webnovel

Chapter 4

Rintan sekarang tengah berada di dalam kamar mewah nya yang berada di lantai dua. Sesampainya di rumah tadi mamanya memeluk dirinya dan mencium pipi kanan kirinya sebagai rasa sayang yang lebih pada dirinya.

Tidak heran lagi bahwa mamanya dan papa tirinya itu sangat menyayangi dirinya sejak kecil sampai-sampai Rintan tidak tahu bahwa papanya itu adalah papa tirinya.

Gadis cantik itu sekarang tengah duduk di meja riasnya untuk membersihkan wajahnya sehabis pulang dari sekolah. Mamanya yang bernama Rani kini tengah menyiapkan makan siangnya di meja makan bersama dengan para asisten rumah tangga yang ada di rumahnya itu.

Rintan sejak kecil terbiasa dengan hidup mewah dan selalu tercukupi tidak kurang satu apapun. Rintan selalu dimanja dan dituruti apa saja yang dia mau. Bulan kemarin Rintan menginginkan mobil mewah yang khusus dari luar negeri dan langsung datang ke rumahnya.

Permintaan gadis cantik itu langsung dipenuhi oleh papanya dan juga mamanya. Selesai gadis cantik itu mengganti baju dan membersihkan badannya dia berjalan keluar kamar menuruni anak tangga rumahnya menuju ke meja makan yang sekarang sudah ada mamanya yang duduk menunggu dirinya untuk makan siang.

"Mama masak apa hari ini?" tanya Rintan pada mamanya sembari mengembangkan senyuman manisnya pada mamanya.

"Mama selalu masak makanan kesukaan kamu agar kamu makan dengan lahap dan bisa kenyang habis itu kamu bisa santai santai dengan perut yang sudah kenyang," jawab Rani pada Rintan sembari mengambilkan nasi untuk Putri cantiknya itu.

"Mama nggak usah repot-repot mengambilkan nasi untuk aku, aku bisa mengambil nasi nya sendiri dan mama tidak perlu mengambil kan aku nasi," ujar Rintan pada mamanya.

"Mama tau kamu lapar dan capek  setelah pulang sekolah jadi enggak salah dong salah mama menyiapkan nasi untuk kamu?" tanya Rani pada Rintan.

"Iya sih mah nggak salah. Tapi aku yang salah, harusnya aku ambil sendiri dan tidak merepotkan mama," jawab Rintan pada Rani.

"Mama malah sedih kalau kamu tidak merepotkan mama. Jadi kamu diam aja kalau mama menyiapkan semua yang kamu butuhkan selagi mama bisa," ujar Rani pada Rintan.

"Oke deh mah yang penting Mama bahagia," sahut Rintan pemberi mengembangkan senyuman manisnya pada mamanya.

"Yang terpenting buat mama adalah kebahagiaan kamu dan ketenangan kamu sayang. Mama nggak mau kamu kekurangan suatu apapun," ujar Rani pada putrinya itu.

"Terima kasih Mama karena sudah menyayangi Rintan dan mengasihi Rintan sejak kecil. Rintan jadi kangen papa, papa kapan pulang dari Australia mah?" tanya Rintan pada mamanya.

"Besok malam papa kamu pulang dari Australia jadi kamu mau apa oleh-oleh dari sana?" tanya balik Rani pada putrinya.

"Aku pengen dibawain jajan dari Australia dan juga gaun untuk ulang tahun aku beberapa bulan lagi mah," jawab Rintan dengan girang pada mamanya.

Rani menganggukkan kepalanya penglihatan apa yang diminta oleh Putri cantiknya itu.

"Ya udah nanti kamu bilang sama papa pasti papa belikan dan papa bawakan dari Australia langsung," ucap Rani pada Rintan.

"Iya mah pasti," sahut Rintan pada mamanya sembari menganggukkan kepalanya mantap.

Selesai mengobrol sebentar mereka pun melanjutkan aktifitas makan siang sampai selesai. Di sisi lain Revan sekarang baru selesai memperbaiki motornya di bengkel dan dia sekarang tengah dalam perjalanan menuju ke rumahnya.

Revan sangat khawatir dengan ayahnya dan rasa cemasnya dari tadi tidak hilang dia memikirkan ayahnya bagaimana dengan jualan ayahnya dan juga pasti ayahnya mengkhawatirkan dirinya karena tidak pulang tepat waktu.

Sampailah sekarang Revan di rumahnya dia mendapati ayahnya sekarang tengah terduduk bersandar di dinding rumahnya menunggu kepulangan dirinya. Revan khawatir dengan keadaan ayahnya itu dan dia langsung melepas helmnya dan turun dari motornya berjalan cepat menghampiri ayahnya.

Prapto yang mendapati putranya itu sudah pulang dia merasa sangat bahagia dan lega rasa khawatir nya terobati dan sekarang dia sangat bahagia dan memeluk putranya itu.

"Kamu dari mana saja nak? Kenapa baru pulang? Ayah sudah menunggu kamu dari tadi tapi kamu tidak pulang-pulang," ujar Prapto pada Revan.

"Reva minta maaf dengan sangat-sangat Yah, kedua ban motor Revan tadi mendadak kempes dan mengharuskan Revan mendorong sampai ke bengkel. Maka dari itu Revan pulang telat dan maaf banget membuat ayah khawatir sama Revan," sahut remaja laki-laki itu sangat merasa bersalah dan meminta maaf pada ayahnya.

Prapto menggelengkan kepalanya tidak terima kalau putranya itu meminta maaf pada dirinya karena putranya itu tidak membuat kesalahan apapun pada dirinya. Prapto meminta Revan agar segera masuk ke dalam rumah dan segera mengganti baju serta makan siang karena Prapto yakin bahwa putranya itu belum makan.

"Kamu belum makan kan? Ayo kamu segera makan dan tidak usah memikirkan tentang jualan ayah, yang terpenting sekarang perut kamu ada isinya sedari tadi kamu pegang itu terus pasti sakit karena kamu belum makan," ujar Prapto pada Revan.

Revan menganggukkan kepalanya menghilangkan dan menuruti apa yang diperintahkan ayahnya itu pada dirinya. Remaja laki-laki itu segera masuk ke dalam rumahnya dan mengganti baju di kamarnya dan baru setelah itu dia keluar kamar dan menuju ke meja makan yang kecil yang ada di rumahnya untuk makan.

Prapto merasa sangat bahagia karena putranya itu makan dengan lahap dan sekarang tersenyum pada dirinya. Melihat putranya itu cukup dan makan dengan teratur serta sehat dan juga sangat pandai dia merasa sangat bersyukur dan sangat bahagia meskipun istri dan anak perempuannya jauh dari dirinya dan entah sekarang ada di mana Prapto tidak tau.

Sekarang hanya Revan lah harta Prapto dan hidup Prapto ada dalam diri Revan. Prapto sangat sedih jika melihat putranya itu jatuh sakit ataupun lelah dalam belajar. Maka dari itu Prapto berusaha sekuat tenaganya untuk bisa membahagiakan putranya itu ya sejak kecil sabar dan tidak pernah meminta apapun pada dirinya selain membantu dan terus membantu dirinya untuk berjualan bakso.

Sangat berbanding terbalik dengan kehidupan kembaran Revan yang tidak lain adalah Rintan, seorang gadis yang sering sekali membeli Revan dengan alasan tidak suka dengan Revan dan sangat membenci Revan.

Perilakunya di sekolah mama dan papanya tidak mengetahui, serta Prapto pun juga tidak mengetahui hal itu, karena Revan tidak pernah bercerita tentang dirinya yang sering dibully oleh Rintan.

Revan tidak mau gadis yang dia sukai itu dimarahi oleh kedua orang tua dan terutama ayahnya. Karena jika itu sampai terjadi akan menjadi malapetaka bagi gadis cantik yang dia sukai itu.

Bahkan pernah terjadi suatu waktu saat Rintan hampir terkena bola basket dan dirinya langsung mendorong rintan agar tidak terkena bola basket itu yang sangat sakit jika kena kepala. Namun kebaikannya itu malah direndahkan oleh Rintan dan dirinya malah disalahkan oleh Rintan karena menyebabkan Rintan terjatuh sampai tersungkur di lapangan basket.

Hal itu tidak membuat Revan menjadi benci pada gadis cantik itu, Revan hanya memaklumi karena memang dirinya tidak mampu dan keadaannya sangat berbanding terbalik dengan keadaan gadis cantik yang dia sukai itu.

Selesai dirinya makan bersama dengan ayahnya, Revan segera membantu ayahnya untuk berjualan keliling kampung dan dan untungnya semua warga kampung baik pada dirinya dan juga ayahnya.

Setiap Revan pulang jualan pasti dagangannya habis dan dia mendapatkan uang yang cukup untuk makan sehari-hari dan juga membeli bahan untuk membuat bakso lagi dan dia jual lagi.

Next chapter