20 Feeling Happy

Cukup lama bagi Daniel menghubungi Jenni, bahkan bisa dibilang durasi yang ia pergunakan untuk hanya sekedar mengobrol dengan kekasih nya itu memakan waktu diatas satu jam, bahkan mungkin bisa lebih.

Bagaimana hal tersebut memungkinkan untuk bisa mendapatkan waktu diatas satu jam ?

Tentu saja mungkin, sebab Daniel seolah terhipnotis dengan suara Jenni melupakan begitu saja akan durasi waktu yang terjadi, bahkan Daniel baru saja menyadari bahwa telefon tersebut lama, sebab supirnya tiba tiba memberitahukan dirinya bahwa ia sudah berada di lobby kantornya kembali.

Adapun jarak kantor dan tempatnya bertemu dengan pria tua itu kurang lebih satu jam, jadi bisa diperkirakan bukan durasi lama nya obrolan Jenni dan Daniel selama diperjalanan ?

"Sayang, sepertinya aku harus mematikan telefonnya dulu, sebab aku harus masuk ke dalam kantor terlebih dahulu, kau tak ingin pembicaraan kita di dengar banyak orang bukan ?" ucap Daniel di sela godaannya pada kekasihnya itu.

Terdengar suara kekehan pelan dari seberang telefon, dan tak lama telefon pun diputus oleh Jenni.

'Aishh ... kekasih ku lucu sekali,' ucap Daniel dalam benak.

Setelah nya ia turun dari mobilnya dan melangkah kan kaki nya masuk kedalam kantornya menuju ruang kerjanya seperti biasanya.

Hati Daniel kini masih dalam kondisi berbunga bunga.

Suara kekasihnya itu masih jelas terngiang di kepalanya, bahkan sebagian karyawan yang bersapaan dengannya ia sapa dengan senyumannya yang mematikan, membuat sebagian wanita meleleh akan senyuman menawan nya itu.

Seketika atmosfer kantor tersebut mendadak berubah.

Daniel yang biasanya terkenal dingin mata karyawannya kini berubah 180 derajat.

"Astaga aku baru tahu pak Daniel dapat terlihat manis seperti itu," bisik salah satu karyawan pada karyawan lainnya yang berada di kantor tersebut.

Pemuda yang menjadi teman dengan gadis yang merupakan karyawan Daniel tadi akhirnya menegurnya pelan, dan mengatakan pada gadis itu untuk mengecilkan suaranya, tak pantas untuk mereka berkomentar seperti itu jika masih dilingkungan kantor, nasihat pemuda itu pada temannya sendiri.

Dengan langkah ringan Daniel masuk kedalam ruangannya, dan langsung duduk dibangku singgasana.

"Ekhem ... seperti nya anda tampak sedang senang sekali hari ini pak," ucap Jack pada Daniel sambil menyodorkan berkas yang harus di tanda tangani oleh Daniel.

Daniel tersenyum dan menganggukan kepalanya tanpa manik nya menatap Jack, melainkan manik nya menatap berkas yang ada di hadapannya.

"Bagaimana ? Apakah seluruh nya sudah kau urus dengan baik ?" tanya Daniel tegas pada Jack.

Baru saja Jack hendak ikut tersenyum saat atasannya itu tersenyum, namun hanya sepersekian detik Daniel kembali berubah menjadi atasannya yang memang sangat ia kenal.

"Sudah pak, semuanya dalam kondisi terkendali, namun pemuda itu berhasil lolos saat kami membawa nyonya ke rumah sakit," ujar Jack berterus terang.

Daniel dengan tenang mengatakan pada Jack bahwa hal itu bukan lah menjadi masalah, sebab ia yakin bahwa pemuda itu akan dengan sendirinya datang menghampiri nya, atau memang dengan terpaksa Daniel memutuskan kerjasama dengan perusahaan tersebut dalam kurun waktu 3 hari.

Mendengar jawaban tersebut, Jack dapat bernafas lega, pasalnya ia sendiri pun takut jika tiba tiba saja Daniel mengamuk hanya karena tak berhasil mendapat kan pemuda itu.

"Setelah ini, antarkan aku ketempat Nyonya Rose, aku akan memperkenalkan diriku secara resmi pada nya," ucap Daniel sambil menatap manik Jack.

Jack tentu saja mengaggukan kepalanya dan mengiyakan perkataan Daniel.

.

.

Waktu terus berjalan, sudah hampir dua jam Daniel tak berpindah dari posisi nya sama sekali.

Arah manik nya hanya fokus pada 2 hal, yaitu berkas yang harus ia tandatangani ataupun materi yang harus ia baca di laptop nya.

Jack yang belom mendapatkan perintah apapun dari Daniel kembali, hanya duduk dibangku nya mengerjakan hal lain yang sudah Daniel percayakan padanya.

"Jack !"

Mendengar seruan dari suara Daniel yang khas tentu saja langsung spontan membuat Jack langsung bangkit dari tempat duduk nya.

"Ada apa pak ?" tanya Jack menghampiri Daniel.

Daniel menatap Jack sejenak, dan merapihkan sekaligus membawa barang barang nya.

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ucap Daniel singkat dan padat tanpa embel embel apapun.

Ingin rasanya Jack mengumpat, karena Daniel selalu memerintahkannya secara tiba tiba tanpa ada kode ataupun basa basi sebelumnya.

Dengan segala keterpaksaan Jack mengiyakan perkataan Daniel, dan menemani Daniel menuju rumah sakit yang dimana Rose tengah berada di sana.

Ya Rose masih terbaring lemah disana, akibat shock yang ia dapatkan dari pemuda yang kini memiliki jabatan sebagai direktur di perusahaan Jackflow Company.

Sepanjang perjalanan Daniel hanya terdiam tanpa berkata sepatah katapun.

Sejujurnya ia merasa bersalah dengan Jenni, sebab dengan begitu ia kini telah sedikit membohongi kekasih cantik nya itu.

'Maafkan aku sayang ... kuharap kau mau memaafkan ku akan hal ini,' benak Daniel dalam hati.

...

...

Dengan langkah perlahan Daniel masuk ke ruangan rawat inap dimana Rose berada.

Wanita itu sepertinya sedang tertidur, sebab ia masih memejamkan maniknya dengan nyaman.

Daniel yang merasa tetap perlu bertemu ibu dari Jenni, tentu saja tetap menghampiri Rose dan memilih menunggu hingga Rose terbangun di salah satu sofa yang berada di dekat Rose.

Sekitar sepuluh menit Daniel senantiasa duduk di sofa, tiba tiba manik Rose mengerjap perlahan.

Sontak Daniel langsung segera menghampiri Rose untuk menyapa Rose secara formal.

"Hallo, Nyonya Rose Dean," sapa Daniel lembut.

Manik Rose yang baru saja terbuka sontak membuat nya mengerutkan dahinya.

Ia tak paham dengan kondisi yang sebenarnya terjadi.

"Sepertinya aku pernah melihat wajah mu ...," ucap Rose berusaha mengingat wajah Daniel.

Daniel tahu sebagai pengacara yang hampir menangani kasus lawan perusahaan nya tentu saja mengenal wajah nya, terlebih sebenarnya wajah Daniel ada di beberapa majalah mengenai pebisnis muda.

"Perkenal kan saya Daniel ... kekasih putri anda Jenni," ucap Daniel to the point.

Seakan tak percaya spontan Rose menekap bibirnya kaget.

Ia tak tahu harus percaya atau tidak ?, dan harus bahagia atau tidak ?

'Aku baru tahu putriku kini sudah dewasa dan memiliki kekasih.

———

Leave comment and vote.

avataravatar
Next chapter