webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Teen
Not enough ratings
297 Chs

Kunjungan

HAPPY READING GUYS

***

Begitu sampai di mansion, Ryan mengeluarkan suaranya. "Kenapa kamu gak pulang ke rumah?"

Tangan Misha yang ingin menggapai pintu mobil terhenti, dia menatap pantulan dirinya dari kaca mobil. Nah, sekarang pertanyaan itu sudah keluar dari mulu Ryan. Bagaimana ia menjawabnya? Misha bertanya-tanya di benaknya.

"Sebenarnya aku menginap di sini selama beberapa saat," terang Misha memegang leher, pernyataannya itu benar. Dia memang berniat menginap selama satu minggu, itu sama saja beberapa saat kan?

"Kenapa?" tanya Ryan penasaran. Mampus lah, pacarnya itu bisa sangat kepo ternyata. "Karena temanku itu baru di sini, dia ingin di temani berkeliling Jakarta. Tentu aku tidak enak menolak"

Ryan mengangguk faham, terlihat memikirkan sesuatu yang tidak bisa di tebak oleh Misha. Wajahnya tanpa ekspresi itu semakin membuat Misha bertanya-tanya.

Aku penasaran apa yang ada di kepala nya__gumam Misha dalam benak.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku saja yang menemani nya berkeliling?" tawar Ryan.

Boom..

Pernyataan Ryan membuat Misha tidak bisa berkata-kata. Ternyata ada juga yah orang yang bicara seperti itu, padahal tidak mengenal orang yang telah dimaksudkan oleh Misha.

"Tapi kalian kan gak saling kenal? Lagi pula, dia orang yang introvert Dean, liburannya bukan jadi menyenangkan, malah akan menjadi menyeramkan, jika dua orang introvert bersama aku sama sekali tidak bisa membayangkannya," ujar Misha menepuk keningnya lelah.

Tampaknya Ryan paham, dia mengangguk dengan mata terpejam. Sifat tenang Ryan kali ini malah membuat Misha waspada, pasti ada sesuatu, gumam Misha sangat pelan.

"Bisa kenalan dulu, besok gue main ke sini."

Kan, apa yang dirasakannya tidak mungkin salah. Sekarang bagaimana, saat tau bahwa teman yang dimaksud Misha adalah pria, apa tanggapan Ryan? Marah? Kecewa? Atau biasa saja?

Karena rasa penasarannya terhadap reaksi Ryan, ia memberanikan diri untuk memberitahu gender dari temannya, "Dia.. Cowok, Dean."

Speechless..

Ryan yang tengah berpikir tiba-tiba langsung melirik Misha tanpa suara, setelah memberanikan dirinya, Misha bisa menatap manik Ryan langsung. Tunggu, apa maksud dari tatapan Ryan?

Matanya tidak memperlihatkan sedikit pun perasaan, kosong saja! Heei, ada apa ini?!' pekik Misha dalam benaknya panik.

"D-dean?" panggil Misha terputus-putus. Dari tadi Ryan hanya memandangi wajah cantik Misha, apa pacarnya itu terkena penyakit batu? Ah, tidak mungkin! fikirnya.

"Oh, jadi temanmu cowok? Keknya bakal sulit akrab yah," ujar Ryan tanpa beban, Misha mengangguk saja. Tunggu, apa? Apa maksud dari 'bakal sulit akrab'?!

Misha yang awalnya merasa bersalah, kini menatap Ryan horor. "Kamu kira kalo temenku cewek kalian bakal cepat akrab?" tanya Misha, tanpa menyadari Misha yang marah, Ryan mengangguk guna membenarkan.

"Bagaimana bisa?" tanya Misha lagi. Ryan membuka mulutnya, "Kan kalo cewek mereka bakal tertarik sama aku, jadi mudah ak--"

Akhirnya pria tampan itu sadar, dia segera menoleh ke samping untuk menatap wajah Misha. Waduh, pacarnya itu menatapnya sangat tajam.

"Kamu mau selingkuh? Kamu yang ngajak pacaran, kamu yang selingkuh? Ga salah? Wahh, hebat" sindir Misha tertawa berat.

"Cowok emang kebiasaannya kek gitu yah," lanjut Misha memutar bola matanya malas.

"G-gak! K-kamu salah faham!" pekik Ryan menggeleng. Misha berdecak sebal, "Gak perlu nyari gue selama 1 minggu ini, pengen nyari cowo baru gue! Selamat nyari selingkuhannya, SAYANG!"

Doeng..

Habis lah, Misha sudah marah sekarang.. Eh tunggu, bukannya dia harusnya marah juga karena Misha punya teman lelaki?!

Di lain sisi Misha menghela nafas lega setelah berhasil kabur dari Ryan, sepertinya pria itu tidak akan mengganggu nya selama satu minggu ini. Yah, semoga saja.

"Bagaimana kak?" tanya Eva yang tiba-tiba datang. Misha yang sudah kelelahan, kaget setengah mati saat mendengar suara adiknya itu.

"Evaa" tegur Misha kesal. Hanya cengiran tanpa dosa yang ia dapat, apa apaan adiknya itu?

"Miss, apa anda terluka?" tanya Rien yang muncul dari belakang Misha, oh tuhan. Mereka berdua kenapa kompak sekali dalam mengejutkan dirinya.

"Terluka karena apa?" tanya Misha heran. Kenapa pria tampan di belakangnya ini menanyakan hal itu, seolah Misha baru saja berperang?

"Bukankah pria tadi orang berbahaya? Kata Miss Eva anda bisa saja dalam masalah kalau saya muncul," terang Rien bingung sendiri. Mendengar itu Misha menoleh pada Eva, ada ada saja adiknya itu.

"Ooh, Eva. Tolong jangan ngadi ngadi" tegur Misha pada adiknya yang terkekeh tanpa suara. "Bukan orang berbahaya Rien, pria tadi pacarku, mungkin?" lanjut Misha tak yakin.

Meski heran, Rien hanya mengangguk. Mereka naik ke lantai tiga untuk latihan tanding bersama.

***

Seminggu Misha dan Eva jalani di Mansion milik mereka, keduanya membawa Rien berkeliling Jakarta. Hari ini akhirnya Rien pamit pulang ke negara asalnya, New Zealand.

"Berhati-hati lah Rien, aku dengar kejahatan di New Zealand lebih besar daripada Swiss." ujar Eva khawatir. Rien tersenyum dan menatap Eva dalam, "Tentu Miss, terimakasih karena sudah menghawatirkan saya"

"Terimakasih karena seminggu ini sudah mengajak saya berkeliling Miss," Rien tersenyum seraya membungkuk hormat pada Misha dan Eva. "Cukup Rien, sudah banyak kau mengulang kata terimakasih.. Ganti lah kata itu dengan 'aku akan mampir ke Indonesia, saat tidak sibuk', itu lebih baik kan?" tanya Misha diangguki Eva.

Rien kembali tersenyum, ia masuk ke area bandara setelah mendengar pengumuman akan keberangkatan pesawat yang akan dinaiki olehnya.

Misha menatap Eva yang berdiri di sampingnya, deheman dari Misha terdengar saat melihat raut sedih yang ketara dari wajah Eva. Menyadari kalau dirinya tidak sendiri, Eva melotot dan menatap Misha panik.

"B-bukan! Ini bukan yang kek lu fikirin kak!" ucap Eva panik, senyum menyebalkan terlihat dari wajahnya. "Udah ada rasa nih?" tanya Misha menaik turunkan alisnya jahil.

"Enggak kak! Lu m--"

Kringg..

Saat hendak membantah pertanyaan Misha, suara dering telfon memotong bantahan Eva. Ia mengambil ponselnya dan mengangkat telfon yang tertuju pada dirinya.

"Halo?" sapa Misha terlebih dahulu.

"..."

"Whaat?!" Begitu mendengar suara di seberang, Misha terpekik kencang. keringatnya berjatuhan karena mendengar pernyataan orang di seberang.

"..?"

"Wajib kah?" tanya Misha menyeka keringatnya. Mendengar jawaban orang itu tubuh Misha bergidik ngeri.

"..."

Tut..

Misha sudah memutus telfon meski orang di seberang belum selesai mengomel, dia tidak tahan mendengar omelan panjang dari orang di seberang. Eva sangat penasaran apa yang terjadi, ia mendekati kakaknya dan menaikkan sebelah alisnya.

"Keluarga besar.." lirih Misha menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

"Maksudnya?" heran Eva. Misha menjatuhkan telapak tangan yang ada diwajahnya, "Keluarga besar lagi di Mansion. Kumpul keluarga Evaa, KUMPUL KELUARGA!" pekik Misha frustasi.

"Apaa?!" pekik Eva pula shock, ia hampir saja pingsan mendengar perkataan kakaknya.

"Berarti mereka--"

***

okee selesai,, maaf gak update dua hari

Sebelumnya kenalan yuk sama akuu,, nama ku Fifian.. kalian bisa manggil Fifi, aku author dari wp, iyak pindahan

Terimakasih karena sudah membaca karya ini, kalau bisa, aku boleh minta power stone kalian? Supaya rank nya bisa naik, hehe..

Gaze yak? Maaf,, sekali lagi terimakasih karena sudah membaca..

Tungguin kelanjutannya besok yaa luv youu guys