1 DUA GADIS YANG JATUH KE BUMI

"Fenomena Aurora yang tidak biasa, terjadi malam ini di langit kota Tokyo. Cahaya berwarna mirip dengan pelangi ini, berpendar sedari sore tadi dan menjadi bahan perbincangan para ilmuwan…"

Terdengar suara pembawa berita di televisi, yang terletak di dalam sebuah ruangan apartement, yang rapi dan bersih, deretan buku nampak tersusun rapi di dalam rak.

Sebuah sofa terpajang rapi menghadap televisi, dengan sebuah meja yang dipenuhi oleh makanan.

Seorang pemuda nampak sedang menikmati makan malamnya seorang diri, sembari menonton berita di televisi.

Ia mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan, dengan rambut yang masih basah dan tertutup handuk.

Pemuda itu menyimak berita dan berwajah agak cemberut.

"Pantas saja, sedari tadi orang nampak ramai sekali di luar. Hari libur semakin ricuh dan heboh."

Ia meneguk air mineralnya dan tiba-tiba mendengar sesuatu yang berderak-derak. Meja dan seisi ruangan apartementnya bergetar dan bergeser.

"A-Ada apalagi kali ini?" ia menatap ke sekelilingnya, seekor kucing besar melompat ke dalam pelukannya, karena ikut merasa ketakutan.

Di luar sana, orang-orang mulai gaduh dan berteriak, karena melihat sebuah benda yang mirip dengan meteor, namun bercahaya seperti pelangi, nampak sedang meluncur ke bumi.

"Apa itu??" semua orang menunjuk ke langit kota Tokyo.

"Tiarap! Merunduk!!!"

Semua orang nampak ketakutan dan sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing, demikian pula dengan sang Pemuda dan kucingnya.

Mereka saling berpelukan, hingga akhirnya terdengar bunyi yang sangat keras dan sesuatu menembus atap apartementnya, yang terletak di lantai lima belas.

Benda yang mirip dengan meteor itu, jatuh dan menghantam ruangan itu dengan keras.

Dalam sekejap ruangan itu dipenuhi dengan debu dan membuat pemuda itu harus menutup wajahnya dengan menggunakan kaosnya.

Ia kemudian mengibas-ngibaskan tangannya, untuk mengatasi debu di sekitarnya dan mencoba untuk melihat apa yang terjadi, namun kemudian ia mendengarkan suara dari balik tebal itu.

"Ini semua salahmu, karena sikapmu yang bodoh itu, Ayah mengusir kita dari istana!"

Lalu suara lainnya membalas ucapan itu.

"Tidak ini salahmu, karena kau tidak mau belajar dengan giat dan hanya bermain-main saja!"

Perlahan-lahan, debu tebal itu mulai memudar, sang Pemuda hanya merasa shock melihat ruangannya yang hancur dan berantakan.

Makanannya dipenuhi dengan debu dan televisinya hancur. Atap apartementnya menganga dan menampilkan sebuah lubang besar.

Mereka bahkan bisa melihat langit dari lubang itu.

Kemudian matanya tertuju kepada siapa, yang sedari tadi berbicara, di balik debu yang beterbangan.

Ia pun semakin terkejut, ketika melihat dua orang gadis muda berwajah serupa, yang tidak berbusana dan tampak saling memaki di atas lantai yang kotor.

Yang satu berambut pirang dan yang lainnya berambut hitam, sepertinya mereka baru berusia sekitar lima belas hingga tujuh belas tahun.

"Ini semua salahmu!"

"Salahmu!"

Mereka kemudian saling menjambak dan mendorong, membuat pemuda itu kucingnya merasa shock dan keheranan.

Namun karena suara mereka semakin mengganggu, sang Pemuda pun akhirnya menjerit dengan keras.

"Hentikan!!!"

Kedua gadis itu kemudian menoleh dan menatap pemuda itu dengan wajah tak kalah terkejut.

"Hei! Apa yang sedang kau lakukan di sana?" gadis berambut pirang menunjuknya dengan wajah garang.

"K-Kyaaaaa! Mengapa ada pria di sini?" gadis berambut hitam nampak menutupi kedua dadanya dengan menggunakan lengan kecilnya.

"Bodoh! Harusnya aku yang bertanya, siapa kalian dan apa yang sedang kalian lakukan? Mengapa kalian merusak rumahku dan mengganggu makan malamku?"

Pemuda itu balas meneriaki mereka dengan keras, wajahnya memerah karena menyadari keduanya benar-benar tidak mengenakan sehelai benang pun, ia pun segera membuang pandangannya dan berdiri membelakangi keduanya.

"Menghancurkan rumahmu?" gadis berambut pirang itu kemudian melirik ke sana kemari dan bersiul pelan.

"Ternyata damagenya akan menjadi seperti ini, aku tidak menyangka!" gadis itu nampak senang dan bangga.

"Kakak, lebih baik kita minta maaf kepadanya, karena telah menghancurkan tempat ini," gadis berambut hitam, yang nampaknya adalah adik dari si Pirang, nampak merasa tak enak hati dengan sang Pemuda.

"Itu benar! Dan lagi, mana baju kalian? Kenakan baju kalian! Mengapa kalian masuk ke rumah orang dengan sembarangan dan tanpa mengenakan busana?"

Pemuda itu kembali bertanya dengan nada berteriak.

"Meoouunggg…" kucing milik pemuda itu ikut mengeong, seolah ingin memprotes kedua gadis itu.

"Ahhhh!!! Cuteeee!" gadis berambut hitam itu segera meraih kucing itu dan memeluknya tepat di dadanya.

"Akhhhhh!!!! Jangan lakukan itu! Apa yang sedang kau lalukan kepada Kururu?" dengan cepat sang Pemuda meraih kucing itu, dari pelukan sang Gadis.

"Kururu, kau tidak apa-apa? Aku tidak akan membiarkanmu ternodai, akhhhhh!!!" tiba-tiba saja kucing itu melompat dan kembali ke dalam pelukan gadis itu.

"Kururu?? Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau akan memihak mereka??" pemuda itu nampak shock dan duduk bersimpuh di atas lantai.

"Lebih daripada sikap lebaymu itu. Kami sedang berada di mana?" tanya si Gadis pirang dengan sikap angkuh.

"Kau masih tanyakan itu, sudah jelas ini di rumahku! Cepat kenakan pakaian kalian!" teriak pemuda itu dengan wajah yang semakin memerah

"Ohh, jangan-jangan, kau ini masih perjaka dan belum pernah dekat dengan seorang gadis, ya?" gadis berambut pirang itu menggoda sang Pemuda.

"Kukatakan kepada kalian, kenakan pakaian kalian!!!" Pemuda itu berteriak dengan keras, wajahnya semakin memerah karena merasa kesal dan malu, di saat yang bersamaan.

"Iya, iya… Ophelia, kemarilah," gadis itu memanggil adiknya, yang sepertinya bernama Ophelia.

Adiknya kemudian berdiri mendekat dan memejamkan matanya.

"Sora ni chirabaru hana (Bunga bertebaran ke langit), berikan gaun yang cantik untuk kami," ucap si Rambut Pirang dengan tangan yang digoyang-goyangkan, di depan tubuh mereka.

PLOPP! Tiba-tiba saja tempat itu dipenuhi dengan bunga-bungaan dan kemudian perlahan-lahan, tubuh mereka ditutupi oleh gaun cantik yang manis.

Baju bergaya Victoria dan lebih mirip dengan Lolita, melekat dengan sempurna di tubuh mungil mereka.

Gaun berwarna cerah itu dipenuhi dengan renda manis dan membuat mereka berdua tampak cantik.

Pemuda itu kemudian menghela nafas lega, karena akhirnya kini matanya bisa dengan bebas melihat ke mana saja.

"Ada apa? Apakah kau merasa kecewa, karena tidak bisa melihat kami tanpa busana lagi?" tanya si Gadis berambut pirang lagi.

"Bukan itu!!!" pemuda itu kembali berteriak dengan keras dan menampik tuduhan tersebut.

"Fuhhh, kalian ini. Sebutkan nama kalian dan mengapa kalian bisa berada di rumahku?" ia kembali bertanya kepada kedua gadis itu, sembari duduk di atas sofa miliknya.

Kedua gadis itu saling berpandangan dan kemudian berdiri menghadap pemuda itu, dengan wajah yang nampak sangat serius.

"Namaku, Emilya dan dia adalah adikku, Ophelia. Kami berada di sini, karena ayah kami, sang Dewa Langit, meminta kami mempelajari kehidupan manusia di bumi."

avataravatar
Next chapter