webnovel

TWINS DEVIL

Misi dendam Rio kepada orang yang telah membantai keluarganya membawanya pada orang-orang yang merasakan hal yang sama dan terlibat dalam satu peristiwa yang sama. Misi itu tidak mudah, karena ia harus berhadapan dengan orang yang dulu begitu dekat dengannya, tetapi entah dengan alasan apa, orang itu menghabisi keluarganya dengan keji.

dian_nurlaili · Book&Literature
Not enough ratings
4 Chs

Two Devil

Seorang gadis berdagu tirus tampak menggerutu sepanjang perjalanannya di koridor kampus. Mengeluarkan berbagai sumpah serapah karena harus bangun pagi-pagi sekali demi tugas dadakan dari sang dosen. Tangannya memeluk file tugas dengan erat, andai bukan tugas yang menyangkut nasib skipsinya nanti, ia tak akan mau repot-repot seperti ini. Pak Duta, dosen bertubuh gembul itu memang suka sekali mempermainkan mahasiswanya.

Brukk!

"Arghhh, sial!" gerutu gadis itu saat bokongnya berciuman dengan lantai. Sudah kesialan yang ke berapa pagi ini? Gadis itu mendongak dan menatap sengit seorang pemuda yang tengah berdiri dan memandangnya datar. Sama sekali tidak ada raut bersalah karena telah menabraknya hingga jatuh. Yang lebih menyebalkan lagi, pemuda itu bahkan melenggang begitu saja tanpa berniat membantunya.

"Woyy!"

Pemuda itu berhenti melangkah tapi tidak menoleh, sedetik kemudian ia kembali melangkahkan kakinya. Karena kesal, Ify melepas sepatunya dan melemparkan ke pemuda itu.

Plakk!

One shot! Sepatu itu mendarat mulus di kepala sang pemuda. Gadis itu tersenyum bangga dan berdiri sambil menepuk-nepuk bokongnya. Ia memungut file tugasnya yang untung sekali masih selamat dan tidak terlempar ke tempat sampah ataupun ke selokan. Jika saja hal itu sampai terjadi, mungkin ia tak akan berpikir dua kali untuk mengamuk bagai banteng saat itu juga.

"Lo cari gara-gara sama gue?" Pemuda itu sudah sampai di depan sang gadis sambil menenteng sepatu milik gadis itu.

"Lo yang mulai duluan," balas sang gadis tanpa rasa takut ataupun terintimidasi dengan tatapan tajam dari pemuda itu.

Pemuda itu tersenyum sinis dan membuang sepatu milik sang gadis ke tempat sampah.

"Minta maaf sama gue!" Ucapnya kemudian.

Sang gadis tertawa sinis. "Gue kira lo nggak paham dengan kata maaf"

"Maksut lo apa?" Pemuda itu mulai hilang kesabaran. Beberapa orang yang lewat tampak berdiri diam mengamati pertunjukan yang terjadi. Mereka cukup tahu diri untuk tidak ikut campur dalam permasalahan dua orang yang terkenal dengan sifat 'setan' itu.

Mario Aditya Haling, adalah mahasiswa semester akhir yang dikenal sangat dingin dan kejam. Meskipun mempunyai paras yang tampan rupawan, semua orang yang mengetahui kepribadiannya pasti berpikir dua kali utnuk berurusan dengannya. Tak hanya kata-katanya yang tajam bak belati, tapi kemampuan bertarungnya tak diragukan lagi. Dia terkenal sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo yang berhasil menjuarai tournamen tingkat Internasional. Sementara sang gadis, Alyssa Saufika Umari adalah gadis dengan tempramen buruk yang mempunyai lidah setajam silet dan beladiri selincah Jackie Chen. Tak peduli laki-laki atau perempuan, ia tak pernah pandang bulu. Siapapun yang berani mengusiknya, maka ia akan membalas dengan hal yang sama. Meskipun begitu, keduanya terkenal dengan kegeniusan mereka. Ify, sang mahasiswi semester enam yang sudah menyelesaikan KKN dan bersiap untuk proposal skripsi. Jika dihitung, waktu kuliahnya hanya tiga tahun saja. Begitupun Rio yang sudah menyiapkan acara wisuda sebentar lagi.

Kembali ke tempat dimana ketegangan terjadi. Antara Ify dan Rio tak ada yang mau mengalah. Keduanya saling ngotot merasa paling benar.

"Lo yang jalan nggak pake mata makanya nabrak, kenapa kepala gue yang lo timpuk pake sepatu, Gadis Gila!"

"Jalan itu pake kaki, Pria Lidi! Sejak kapan jalan pake mata?"

Skak mat! Pemuda itu terdiam sesaat, tetapi harga dirinya meronta tak mau kalah.

"Terserah lo tapi lo harus minta maaf karena nimpuk kepala gue!"

"Emang lo udah minta maaf karena nabrak gue?"

"Gue nggak ada waktu buat ngladenin lo. Kali ini, gue maafin lo, tapi lain kali jangan harap!" ucap Rio sambil berbalik pergi.

"Oh tidak bisa!" Ify menarik lengan Rio, memutarnya ke belakang dan kakinya menjulur menjegal kaki sang pemuda hingga roboh.

Rio menggeram kesal, dengan satu tolakan kaki, ia berhasil berdiri dengan elegan. Matanya yang tajam berkilat marah menatap Ify yang berdiri dengan dada membusung bangga karena berhasil menumbangkan lawan.

"Sekarang impas!" ucap Ify dengan puas. Ia bersiap untuk pergi saat tangannya juga ditarik. Rio berniat melalukan hal yang sama, tetapi Ify yamg sudah antisipasti melakukan salto hingga kembali mendarat sempurna di atas kedua kakinya. Senyum penuh ejekan ia lontarkan menambah geram sang lawan.

"Enggak kena, wle!"

Orang-orang yang sedari tadi menonton hanya mampu berharap ada yang berani melerai perkelahian dua orang berbeda kelamin ini.

Suasana memanas saat Rio dan Ify semakin tersulut emosi, tetapi suara dering ponsel Ify membuyarkan aksi saling melotot mereka berdua.

"Anjer gue telat!" pekik Ify saat melihat ponselnya. Bunyi tadi adalah set alarm yang sengaja dipasang Ify sebegai pengingat jika tenggang waktu mengumpukan tugas tinggal lima menit lagi.

"Kita lanjut lain kali!" Ify membuat gerakan mencolok matanya sendiri kemudian di acungkan ke arag Rio.

Rio tersenyum sinis lalu melenggang pergi, begitu pula Ify yang langsung mengambil jurus seribu bayangan agar segera sampai di kantor Pak Duta. Dengan begitu, adegan perkelahian pagi ini bersambung. Penonton bubar, ada yang kecewa, ada yang lega.

****

Ify berhasil mengumpulkan tugas tepat tiga puluh detik sebelum waktu habis. Demi mengganti energi yang sudah ia keluarkan terlalu banyak pagi ini, Ify memutuskan untuk ke kantin. Lagipula Sivia tadi juga bilang jika dirinya sedang ada di kantin.

Sesampainya di kantin, Ify mengedarkan pandangan dan menemukan sahabatnya itu tengah asik menyantap semangkuk soto di meja paling pojok, meja favorite mereka berdua. Selain dekat dengan jendela, di meja sini adalah tempat yang strategis untuk mengamati sekitar. Meskipun Ify tak peduli dengan sekitar, tetapi terkadang ada kejadian lucu di kantin yang membuatnya tertawa meski sedikit. Tak usah ditanya kalau Sivia, gadis itu sudah tertawa terpingkal-pingkal hingga menangis. Pernah kejadian saat Dayat, mahasiswa fakultas teknik yang dikerjai oleh teman-temannya. Pemuda bertubuh gempal itu kalah bermain truth or dare dan harus bernyanyi mengungkapkan perasaan kepada orang yang dicintainya. Untung suaranya bagus, dan Ify pun ikut menikmati, belum lagi teman-temannya yang mengiringi dengan beatbox ataupun sekedar gebrakan meja yang berirama. Yang lucu, Dayat menyatakan cintanya kepada Irma, orang yang telah memberinya tantangan. Sontak saja gelak tawa penuh ejekan terdengar di seluruh penjuru kantin.

"Vi!"

"Uhuk!"

Dengan cepat, Ify mengambilkan air putih dan langsung diminum oleh Sivia hingga tandas. Setelahnya, gadis berambut sebahu itu terbatuk-batuk hingga matanya memerah.

"Datang salam dulu, kek! Nggak muncul tiba-tiba kaya jailangkung," gerutu Sivia yang tak dipedulikan oleh Ify. Gadis berdagu tirus itu menaruh tasnya dengan kasar di meja dan menuju ke tempat penjual bakso untuk memenuhi hasrat laparnya. Belum lagi, ia tak sempat sarapan karena terburu-buru.

Lima menit menunggu, Ify berhasil membawa mangkuk bakso dengan uap yang masih mengepul ke mejanya. Sivia telah selesai makan, tetapi gadis itu tak berhenti mengunyah. Satu bungkus keripik singkong telah habis setengahnya.

"Kenapa lo?" tanya Sivia begitu Ify telah duduk di kursinya.

Ify menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya kenapa?"

"Berita lo yang berantem sama kating udah nyebar kali. Bahkan jadi hot news di pagi hari. Emang ada apaan, sih?"

Ify mendengus keras, ia sudah tak heran dengan hal seperti ini.

"Kepo!" balasnya singkat lalu sibuk meniupi bulatan-bulatan nikmat agar bisa cepat ia nikmati. Perutnya sudah berdemo dengan keras sedari tadi.

Sivia cemberut, bibirnya maju lima senti dengan tangan bersedekap di dada. Kepalanya ia palingkan ke kiri sebegai tanda ia sedang ngambek dan tak mau melihat Ify. Meskilun begitu, Ify tak ambil peduli. Gadis itu justru sibuk mendesis nikmat akibat rasa pedas dan panas yang bercampur menjadi satu.

"Bisa nggak sih, kalau orang ngambek itu dibujuk atau gimana gitu," gerutu Sivia saat yang ia harapkan tak terjadi.

Ify menghentikan acara makannya dan menatap Sivia dengan alis yang terangkat sebelah. "Males!"

Sivia menghembuskan napasnya kesal. Percuma! Meminta Ify untuk urusan bujuk membujuk adalah hal yang mustahil, berbeda jika meminta Ify untuk baku hantam, maka ia akan maju paling depan.

****

Rio masuk ke dalam mobilnya dan mengelus kepalanya yang masih terasa sakit bekas timpukan sepatu dari gadis menyebalkan yang ia temui pagi tadi. Tenaga gadis itu lumayan juga. Jika dipikir-pikir, kejadian tadi sangat memalukan, apalagi saat ia terjatuh karena bantingan dari seorang gadis. GADIS, bayangkan! Selama ini Rio selalu bertarung dengan laki-laki, ia selalu bisa membuat sang lawan bertekuk lutut, tetapi apa yang ia alami tadi? Terjatuh hanya karena ia yang kurang waspada dan berpikir gadis itu sama dengan gadis lainnya. Ternyata, ia telah salah sangka. Rio tak mengenal siapa gadis itu, tapi sepertinya ia akan mencari tahu latar belakang gadis itu. Jika kalian menyangka masalah selesai saat itu juga, kalian salah. Rio adalah orang yang pantang kalah, apalagi dengan seorang gadis.

Sambil menjalankan mobilnya keluar dari area kampus, Rio menghubungi asisten pribadinya.

"Vin, gue butuh lo buat selidikin seseorang."

Setelah mengatakan petunjuk tentang siapa orang yang perlu diselidiki, Rio mematikan panggilan secara sepihak. Bibirnya mengulas senyum sinis.

"Lihat aja gadis setan, lo akan tahu rasanya neraka buatan gue!"

Tak menunggu lama, satu notif dari Alvin membuat Rio semakin tersenyum lebar.

Nama : Alyssa Saufika

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 20 tahun

Status : Mahasiswa

Alamat : -

Nama orangtua : -

Jurusan study : Management bisnis

Semester : 6 (sedang masa pengajuan proposal skripsi)

Rio mengerutkan keningnya heran saat biodata yang ia dapat tidak lengkap. Kenapa alamat rumah dan nama orangtua tidak ada? Rio tidak pernah meragukan keahlian Alvin dalam hal IT, bahkan pemuda itu pernah berhasil meretas siatem facebook meskipun hanya sebentar. Berarti ada hal yang tidak beres, gadis itu semgaja menyembunyikan identitasnya. Entah apa tujuannya, tetapi Rio merasa perlu mengawasinya.