webnovel

SENIOR

Maincast :

Alana Jiana Egar

Bryan Wijaya

"Kak Bryan!"

Gadis itu kembali memanggil seorang pria yang tengah berjalan menuju sebuah ruangan. Dia mempercepat langkah kakinya berusaha mengejar sosok jangkung yang seakan tuli.

"Kak Bryan!!" Gadis itu berseru lebih keras dari sebelumnya berharap semoga kali sosok jangkung itu akan bersedia menghentikan langkahnya.

Pria yang dipanggil Bryan itu menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap seorang gadis yang berlari menghampirinya.

"Kenapa?"

Alana Jiana Egar nama yang ditunjukan nametag seragamnya. Gadis itu menundukkan kepalanya, dia merasa was-was karena melihat tatapan tajam nan dingin yang diarahnya padanya.

"Kak Bryan, a-aku mau menyerahkan ini."

Tangannya sedikit gemetar menyerahkan sebuah map cokelat pada Bryan yang masih berdiri dengan tatapan tajam miliknya. Pria itu menghela napas kasar menerima map itu dari Jia.

"Jika begitu saya permisi kak."

Ji membungkukkan tubuhnya sesaat, membalikkan tubuh indahnya berjalan menjauhi Bryan.

"Memang siapa yang menyuruhmu pergi?"

Langkah itu terhenti.

Jantung gadis itu berdetak tak karuan. Dia kembali membalikkan tubuhnya menatap Bryan yang berdiri dengan tatapan yang sama, dingin dan tajam.

"Masuk."

Jia menatap tidak mengerti kenapa dia harus masuk kedalam ruang OSIS memangnya apa yang salah dari laporan tertulisnya itu

"Masuk saja!" ucap Bryan membuat Jia mau tidak mau mengikutinya masuk kedalam. Gadis itu dengan perasaan was-was mengikuti Bryan yang berdiri diambang pintu.

"Duduk disana."

Lagi.

Jia hanya patuh dengan apa yang diucapkan pria berwajah tampan itu. Melirik sekilas pada sosok Bryan yang entah kenapa selalu menatapnya tajam.

Bryan menyeringai saat melihat gadis polos itu duduk di sebuah sofa, dia mengunci pintu ruangan itu saat Jia tidak sadar.

"Kenapa?"

Bryan mendudukan dirinya di samping Jia yang memandang heran. Manik tajam itu menatap intens pada setiap lekuk indah gadis yang sepertinya merasa risih dengannya, dia terus menyapukan pandangannya hingga pada dua buah dada yang cukup menonjol tersembunyi dibalik kancing seragam gadis tersebut. Tangan-tangannya begitu gatal ingin segera menjamahi tubuh indah itu, memijit setiap lekuk dan titik sensitif yang membuat desahan keluar dari bibir tipis berwarna cherry yang terlihat manis.

"K-kak?"

Jantungnya berdetak semakin tidak karuan saat Bryan menatap seperti ingin menelanjanginya. Pria itu terus membasahi bibirnya yang Jia lihat tidak begitu kering.

"Mari kita bersenang-senang!"

Bryan menyentuh dua buah dada yang masih terlindungi seragam sekolah cukup keras.

"Akhh!".

Jia memekik saat sentuhan Bryan tidak hanya pada dadanya namun tangan itu berjalan menuju rok sekolahnya.

Plak!

"Jaga tanganmu itu!!"

Bryan terkekeh pelan saat tangan mungil itu menampar wajah tampannya begitu kuat.

"Aish sialan! Jalang!!"

Plak!!!

"Akhh!!"

Bryan mengangkat tangan kanannya melayangkan tamparan yang sangat keras dari pada apa yang Jia berikan padanya bahkan sudut bibir gadis berwajah cantik itu membiru dengan darah segar yang menetes dari sana.

Hiks!

Isakan terdengar dari bibir tipis sang gadis, hatinya terasa sakit karena perlakuan kasar dan tidak sopan Bryan padanya. Jia menangis memegangi pipi kirinya yang masih berdenyut nyeri.

"Diam dan puaskan aku!" desis Bryan memegangi dagu sang gadis dia menarik kasar hingga membuat wajah Jia menjadi berhadapan dengannya.

"Uhmmmm!!"

Jia memberontak saat pria itu dengan kasar menempelkan bibir keduanya. Dia menarik dan memagut begitu rakus bibir tipis itu. Jia memukuli tubuh pria yang masih terus memaksanya itu. Dia memberontak dalam ciuman yang penuh paksaan.

Ciumana pertamanya.

Ciuman yang ingin dia berikan pada pria yang dicintainya, terenggut paksa oleh seorang iblis yang kini masih melumat dan mengulum bibir tipis itu penuh nafsu.

'Sam tolong maafkan aku.'

Bryan terus melumat bibir yang tidak kunjung membuka itu dengan penuh nafsu. Dia menyapukan lidahnya menjilat bibir tipis yang terkatup rapat itu dengan tidak sabar,

Bryan meminta Jia untuk membuka mulutnya dia ingin Jia memberi akses lidah Bryan masuk kedalam mulutnya.

"Akhh...umm!!"

Jia menjerit tertahan saat Bryan menggigit bibir bawahnya kasar. Pria itu menyusupkan lidahnya saat mulut Jia terbuka karena gigitannya.

Bryan mulai menjelahi setiap inci dari mulut gadis cantik itu, dia mengabsen deretan gigi putih itu dan membelitkan lidahnya dengan milik Jia yang masih menolaknya.

Dua saliva bercampur dengan anyir tetesan dari yang menetes dari bibir bawah Jia seakan menjadi bumbu kenikmatan ciuman sepihak Bryan

Fuaaaahh!!

Pagutan itu terlepas saat Bryan benar-benar kehabisan oksigen dalam paru-parunya. Bryan menjauhkan tubuhnya menatap pada sosok Jiyeon yang memohon meminta dia untuk berhenti.

"Kak hentikan! Aku mohon hentikan! Hiks!"

Tidak ada sedikitpun rasa kasihan yang menyergapi hati Bryan saat mendengar isakan dan permohonan Jia yang memintanya berhenti. Dia melepaskan dasi yang dia kenakan menyatukan kedua tangan Jia kebelakang lalu mengikatnya begitu kuat.

"Argh! S-sakit aku mohon!"

Jia meringis saat ikatan dasi itu begitu kencang hingga membuat kedua pergelangan tangannya terasa sakit. Dia masih berusaha memohon pada sang iblis untuk menghentikan semuanya.

"Mulut mu juga harus dibungkam sepertinya," desis Bryan merogoh saku blezer seragamnya dia meraih sebuah saputangan cokelat lalu menutupi bibir tipis yang terus memohon itu.

"Argh!! uhhmmmm!!"

Jia menjerit dengan kencang namun saputangan yang menutup mulutnya itu meredamnya. Dia menjerit menangis meminta Bryan untuk melepaskannya. Tubuhnya gemetar ketakutan saat tangan-tangan itu membuka kancing demi kancing seragam miliknya. gadis itu menggeliatkan tubuhnya berusaha menghentikan Bryan yang kini malah mendekatkan wajahnya pada perpotongan leher Jia.

"Akhmmmm..."

Airmata dan jerit tangis itu seperti tidak meluluhkan hati seorang Bryan Wijaya. Dia dengan penuh nafsu menciumi seluruh leher hingga perpotongan gadis yang masih terus menggeliat memberontak itu semakin intens. Kedua tangannya berjalan untuk membuka semua kancing seragam Jia lalu tangan kanannya menyingkap rok seragam gadis yang semakin histeris itu.

Jia terus menggeliat tidak beraturan, dia merasa jijik saat tangan itu menyentuh dan meraba celana dalamnya. Dia menggelengkan kepalanya meminta Myungsoo untuk tidak menyentuh itu. Jia terus memohon pada pria yang kini tengah menciumi kedua dadanya bergantian.

Jia ingin menarik kepala tidak sopan yang yang kini mulai menghisap puncaknya itu. Dia ingin menepis tangan kanan Myungsoo yang mulai menelusup masuk kedalam celana dalamnya.

Mata Jia membulat sempurna saat merasakan jemari panjang itu mulai memaksa masuk kedalam sesuatu yang tidak seharusnya dimasuki olehnya. Tubuhnya menggelinjang hebat karena dengan kasar Bryan mencubit sebuah benda kecil yang merupakan titik pusat rangsangan Jia.

"Suka?"

Pria itu menyeringai bagaikan setan saat melihat wajah terkejut Jia. Dia kembali meneruskan kegiatannya menciumi seluruh tubuh gadis itu hingga turun pada perut ramping sang gadis. Dia memutarkan lidahnya pada area sekitar pusar Jia.

"Uhmm!!"

Jia meruntuki seluruh tubuhnya yang tidak sejalan dengannya. Logikanya dengan keras menolak semua hal yang iblis itu berikan padanya namun, tubuhnya. Tubuh indah itu malah menerima setiap sentuhan Bryan.

Jia kembali meneruskan kegiatannya, semakin turun pada daerah selangkangan gadis cantik itu dan tertahan begitu lama.

"Ugh!!"

Dia menggeram tertahan saat hidung mancung itu mencium aroma yang begitu memabukan. Bryan menurukan kepalanya dia mulai menciumi paha bagian dalam Jia menarik bibir itu dan mulai menjilati perlahan.

"Aaarhmmmm!!"

Jiyeon terus menggelinjang tak tertahan entah apa yang Bryan lalukan hingga membuat perut bawahnya terasa menegang.

"Baiklah sudah cukup pemanasannya."

Bryan menegakkan kepalanya menatap wajah sayu Jia. Gadis itu dengan derai airmata yang masih membekas di wajah cantiknya terlihat semakin seksi dengan dada naik turun mengatur napasnya yang tersengal.

Bryan menurunkan celananya hingga sebatas lutut memperlihatkan sesuatu yang menantang dan tegang itu pada Jia yang membulatkan matanya sempurna.

"Baiklah aku akan menikmatimu jalang," bisik Bryan mulai menggesek ujungnya perlahan.

"Ughmmm.."

Jia menggelengkan kepalanya. Dia berusaha keras meminta Bryan untuk tidak melakukannya. Dia menyilangkan kedua kakinya, menyembunyikan suatu hal yang akan Bryan masuki sebisa yang dia bisa.

Plak!!

"Arghhmm!!"

"Berhenti untuk mengganggu jalang!!!" teriak Bryan menampar paha mulus Jia begitu kencang, bahkan menyisakan bekas 5 jari yang tercetak kemerahan disana.

Jia hanya mampu menangis nyeri saat perlakuan kasar kembali Bryan berikan padanya. Tetesan kristal bening itu berjatuhan dari manik indanya yang sembab. Wajah cantiknya terlihat begitu sayu dan sangat putus asa untuk menghentikan semua hal yang Bryan lakukan padanya.

"Cih!" decih Bryan tidak sedikitpun merasa iba dengan gadis yang hanya menangis tak bersuara itu. Dia memegangi paha kanan Jia begitu kuat melebarkan keduanya hingga sesuatu yang akan dia masukin terlihat jelas.

Bryan mulai memasukan ujungnya disana terus mendorong juniornya yang menegang itu kedalam lorong sempit yang menyesakkan.

"Ugh!!"

Bryan mengeluh nyeri saat dinding itu menjepit setengah dirinya begitu kuat. Dia mencengkram semakin kuat paha kanan Jia yang semakin bertambah ribuan kali rasa sakit yang dideranya.

"Berhenti aku mohon!!"

Hiks!

Isakan dan jeritan itu kembali terdengar. Jia merasa rasa sakit itu seperti membelah dirinya. Rasanya Jia seperti terbakar saat Bryan memaksakan dirinya memasuki Jia.

'Sam tolong aku!'

Lagi.

Jia hanya membatin meminta pria yang namanya sejak tadi dia sebutkan itu menolongnya. Gadis itu hanya berharap bahwa pria yang dicintainya itu bisa menghentikan mimpi buruk ini.

Bryan memejamkan matanya menikmati pijatan kuat pada setengah dirinya itu, dia menarik napasnya lalu.

Krass!!

Dalam satu hentakan pria itu merobek selaput tipis yang sejak tadi menghalangi dirinya memasuki Jia.

"Arghhh!!!"

Jeritan yang teredam saputangan cokelat itu terdengar dari sosok gadis yang memalingkan kepalanya. Dia menjerit histeris saat pertahanannya di jebol begitu kejam oleh sosok iblis yang terlihat terkejut memandanginya.

'M-maafkan aku Sam, tolong maafkan aku.'

Jia menangis menyesali takdirnya, rasa nyeri yang seperti membelahnya menjadi dua itu terasa ribuan lebih sakit karena baginya rasa sakit itu juga merobek dan mencabik-cabik hati dan perasaannya.

"Cih kau masih perawan ternyata," ejek Bryan menatap datar pada darah yang berada di ujung jari telunjuk dan tengahnya. Dia tertawa mengejak pada sosok gadis yang kini memandanginya penuh kebencian.

"Baiklah aku akan membuka saputangan ini agar kau bisa mendesahkan namaku."

pria itu mendekatkan tubuhnya membuka ikatannya yang membekap mulut Jia.

"Mati saja kau!!"

Teriak Jia memalingkan wajahnya kasar. Tidak sudi dia menatap wajah iblis itu.

Bryan menyeringai melihat penolakan Jia. Dia mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Tidak peduli apakah Jia telah siap atau apakah gadis itu sudah terbiasa dengan dirinya yang berada didalamnya. Bryan mulai memacu Jia semakin cepat dan begitu kasar.

"Akhhhh...Ahh!!"

Desahan itu tak dapat Jia tahan, dia meruntuki tubuhnya yang tidak sejalan dengan logikanya yang menolak perlakuan janaham Bryan padanya. Jia menutup rapat bibirnya, dia tidak boleh kembali mengeluarkan suara-suara yang membuat iblis itu semakin bersemangat.

Gadis itu menggelengkan kepalanya begitu cepat. Ikatan kencang itu semakin menyakiti pergelangan tangan Jia.

Dia menyumpahi Bryan.

Mengucap ribuan sumpah serapah dan kalimat kutukan lainnya pada sosok Bryan yang semakin cepat dan liar memacunya.

Pria itu membalikkan tubuh Jia lalu kembali memasukan dirinya dan mulai memacu Jia dari belakang.

"Akhhh!! Ahhh!!! Ahhh!!"

Desahan demi desahan itu keluar bersamaan dengan airmata yang terus berjatuhan dimaniknya. Jia mencengkram semakin kuat seragamnya melampiaskan seluruh rasa sakit yang Bryan berikan dari setiap hentakan kasar pria itu padanya.

"Kau sangat nikmat!"

Bryan menggeram begitu nikmat, dia mencengkram pinggul sang gadis semakin kuat.

Bunyi suara benturan antara bagian depannya dan belakang Jia seperti sebuah melodi indah yang berpadu dengan desahan demi desahan tertahan Jia dan lenguhan Bryan yang begitu menikmati hentakannya.

Bryan terdiam menatap satu sosok pria berwajah tampan di depannya. Pria dengan stelan mahal itu menatap sekilas wajah dingin Bryan.

"Aku punya pekerjaan untukmu."

"Apa itu?"

Pekerjaan?

Sepertinya dia sudah tahu pekerjaan seperti apa yang Bryan berikan padanya.

Baiklah apakah hari ini dia harus menembak tepat di kepala musuh Bryan atau menusuk jantung mereka?

Ah tidak. Bryan pasti ingin sesuatu yang lebih kejam lagi.

"Malam ini lenyapkan Oh Sehun untuk selamanya!" Bryan menyeringai untuk sesaat. Dia melemparkan sebuah foto seorang pria berwajah manis yang mengenakan seragam SMA yang sama dengannya.

"Saya laksanakan."

Pria dengan stelan mahal itu meraih selembar foto yang tadi Bryan lemparkan. Dia mengamati sesaat lalu memasukkan foto tersebut kedalam saku jasnya.

Seringai jahat itu terlukis diwajah tampan sang iblis. Dia tertawa senang membayangkan bagaimana penderitaan gadis yang memiliki kenangan penuh kenikmatan dengannya kemarin.

"Karena hanya sang iblis yang boleh berada disampingmu, Jiana. Tidak boleh si sialan itu atau pria manapun. Hanya aku."

TBC~