webnovel

Bersiap Makan Malam, Baru Pergi

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Mata Shen Fanxing sedikit bergetar. Ia menoleh dan menatap Nyonya Tua Bo dengan sedikit terkejut. Tiba-tiba, wajahnya menunjukkan bahwa ia paham dan berpikir jernih.

Benar-benar anak yang pintar. Sebentar saja sudah berpikir jelas, batin Nyonya Tua Bo, lalu ia berkata, "Memang mudah dikatakan, tapi proses yang sulit untuk dilaksanakan. Selama kamu sudah memutuskan, proses itu hanyalah masalah waktu."

Shen Fanxing mengangguk sambil berpikir, kemudian keduanya berbicara sebentar. Saat ia melihat Nyonya Tua Bo tampak mengantuk, ia berniat untuk bangkit dan pergi. Namun, wanita tua itu menolak untuk melepaskannya dan berkata, "Nak, jangan pergi. Temani Nenek makan malam sebelum pergi."

"Ini…"

"Fanxing, apakah kamu tega menolak Nenek?"

Shen Fanxing hanya terdiam dan sedikit tidak berdaya saat melihat tatapan wanita tua yang tampak kasihan itu. Bagaimana bisa ia tega untuk menolak? Ia hanya bisa berkata, "Tapi, Nenek sudah mengantuk…"

Nyonya Besar Bo tersenyum dan berkata, "Aku lihat kamu juga mengantuk. Kalau tidak, kamu juga mau istirahat dulu sebentar?"

"Ini tidak—"

Tepat sebelum Shen Fanxing menyelesaikan kata-katanya, Nyonya Tua Bo menoleh dan berkata kepada pelayan di sampingnya, "Lai Rong, pergi bawa Nona Shen untuk beristirahat di kamar paling ujung kanan di lantai dua."

Baik Shen Fanxing maupun Lai Rong sama-sama terdiam. Kamar paling ujung kanan? Bukankah itu kamar Tuan Muda? Haruskah begitu cepat? pikir Lai Rong. Ia sempat mengira bahwa Nyonya Tua Bo seperti ingin segera mengirim Shen Fanxing ke ranjang Bo Jingchuan, tapi tidak… Sepertinya ia salah. Ia pun kembali berpikir, Nyonya Tua sekarang benar-benar berniat mengirim Nona Shen ke ranjang Tuan Muda. Tetapi, Tuan Muda tidak pernah mengizinkan orang lain memasuki area pribadinya, apalagi kamar tidurnya. Apakah Nyonya tidak takut saat Tuan Muda kembali, dia akan segera melempar Nona Shen dari tempat tidur dan mengusirnya? Betapa canggungnya nanti?

"Nyonya Besar..."

Lai Rong hanya ingin mengingatkan Nyonya Tua Bo, tetapi wanita tua itu meliriknya dari sampung untuk memperingatkannya. Ia pun segera mengubah suaranya. "Maksud saya, apakah Nona Shen ingin mandi sebelum tidur? Jika Nona Shen perlu mandi, saya akan memesan seseorang untuk mengambil air mandi."

Nona Shen harus mandi dan dicuci bersih sampai wangi dulu, baru dikirim dikirim ke tempat tidur Tuan Muda! begitu maksud Lai Rong sebenarnya. Setelah mendengar perkataan Lai Rong, Nyonya Tua Bo langsung mengerti dan mata wanita tua itu menjadi cerah. Ia melirik Lai Rong dengan penuh apresiasi, lalu menyahut, "Iya, iya! Mandi dulu sebelum tidur agar tidurmu nyaman. Cepat suruh orang menyiapkan air."

Pada akhirnya, Shen Fanxing tidak berdaya dan sulit baginya untuk menolak. Selain itu, ketika berbicara tentang hal mandi, secara tidak sadar Shen Fanxing juga tidak begitu ingin menolak.

———

Shen Fanxing dibawa ke kamar yang diperintahkan oleh Nyonya Tua Bo sementara pelayan menyiapkan air mandi. Setelah itu, pelayan berjalan keluar bersama Lai Rong untuk meninggalkan kamar dan menutup pintu kamar itu dengan lembut. Kedua mata Shen Fanxing menyapu seluruh ruangan asing ini lalu melihat warna putih dan, tampaknya tanpa sengaja, sebagian warna hitam. Ada satu set ranjang ganda yang besar di tengah ruangan dengan kombinasi warna abu-abu dan putih sehingga tampak dingin dan mahal. Karpet wol hitam terhampar di sekitar tempat tidur ada. Seluruh ruangan tampak bersih tanpa debu dengan cahaya yang menerangi seisi kamar tidur. Kamar ini tampak sederhana namun mewah.

Shen Fanxing menghela napas pelan sebelum berjalan ke pintu kamar mandi. Ia melepaskan sandalnya di luar pintu lalu masuk ke kamar mandi tanpa alas kaki. Karena ia telah terbiasa melihat kesederhanaan dan kemewahan rumah ini, ia tidak melihat banyak yang berbeda ketika melihat bak mandi putih murni yang besar. Setelah tubuhnya benar-benar terbenam dalam air panas, rasa letih dan depresi yang mengisi hatinya seakan tersapu dalam sekejap. Air pancuran mengalir dengan lembut dari atas hingga kemudian seluruh tubuhnya berangsur-angsur terbungkus kehangatan. Darah dingin di tubuhnya perlahan-lahan menghangat dan ia menghela napas dengan nyaman. Ia pun bersandar di bak mandi dan menutup matanya dengan lembut.

Next chapter