2 Memohon Bantuan

Tidak lama kemudian, sampailah dia di sebuah rumah mewah bergaya Eropa Klasik, dengan pagar yang sangat tinggi.

Dirinya sangat gugup, ini adalah pertama kalinya dia akan bertemu pria yang membuatnya bisa ada di dunia ini.

'Apakah dia akan membantuku?'

Itu adalah pertanyaan pertama yang terlintas dalam benaknya. Tapi bagaimanapun dia perlu mencobanya.

Sekarang masih pukul 09.00 malam, seharusnya, orang-orang ini belum tidur kan?

Bella menghembuskan napas untuk mengurangi rasa gugup di hati yang tiba-tiba sangat menggebu saat matanya memandang ke arah gerbang tinggi ini.

Bagaimana ini? Aku semakin gugup saja! Celetuknya dalam hati.

Setelah menggigit bibir bawahnya, Bella menekan bel.

Pintu terbuka, sembari muncul seorang laki-laki dengan pakaian seragam hitam. Itu pasti penjaga gerbang di sini, pikir Bella.

"Ada keperluan apa?" tanya pria itu. Wajahnya terlihat sangat garang, yang secara otomatis membuat Bella merinding.

"A-aku mau ketemu dengan Mr. Merrick Crich. Tolong bawa aku padanya."

Pria itu melihat Bella dari ujung kepala hingga kakinya. Gadis itu sedikit merasa tidak nyaman ditatap begitu.

"Ada hal yang harus aku omongkan padanya." Bella menambahkan. Berharap kali ini pria garang ini tidak mempersulitnya.

"Ada keperluan apa?" Pria itu masih saja berbicara dengan nada yang ketus dan garang.

"Ini hal yang sangat penting, aku tidak bisa memberitahunya."

Pria itu malah berbalik dengan malas, "Kalau begitu ... pergi dari sini!"

Bella sangat tidak sabar, dan orang ini malah terlihat jelas sedang mempersulit dia.

Bella tidak senang, dan berkata, "Apakah setiap tamu yang datang ke sini harus mengatakan keperluannya, termasuk jika itu adalah rahasia? Apa kau ingin bertanggung jawab, jika sampai Mr. Merrick Crich marah karena aku sembarangan menyampaikan hal yang tidak harus diketahui orang luar?"

Penjaga gerbang itu terdiam. Wajahnya menggelap tetapi malah ada aura ketakutan di mimik wajahnya.

Setelah diam beberapa saat, dia berkata, "Tapi Tuan Merrick tidak ada di rumah. Dia belum kembali."

Bella melihat pria itu dengan saksama, tampaknya memang yang dia katakan tidaklah bohong.

"Baik, aku akan menunggu dia di sini." Bella lalu mengambil sikap duduk di pintu gerbang yang satu pintu tertutup.

Penjaga itu ingin memintanya pergi, tetapi dia juga tidak berani, jadi hanya bisa membiarkannya berada di sana.

Saat pintu akan ditutup, terdengar suara mobil yang semakin dekat ke kediaman itu.

Penjaga rumah membuka pagar otomatis dengan sebuah remote kecil. Sementara Arabella langsung berdiri. Tubuhnya sedikit gemetaran. Ini adalah pertama kalinya dia akan bertemu pria jahanam yang telah membuangnya.

Mobil itu sampai. Yang berada di dalam membuka sedikit jendela kaca.

Saat penjaga itu akan menyampaikan sesuatu, Bella langsung maju, "Mr. Merrick Crich, saya putri Paula Fawley-"

Pria yang ada di dalam mobil itu menyela perkataannya, "Pergi!" Dia bahkan tidak melihatnya.

JAB!!!

Arabella terdiam. Saat ini kondisi perasaannya seperti baru saja menerima hukuman alam, seperti petir sedang menyambar tubuhnya dengan kuat. Dia merasa kakinya sangat lunglai dan siap ambruk dalam hitungan detik.

Tapi .....

Tidak, ibunya menunggu di rumah sakit. Ibunya berada dalam antara hidup dan mati!

Bella, tidak apa-apa, memohonlah sedikit. Memangnya kenapa kalau kau menurunkan sedikit harga dirimu dan memohon padanya, selama pria ini memberikan pinjaman uang padamu, itu sangat bagus sekali!

Mobil itu akan siap-siap masuk. Arabella tahu, jika mobil ini sudah masuk ke dalam, maka kesempatannya sudah tidak ada!

Arabella menahan air mata dan melompat ke depan mobil itu.

'Ahhh....'

Karena sangat tidak sabar, membuatnya sedikit gegabah hingga depan mobil itu menabrak pahanya.

Tapi Arabella tetap merentangkan tangannya.

"Stop! Mr. Merrick Crich, ada hal penting yang ingin aku sampaikan pada Anda."

"Eddy, bawa dia masuk ke ruangan kerja saya."

Mendengar itu, sudut bibirnya Arabella terangkat ke atas. Tadinya dia mengira pria ini akan mengusirnya.

"...Baik, tuan."

Penjaga gerbang yang bernama Eddy itu menghampiri Arabella, "Nona, dari sebelah sini." Dia menuntun jalan untuk Arabella.

Setelah berjalan sekitar 30 meter dari gerbang, Arabella sampai di depan sebuah pintu yang sangat besar, yang ia yakini itu adalah pintu utama di rumah ini.

Ia tersenyum miris. Tampaknya kehidupan pria yang sudah membuangnya semakin berjalan dengan baik.

Bagaimana bisa seseorang tetap hidup dengan baik, setelah merusak hidup seseorang?

Sampai detik ini barulah Arabella menyadari ternyata dia sangat membenci pria ini. Tapi takdir malah mempermainkannya, situasi ini memaksanya untuk harus mengemis minta tolong pada seseorang yang ia benci.

Arabella membuang napasnya dengan kasar dan melangkahkan kakinya memasuki kediaman itu. Ternyata, isi di dalam rumah ini jauh lebih sempurna. Semuanya ditata dengan rapi dan sempurna.

Dari pintu masuk, kita langsung disambut dengan benda-benda yang berjual nilai tinggi, serta sebuah bingkai foto yang sangat besar.

"Sebuah bingkai foto keluarga yang bahagia." Dia tersenyum mengejek.

Tentu saja, jika memang benar-benar bahagia, pria jahanam itu tidak akan datang dan mencari ibunya untuk mengajaknya bersenang-senang.

Tidak, Arabella sama sekali tidak merasa iri, atau bahkan merasa dia harus berada di sini, tidak! Karena, walau ibunya tidak memberikan kehidupan megah bak putri dari dalam negeri kerajaan dongeng, tapi ibunya mampu mencukupi segala kebutuhannya, dengan kedua tangannya.

Mengingat ibunya, senyum di wajah Arabella mengembangkan.

"Mama, aku akan melakukan apa pun yang bisa membuat Mama baik-baik saja. Aku mohon Mama tetap kuat, demi Bella."

Mamanya bahkan belum melihatnya wisuda dengan nilai dan peringkat yang baik.

"Nona..." Seorang pelayan wanita yang sudah tua menghampirinya.

Arabella tersenyum padanya. Senyumannya sangat tulus, sehingga sebuah lesung pipi kecil di bawah bibirnya terlihat.

"Tuan meminta Anda ke ruangan belajarnya." Pelayan wanita itu berkata lagi, "Silakan ikut saya."

"Ah, okay." Arabella mengikutinya, hingga mereka berhenti di sebuah pintu single.

"Tuan ada di dalam." Setelah mengatakan itu, pelayan wanita itu mengetuk pintu pelan.

Suara nyaring dan tegas terdengar dari dalam. "Masuk!"

"Nona, silakan masuk."

Arabella mengangguk. Ia pun tersenyum manis pada wanita itu. Harus ia akui, keluarga Crich mengajar pelayannya dengan sangat baik. Mereka bersikap sopan dan tegas di saat yang seharusnya, contohnya pelayan penjaga pagar tadi. Walau sedikit menyebalkan, tapi Arabella mengakui itu semua karena tugasnya yang sebagai penjaga keamanan di rumah mewah ini.

Setelah menarik dan menghembuskan napas secara perlahan, Arabella memasuki ruangan itu.

Di sebuah kursi eksekutif, duduklah seorang pria yang sudah separuh baya, tetapi malah masih sangat tampan. Pria itu terlihat mulia, garis wajahnya begitu tegas, alisnya sangat rapi dan tebal, tulang hidungnya menjulang tinggi, terlihat sangat mirip dengan milik Arabella. Tampaknya kaca mata yang selalu ia kenakan membuat kerutan halus di wajahnya timbul, atau mungkin karena faktor usia juga.

Terkadang Arabella sering bertanya-tanya, dari mana datangnya kecantikan yang ia miliki? Satu-satunya yang ia rebut dari ibunya, hanya bola mata yang bersinar indah dan besar, yang menandakan bahwa dia adalah milik ibunya.

Setelah melihat pria ini, barulah dia menyadari bahwa dirinya dominan meniru pria ini, tetapi pria ini malah tidak melihat dia di dalam dirinya.

Bella, apa yang kau pikirkan? Persetan dengan pria ini, ingat tujuanmu!

avataravatar
Next chapter