " Celetuk Fayre setelah Kenrick pergi.<br/>"Perhaps!! " Jawab Flair singkat.<br/><br/>~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤~~~~¤<br/><br/>Setelah sore tiba, Flair dan Fayre mengunjungi toko tas milik mereka di Cisco Plaza. Mereka menyapa tiga orang pegawai mereka dan melihat stok barang dan dibantu Rory untuk menyalin file penjualan tas selama seminggu ini.<br/>Tiba-tiba sebuah kerumunan ibu-ibu kelas atas memasuki toko mereka. Wanita yang memimpin di antara mereka nampaknya tidak asing bagi Fayre maupun Flair. Idlina. Sebagai salah satu menantu di Swinford Family, Idlina terlihat paling menonjol di antara mereka.<br/><br/>" Aku meminta beberapa jenis tas untuk para sahabatku ini!!" Pinta Idlina pada salah seorang pegawai. " Bawa kemari dan aku akan memilihnya. " Lanjutnya.<br/>Flair dan Fayre segera menghampiri perancang busana idolanya itu dan hendak memberikan sambutan untuknya.<br/>"Nyonya Idlina, senang berjumpa dengan Anda kembali. " Sambut Fayre sambil bersiap bersalaman dengan wanita itu.<br/>"Kembar cantik ku, kalian juga berada di sini!" Seru Idlina tidak menyangka. "Oowh ya, aku juga ingin menyampaikan hasil foto kalian sempurna sekali, aku sangat-sangat menyukainya. " Imbuh Idlina sambil meraih lengan Fayre.<br/>"Dear, ini semua adalah teman-temanku dari luar negeri. Mereka mengunjungiku di sini dan membuatku bahagia sekali. Kalau kalian, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Idlina pada si kembar.<br/>"Kami yang membuka toko tas ini, Nyonya. " Jawab Flair tanpa ragu.<br/>"Semua tas ini??? Betapa menakjubkan!! Selain cantik, kalian juga berbakat. Aku senang dengan produk Flush-F. Kalian tahu mengapa?? Itu karena kualitas bahan dan jahitan yang terjaga sangat baik dan rapi." Jelas Idlina mengagumi tas bikinan mereka.<br/><br/>"Aku juga sering menjadikannya sebagai kado untuk beberapa kolega suamiku. " kata Idlina menimpali.<br/>"Terimakasih banyak,Nyonya! Suatu kebanggam bagi kami tas kami dibeli oleh perancang kenamaan sekelas Anda, Nyonya. "<br/><br/>Saat masih menemani Indlina memilih-milih Tas untuk keenam sahabatnya itu, tiba-tiba Ddddrrrttt!!! Dddrrrtttt!!! Dddrrrttt!!! Ponsel Flair bergetar di sakunya.<br/><br/>"Fay, aku terima pesan dulu!!!" Bisik Flair pada saudara kembarnya.<br/>"Baiklah " Sahut Fayre memberi kode okay.<br/><br/>Flair membaca pesan yang dikirim oleh Hadley.<br/>" Aku akan menemui mu di Cisco Plaza. Tunggulah! Aku sendang dalam perjalanan. " Tulis Hadley.<br/>"Aku masih belum bisa menemui mu, masih ada Nyonya Idlina datang ke toko ku saat ini. " Balas Flair si pesannya.<br/>"Well, aku akan menunggu di depan Butik Damarion." Pesan Hadley masuk lagi.<br/>"Okay, aku temui kamu di sana. " Balas Flair kembali.<br/>Flair kembali ke kerumunan Idlina dan sahabatnya itu. Kemudian menarik tangan Fayre menjauhi kerumunan.<br/><br/>"Fay, temanilah Idlina melihat-lihat tas kita. Aku akan menemui Hadley sebentar saja. " Bisik Flair pada Fayre.<br/>"Tidak mengapa Flee, akan aku tangani dengan sangat baik. " Jawab Fayre menyetujui.<br/><br/>Flair sedikit mengendap-endap agar tidak diketahui oleh Idlian bahwa ia meninggalkannya. Khawatir jika ia dinilai tidak bisa melayani customer dengan baik dan benar. Dan tidak ingin Idlina merasa kecewa.<br/><br/>Flair segera melangkahkan kakiny berjalan dengan cepat menuju ke Butik Pakaian Pria bernama Damarion yang berada dua blok dari tokonya. Setibanya di depan toko Damarion Fayre melihat seorang pria denga jaket rajut berwarna hijau army tua dengan kombinasi putih membelakanginya. Dan Falir sangat yakin bahwa pria itu adalah Hadley. Saat ia hendak berjalan lebih mendekat ke arah Hadley berdiri, tiba-tiba sebuah tangan menyergapnya. Tangan itu menyumbat mulutnya hingga Flair tidak bisa menyebut nama Hadley. Sedangkan lengannya dipegang erat oleh tangan lain membuatnya terpaksa mengikuti kemana arah tubuhnya ditarik.<br/>Saat dilihat nya, Pemilik tangan itu adalah Nolan.<br/><br/>Nolan tidak segera melepaskan Flair dengan mudah. Sssttttt!!!! Nolan meminta Flair untuk tenang, " Lihat saja ke depan !!!! Aku tidak ingin menyakitimu. " Seru Nolan hanya terus menatap ke depan.<br/><br/>Dan mata Flair secara otomatis memandang Hadley dari kejauhan dan berharap Hadley bisa menolongnya.<br/>Namun apa yang terjadi, Hadley didatangi oleh seorang gadis yang tak lain adalah Altha.<br/>Altha terlihat menepuk bahu Hadley. Membuat Hadley memutar arah badannya.Setelah Hadley melihatnya, Altha langsung melompat ke pelukan Hadley. Hadley tidak membalas pelukan gadis itu dan lebih memilih mengacuhkannya. Hadley berjalan meninggalkan Altha dan Altha malah mengejarnya dan minta menggandeng tangan Hadley.<br/><br/>Setelah Hadley dan Altha pergi, Nolan melonggarkan pegangan tangannya ke lengan Flair. Membuat gadis itu bisa dengan mudah melepaskan diri dari segapan Nolan tadi.<br/>"Mengapa kamu menghalangiku???!!!" Seharunya kamu membiarkan aku tadi.!!!! " Teriak Flair pada Nolan.<br/>"Tidak akan mungkin, dia adikku dan kamu adalah wanitaku, bagaimana aku bisa membiarkan kalian saling melukai!!!! " Teriak Nolan membalas Flair.<br/>"Aku bukan wanitamu!!! " Seru Flair menekankan.<br/>"Akan menjadi wanitaku, tidak lama lagi!!! " Bentak Nolan pada Flair.<br/>"Tidak akan pernah!!!! " Seru Flair makin jengkel. Dan ia berlari menjauhi Nolan.<br/>Nolan mengejarnya dan meraih lengan Flair.<br/>"Jangan mengejar mereka!!! "Seru Nolan menghadapkan tubuh Flair ke hadapannya.<br/>"Altha tidak boleh tahu kau ada di sini!!" Seru Nolan memperingatkan.<br/>Flair tetap tidak mempedulikan dan terus berontak. "Demi Flush-F!!!!" Lanjut Nolan dengan suara yang lebih keras.<br/><br/>Flair bingung dengan maksud Nolan barusan. Flair menenangkan diri dan berhenti berontak dari pegangan tangan Nolan.<br/>"Apa maksudmu?" Tanya Flair sambil melepaskan bahunya dari cengkeraman tangan Nolan.<br/>"Aku tidak mau Altha tahu kamu di sini. Dan membuka Flush-F. Karena bisa-bisa dia merusak semuanya. Ini demi kamu juga Fayre." Jelas Nolan sambil menggenggam kedua tangan Flair.<br/>Entah mengapa untuk hari ini, rasa takut Flair akan Nolan sedikit berkurang dari biasanya. Nolan menarik tangan Flair dan berjalan menuju ke parkiran mobil Plaza. Ia membuka pintu mobil dan mendorong Flair duduk di jok kursi belakang.<br/>"Owh, tidak!!! " Batin Flair merasa menjadi mudah dibodohi Nolan.<br/>Nolan kemudian memdorong tubuh Flair ke sofa mobil kemudian mencium paksa bibir Flair. Tubuh kurus Flair tak kuasa berontak kalah dengan tubuh laki-laki itu. Nolan memagut bibir Flair dengan lembut. Lama ia mendaratkan ciumannya pada gadis itu.<br/>"I'm so into you!! " Bisik Nolan di telinga Flair.<br/>Membuat jantung Flair berdegub kencang dan bergidik.<br/>Aroma tubuh pria ini begitu harum, kulitnya pun begitu halus. Ciumannya pun begitu lembut dan penuh perasaan. "Owh Flair, apa yang ada di pikiranmu barusan???" Batin Flair berkecamuk.<br/>"Hentikan, Nolan!!! Kau gila!!! Maniak!!! Brengsek!!! " Teriak Flair mendorong tubuh Nolan.<br/>"Jangan berisik, bagaimana jika Hadley melihatmu menyelinap di dalam mobilku. Aku rasa bukan pemandangan yang bagus untuk ia lihat, bukan? !!!!"" Bentak Nolan sambil membungkam mulut Flair.<br/><br/>"Tunggu dan lihat saja, mungkin kau akan mendapati sesuatu terjadi setelah ini. " Jelas Nolan kesal pada Flair.<br/>Dari kaca belakang mobil Nolan, Flair melihat Hadley berjalan menuju sebuah sedan berwarna biru tua miliknya. Diikuti oleh Altha yang menenteng beberapa paper bag belanjaan. Hadley membuka pintu mobilnya dan Altha menghentikan Hadley dan menciumnya di sana. Hadley hanya diam tanpa membalas, tapi juga tidak menolak ciuman Altha. Setelah itu Altha terlihat berpamitan dan kemudian berjalan ke arah mobilnya sendiri. Hadley kemudian melajukan mobinya dan belalu pergi melewati mobil Nolan.<br/>Sementara itu Flair masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini pasti rencana kalian, kau dan Altha. Untuk membuatku melihat semuanya. " Ucap Flair menuduh Nolan.<br/>"Tidak satu pun, aku hanya menghindarkan pertengkaran antara kau dan Altha itu saja. Apapun yang kau pikirkan selain itu aku tidak peduli. Itu bukan urusanku" Jawab Nolan datar dan tidak peduli.<br/>Flair bergegas untuk keluar dari mobil Nolan. Nolan meraih tangan Flair mencoba menghentikan gadis itu.<br/>"Makan malamlah dengan ku. Sebagai ganti kau menolak makan siang hari ini. " Pinta Nolan sambil memandang wajah Flair.<br/>"Tidak, aku sama sekali tidak tertarik." Flair melanjutkan tujuannya untuk keluar dari mobil Nolan. Namun langkahnya terhenti karena dua orang pengawal Nolan memaksanya masuk kembali ke dalam sedan hitam itu.<br/><br/>Sesampainya di sebuah restauran mewah, Nolan menggandeng tangan Flair masuk dan memilih meja dengan hanya dua kursi. Nolan menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Flair mendudukinya.<br/>Flair kemudian duduk dan membuka tas bawaanya. Menyalakan ponselnya dan melihat barang kali ada pesan di sana, terutama dari Hadley. Namun Hadley sama sekali tidak menghubunginya. Mengapa tiba-tiba Hadley mendiamkannya setelah kejadian tadi.<br/>Menu sudah dipesan Nolan untuk mereka berdua. Nolan meraih tangan Flair yang terlihay cemas itu. "Ia akan menghubungimu esok. " Ucap Nolan berusaha menenangkan Flair.<br/>Makanan pun segera datang dan mereka memulai makan malam dan Flair hanya makan sedikit saja. Suasana hatinya sedang tidak nyaman, ia mudah sekali merasa kenyang.<br/>"Oh ya, terimalah tawaran Idlina kemarin, dan bekerjalah lagi untukku. Jika benar mau aku akan menyiapkan segala fasilitas terbaik untukmu. Yang mungkin tidak akan diberikan jika kau bekerjasama dengan perusahaan lain. " Jelas Nolan.<br/>"Aku menjadi semakin tidak tertarik untuk menerimanya. " Jawab Flair singkat.<br/>" Sudahlah, kau tidak perlu membayar dengan apapun. Aku semua fasilitas yang kamu dapatkan nanti hanya sekedar bonus dariku pribadi. Itu tidak tertulis dalam kontrak." Jelas Nolan sambil menuang mayonais dalam piring makanannya.<br/><br/>"Kita lihat saja nanti. Aku belum bisa memutuskan sekarang. " Jawab Flair masih dengan nada datar.<br/><br/>Setelah makan malam, Nolan mengantarkan Flair pulang. Di sepanjang perjalanan ke rumah Flair hujan turun.<br/>Setelah sampai di halaman rumah Flair, Nolan melepaskan jas miliknya dan memakaikannya pada tubuh Flair. Salah satu pengawal Nolan membukakan pintu belakang dan memayungi tubuh Flair. Flair pun masuk ke dalan rumah ditemani si pengawal. Setelah itu Nolan dan pengawalnya pergi meninggalkan rumah Flair.<br/><br/>Flair masuk ke kamarnya dan membanting tubuhnya tengkurap ke atas kasur empuknya.<br/>Ddddrrrttt!!!! sebuah pesan masuk ke ponselnya dari nomor yang tidak dikenal.<br/>"If it becomes a pressure for you, there's a chest here ready to hug you.Nolan" isi di pesan itu.<br/><br/>Dari dalam mobil Nolan tersenyum melihat tanda pesannya sudah di baca oleh Flair. "Tidak lama lagi Flair, kamu akan semakin mendekat, mendekat seiring menjauhnya Hadley. " Gumam Nolan lirih.<br/>.<br/>.<br/>.<br/>*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas<br/>untuk tahu judul Novel saya yang lain</p>