webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Teen
Not enough ratings
297 Chs

Sakit

Happy reading guys

Ayo, Fifi minta Power Stone kalian nyehe

***

Richard gelagapan saat menyadari kesalahannya, ia segera menggeleng dan berkata, "Tidak Miss Anda--"

"Miss, mereka berhasil kami kumpulkan" lapor salah satu anak buah Richard, memutus perkataan sang atasan.

Lima anak buah Richard bisa menangkap semua sepupu nya, mereka berkumpul di depan Misha dengan napas yang tidak teratur. Melihat kedatangan anak buahnya, Richard menghela napas lega.

Mata Misha memicing saat mendengar helaan napas, "Kenapa kau menghela napas, secara lega seperti itu?" tanya Misha membuat Richard menahan napas.

"Gak Miss! Anda salah paham! Saya menghela napas karena lega sepupu anda berhasil ditangkap!" pekik Richard ke lebih panik.

Mendengar pernyataan dari pria dewasa yang berdiri di samping sang kakak, empat sepupu Misha berdecak. "Enteng banget ngomongnya Om, di kira kami binatang apa" celetuk Sand, Geanesand Mandres.

Richard kembali menggeleng, ia heran pada dirinya sendiri, kenapa mulutnya sangat licin akhir-akhir ini! "Tidak Dek! Om gak bermaksud seperti itu" mata ke-empat sepupu Misha memicing curiga, mereka terlihat sangat mirip dengan Pemimpinnya saat ini. Intimidasi mereka pun, mirip dengan intimidasi Misha.

Hanya saja, rasa intimidasi mereka lebih kecil dari Misha. Biar begitu, tatapan mereka ber-empat mampu membuat kaki Richard bergetar hebat.

"Kali ini kami abaikan, Kak! Kami mau ke Timezone!" seru mereka diangguki Misha. Lima jam setelahnya, Misha menyesal karena mengizinkan mereka bermain.

Dirinya telah berdiri selama 5 jam karena arena Timezone penuh, bahkan ia terpisah dengan Richard dan anak buahnya."Ini hari apa sih, sebenarnya? Kok penuh banget," gumam Misha mengeluh.

Ughh, kepalanya sakit. Dering ponsel membuat Misha merogoh kantong hoodie nya, ia mengangkat telfon yang tertuju untuknya.

"Ya, Anes?" tanya Misha ketika mendengar suara Anes di seberang.

"..."

Kening Misha berkerht tak suka, hei dia sibuk di sini. Bahkan ia terpisah dengan sepupu nya, "Nes, jangan becanda.. Gue juga lagi sibuk, ini sepupu gue lari semua"

"..."

"Gak, pokoknya enggak. Tolak Misi untuk beberapa waktu ke depan, gue dapet firasat kalo setelah ini, gue sakit" ucap Misha kencang dan mematikan telfon secara sepihak.

"Ada masalah kah? Saya tidak mendapatkan telfon beberapa waktu terakhir ini" Richard menyahut, Misha memasukkan kembali ponselnya, dan berbalik menatap anak buah terpercaya itu.

"Klien ini udah langganan, mereka minta gue secara pribadi untuk menggiring pengiriman barang haramnya" terang Misha, Richard mengangguk faham. Ia bertanya, "Lalu, apa tidak masalah menolak klien langganan kita?"

Misha menggidikkan bahunya tak peduli, toh jika klien-nya ini, marah. Lalu menyewa mafia lain untuk menghabisinya, itu akan sia-sia, karena justru ia lah yang akan membumi hanguskan perusahaan sang klien.

Tersadar sesuatu Misha menatap Richard tak percaya, "Lho?! Bukannya tadi kita ke pisah?!" heran Misha shock. Richard tersenyum konyol dan berkata, "Saya melihat anda saat mengangkat telfon tadi."

Oh, bagus! Ini memalukan, ia lupa kalau dirinya tengah ada di kerumunan. Saat Misha memberanikan diri untuk memperhatikan sekitar, benar saja. Banyak mata menatapnya tak suka, bercampur curiga.

Sekarang bagaimana, mendapat sebuah ide Misha kembali mengangkat telfonnya dan berkata dengan keras, "Astaga! Apa?! Misi naikin rank di Mobile legend gabisa di skip dulu?! Hah, yang benar aja dong! Gue sibuk!"

"..."

"Ya tapi gue kan sibuk elah, besok aja napa naikin rank nya" keluh Misha berbicara sendirian.

".."

"Nah, gitu dong.. Minggu depan Misi kita naikin rank! Oke, bye"

Semoga berhasil__mohon Misha dalam benak.

Misha sangat bersyukur karena pandangan curiga dari beberapa pasang mata telah lenyap, ia merutuki suara kencangnya di waktu yang tidak tepat.

"Ayo cari Sepupu-ku lagi," ajak Misha diangguki Richard.

Keluhan Misha makin menjadi, saat mereka tidak menemukan para sepupu kecil nya, padahal mereka sudah berkeliling Timezone selama 30 menit.

"Mereka dimana sih?" keluh Misha berdecak kesal. Richard tidak tahu harus bagaimana, ia memutuskan untuk menelfon anak buahnya, namun tidak diangkat.

"Em, Miss.. Sepertinya mereka tidak ada di Timezone," beber Richard menatap telfonnya, ia sangat yakin dengan hal yang di ucapkannya. Itu karena, anak buahnya tidak pernah mematikan ringtone ponsel.

Misha mengangguk pelan, mereka berdua pergi menjauh dari area Timezone, serta turun ke lantai 2. Melihat sang pemimpin kelelahan, Richard menyuruh Misha duduk sementara ia membelikan makanan dan minuman untuk Misha.

"Ini Miss," ucap Richard menyerahkan sebuah minuman dan satu roti, "Anda belum makan dari tadi pagi kan? Ini sudah pukul dua siang," lanjut Richard menatap jam tangan nya.

Senyum terlihat di wajah cantik Misha, dia sendiri baru sadar kalau belum makan dari pagi. Richard memang bawahannya yang terbaik untuk Misha, "Terima kasih Richard, kau selalu tau apa yang aku butuhkan" ujar Misha senang.

Baru Misha memakan sesuap roti, tujuh sepupunya tiba-tiba muncul dan mengajak Misha pulang. Ia hanya mengangguk paham dan berdiri, meski di suruh Richard menghabiskan makanannya terlebih dahulu, Misha menolak.

"Tidak apa Richard, aku baik-baik saja" ujar Misha menenangkan pria itu. "Ayo pulang," lanjut Misha dengan senyum yang masih tercetak di wajahnya.

Brukk..

Semua mata melotot panik ketika Misha jatuh pingsan, Richard dengan sigap menggendong Misha ala bridal style dan berlari menuju parkiran. Di belakangnya sepupu dari pemimpinnya mengikuti dengan panik.

***

Seorang dokter terlihat melakukan pemeriksaan pada Misha yang masih pingsan, di kamarnya, semua keluarganya berkumpul dengan khawatir.

Richard dan lima anak buahnya langsung pamit setelah mengantar Misha ke kamar, saat di tanya mereka siapa, Richard menjawab kalau mereka adalah teman jauh Misha.

"Jadi bagaimana dok?" tanya Mom khawatir, wanita itu langsung bertanya ketika sang dokter berdiri.

"Tidak ada masalah serius, Saudari Misha hanya demam karena kelelahan," jawab Dokter itu tersenyum maklum. Mendengar pernyataan dokter, adik dari ayah Misha melotot kepada anak mereka.

"Kalian menyusahkan Misha? Kan udah di bilang jangan bikin susah orang lain!" omel mereka pada Savega, Sand, Rand, dan Axeto.

"M-maaf, kami tidak sadar" cicit mereka takut.

Saat hendak mengomeli mereka, suara ringisan membuat semuanya menoleh. Misha terlihat sadar dan berusaha bangun, namun kepalanya sakit.

"Misha! Ada yang sakit?" tanya Mom khawatir, Misha menggeleng pelan. Dia menerjabkan matanya saat menyadari banyak orang di kamarnya.

Tunggu, kamar?

"Kenapa.. Aku ada di kamar?" heran Misha. Eva yang duduk di sampingnya langsung berbisik, "Richard, lu pingsan di mall"

Sekarang, Misha memahami situasinya. Pantas saja tiga Auntie nya mengomeli anak mereka, sebenarnya Misha tidak masalah sih kalau cuma sakit demam seperti ini. Tapi, tunggu. Dia sakit karena masalah sepele, sedangkan biasanya, terkena beberapa peluru pun ia biasa saja.

Kringgg..

Hp Misha berdering, Eva menyerahkan ponsel itu pada sang kakak. "Halo, Grandpy tumben nelfon?" heran Misha.

"Kamu sakit?" tanya seseorang di seberang to the point.

Degh..

"I-iya" ujar Misha gugup.

"Besok Grandpy ke sana." putus seseorang.

Apa? Grandpy nya akan mendatangi Misha?! Tidaaak!!!

"Grandpy! Jangan, Jangan Grandpy!" seru Misha menggeleng keras.

"Kenapa kau seperti itu, Grandpy hanya--"

***

Maaf banget kemarin gak update,,