webnovel

Berteman

Bismillahhirohmanirohim

"Za gue balik duluan" pamit Alvin, sambil menepuk pundak Eza lumayan kuat. 

"Balik aja sana lo, kagak usah ngajak ribut, Alvin! lo belum pernah ngerasain bogeman gue kan" tantang Eza. 

Alvin tersenyum meremehkan Eza. "Gue tau, lo mau kan muka lo bonyok kayak pertama kali kita ketemu?" jawab Alvin sambil menaik turunkan kedua alisnya. 

Melihat itu Eza langsung menciut, dia teringat pertama kalinya dia dan Alvin bertemu, saat ini Alvin menghajar dirinya habis-habisan, setelah itu mereka berdua berteman sampai sekarang.

"Sono pulang, nggak jadi pulang emang lo?" Eza mencari topik lain. 

"Lo naksir gue?" Mungkin mulut Alvin sedang keseleo sampai salah ngomong.

"Dih, amit-amit gue naksir sama lo, masih waras kali gue, walaupun lo termasuk cakep sih" 

Mendengar pujian dari Eza, tingkat kepedean Alvin naik 99 derajat.

"Yang benar itu lo ngusir gue Alvin, bukan naksir gue!!" sakral Eza. "Udah sono lo pergi deh, lama-lama gue bisa gila bareng lo" Eza kembali mengusir Alvin. 

"Yang ada gue, yang lama-lama gila kalau bareng lo bego!" Alvin pergi begitu saja meninggalkan Eza dengan membawa rasa kesalnya. 

Eza, tentu saja dia sudah tertawa terbahak-bahak, karena selalu berhasil membuat Alvin kesal. 

Sepeninggal Alvin, Eza terus menyeruput es tehnya yang tinggal sedikit, seperti akan kecil pada umumnya, Eza terus menyeruput es teh tersebut hingga mengeluarkan suara, orang lain yang melihat kelakuan Eza seperti itu merasa jijik, tapi yang namanya seorang Eza tidak akan peduli dengan semua itu, dia terus saja melakukan kegiatannya.

"Lo nggak jijik gitu?" tegur seorang pada Eza. 

Eza hanya menatap orang tersebut malas lalu kembali fokus pada kegiatannya kembali.

"Woi, gue lagi ngomong sama lo" kesel orang tersebut sambil memukul keras meja tempat Eza makan, karena merasa diabaikan oleh Eza.

"Lo ngajak gue ribut?" tantang Eza. 

"Kalau iya kenapa, nggak berani lo, atau takut muka ganteng lo rusak?" 

'Duk'

'Duk'

Tanpa banyak bacot lagi Eza segera menghajar laki-laki yang mengganggu ketenangannya dirinya barusan, sedangkan laki-laki tadi mengelap sudut bibirnya yang terluka akibat serangan mendadak dari Eza. 

Semua mahasiswa yang berbeda disana segera berteriak histeris, bukanya memisahkan kedua orang tersebut mereka malah mendukung Eza dan laki-laki itu untuk saling menghajar satu sama lain.

"Eza, Eza.." terika banyak orang, orang-orang tersebut yang mengenal Eza tentunya. Kubu sebelah yang mengenal laki-laki yang sedang berkelahi dengan Eza tentu tidak mau kalah mereka juga berteriak dengan kencang.

"Fahmi, Fahmi"

Seorang dosen yang melihat ada keributan di kantin kampus segera datang untuk melihat apa yang terjadi.

"Fahmi!! Ezaaaa!!" teriak seorang dosen yang memasuki semua gendang telinga orang-orang yang berada di sana menyaksikan keributan Eza dan Fahmi. 

Ya orang tersebut yang berkelahi dengan Eza, adalah Fahmi, cowok yang sedari tadi mencari keberadaan Alvin. 

Karena merasa lelah dia memutuskan untuk pergi ke kantin, saat sampai di kantin Fahmi disuguhkan dengan pemandangan yang sangat menjengkelkan menurutnya, Eza sedang menyeruput minumannya, padahal minuman tersebut sudah habis tinggal es nya lagi.

"Fahmi, Eza Kalian berdua ikut bapak ke ruangan bapak" putus dosen tersebut.

Hanya karena masalah sepele mereka sampai main adu jotos.

Sampai di ruangan dosen Fahmi dan Eza hanya bisa menundukkan kepala mereka.

"Kalian berdua tau apa salah kalian?"

"Tahu pak" jawab keduanya kompak, seperti anak kecil yang sedang dimarahi ibunya.

"Fahmi kamu tau kan, kalau kamu masuk disini dengan beasiswa? kamu taukan konsekuensinya, kalau ini terjadi lagi kami dari pihak Kampus terpaksa mencabut beasiswa kamu" terang pak dosen. 

"Dan untuk kamu Eza, bukannya kamu sudah memiliki catatan jelek di mata para dosen saat pertama kali masuk, sudah membuat onar di kampus ini, tolong perbaiki sikap kamu atau kami dari pihak kampus terpaksa ngedeo kamu dari kampus ini" 

sekarang giliran Eza yang mendapatkan ceramah dari pak Galuh dosen yang menangkap basah dirinya berkelahi dengan Fahmi tadi, dan pak Galuh juga dosen yang menangkap dirinya dan Alvin dulu saat sedang berkelahi. Eza sendiri heran sepertinya dosen tersebut ada dimana-mana. 

"Iya pak saya tau" jawab Eza enteng. "Apa bapak sudah selesai ceramahnya? kalau udah saya mau keluar" ucap Eza lagi enteng, sungguh dia tidak tahu sopan santun sepertinya.

"Cepat kalian berdua saling maaf-maafan" putus pak Galuh, dia sangat muak dengan tingkah Eza yang tidak dapat diatur sama sekali, dia pikir kampus ini punya nenek moyangnya kali. 

"Kalau iya kenapa sirik lo?" Eza, bicara entah pada siapa. 

"Gue minta maaf, tadi kebawa suasana aja sih, suasananya enak buat nabok orang" ucap Eza sambil mengulurkan tangannya pada Fahmi. 

"Oke, gue juga minta maaf"

"Udah kan pak? bakap lihat sendiri, kalau gitu saya pergi dulu, by" Eza meninggalkan ruangan pak Galuh begitu saja. 

"Astagfirullah, kenapa ada murid julid kayak gitu" gerut pak Galuh, sambil mengelus dadanya. 

"Kalau gitu saya permisi juga pak" ucap sopan Fahmi, pak Galuh hanya mengangguk, cukup hari ini dirinya diuji kesabaran sama mahasiswa sendiri, besok-besok jangan lagi.

Saat keluar ruang pak Galuh, Fahmi kaget karena Eza masih berdiri disana. 

"Sorry gue benar minta maaf" ucap Eza saat dia melihat Fahmi sudah keluar dari ruang pak Galuh, Eza sangat tidak mau gara-gara dirinya beasiswa Fahmi dicabut begitu saja. 

"Sans bro, gue juga minta maaf" 

"Lo mau ikut gue nggak? tenang aja gue nggak bakal gebuk lo lagi kok, sebenarnya gue itu orangnya baik, tapi kalau lagi kesel yang kayak tadi" 

Mulai tingkat peda Eza sebentar lagi akan naik mencapai angka 100%

"Gue nggak nanya, lo mau ngajak gue kemana? gue ikut" 

Kenapa sekarang kedua orang itu terlihat seperti berteman padahal baru saja melakukan adu jotos. 

"Ya udah yuk kalau lo mau ikut gue" Eza merangkul pundak Fahmi seperti seorang teman, lalu keduanya tertawa bersama.

Sedangkan para mahasiswa-mahasiswi yang melihat itu merasa aneh, pasalnya tadi Eza dan Fahmi berantem tapi kenapa sekarang sangat akrab, mungkin sudah banyak pertanyaan yang terlintas di kepala orang-orang itu.