12 Diambang Pilu

Ibrahim Pov

_________________________________________

Ternyata benar seperti yang dikatakan Abi dan Ummi, segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan, setiap saat jika Sang Pemilik Kuasa mau, maka Sang Kuasa bisa dengan mudah mengambilnya.

Sama seperti yang kualami saat ini, begitu mudah Sang Pemberi Hati membalikkan keadaan hati, Aku baru saja merasakan kebahagiaan yang teramat sangat, berekspetasi hidup yang kujalani akan semakin indah, berkhayal tentang kehidupan masa depan setelah melamar Gabriel, Aku juga sudah memikirkan kapan akan menikahi Gabriel, namun nyatanya keadaan berbalik 360 derajat.

Gabriel yang kucinta sekarang membenciku, Gabriel yang menatapku dengan hangat berubah menjadi tatapan nanar, Gabriel yang manja berubah menjadi garang, Gabriel yang selalu membiusku dengan kata kata nakal, berubah menjadi pemaki yang menyakitkan, Gabriel yang baru saja memiliki panggilan khusus baru yaitu mas Ibra, berubah memanggilku Baim menjadi seperti orang lain, ini semua karena Aku mengecewakan Gabrielku.

Masih kuingat jelas kejadian kemarin, saat Aku menemani Rasty untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan di Rumah Sakit, Ia memang positif hamil dan kehamilannya sudah berjalan 3 bulan, Rasty bersikeras jika janin yang dikandungnya adalah Anakku.

Rasty bersikeras jika Ia tidak pernah bercinta dengan laki-laki lain selain dengan Aku, tapi Aku juga bersikeras jika Aku tidak pernah memasukkan cairan kejantananku kedalam Rahimnya, Aku ingat setiap persetubuhan yang kami lakukan, Aku selalu menggunakan pengaman, mencabut kejantananku saat berdenyut, dan menumpahkan cairanku diluar.

Aku sempat meminta dokter untuk melakukan test DNA terhadap janin yang dikandung Rasty, namun mendengar jawaban Dokter, Aku mengurungkan niatku, "Untuk janin dalam kandungan, tes DNA dilakukan dengan mengambil cairan amnion atau air ketuban melalui prosedur amniosentesis atau dengan chorionic villus sampling yang mengambil sampel jaringan plasenta. Namun, kedua jenis tes pada janin tersebut memiliki risiko membuat ibu mengalami keguguran", begitu yang dikatakan Dokter di Rumah Sakit kemarin.

Bagaimanapun juga, Aku bukanlah orang yang jahat, Aku tidak mau Rasty mengalami kejadian yang membahayakan nyawanya dan juga nyawa si jabang bayi, jadi kuputuskan mengurungkan niat tersebut sampai bayi itu lahir.

Rasty memaksaku untuk menikahinya, Ia bahkan mengancam ingin bunuh diri, setelah itu Gabriel datang, dan terjadilah Drama percintaan diantara kami bertiga, ah Gabrielku, apa aku mampu menatap kedua matanya pagi ini, Apa Ia mau memandangku hangat seperti sebelumnya, Apakah Ia masih mau memelukku erat seperti yang sudah sudah, Aku merindukan Gabrielku.

Dengan langkah Gontai Aku berjalan menuju ruangan, tak kuperdulikan beberapa bawahanku, termasuk Lita dan Lusi yang menyapaku, Aku sama sekali tidak tertarik membalas sapaan mereka, yang kuinginkan saat ini hanyalah Gabrielku seorang.

Gabrielku belum datang, tidak biasanya kekasihku belum tiba dikantor, biasanya Ia orang yang paling rajin, Ia orang yang paling pertama datang, Ia orang yang memberiku ucapan selamat pagi setiap Aku membuka pintu ruangan kami, dan Aku biasanya langsung menghampiri dirinya yang duduk di bangku kerjanya, menggoda Gabriel dan tanpa sungkan mencium pipinya semenjak kejadian Aku melakukan persetujuan TTM dengannya.

Hatiku hancur, Aku sudah kehilangan Gabrielku, Aku tidak tahu, apakah Aku mampu menjalani hidup tanpa dirinya, Jika Gabriel tidak memaafkanku, rasanya lebih baik Aku mati saja, daripada harus kehilangan cinta seorang Gabriel.

Aku duduk di bangku Gabrielku, memandangi fotonya yang tersenyum ceria, ah senyumannya begitu memikat, foto ukuran 4R itu seolah memandangku, Aku tak perduli jika itu hanya Foto, Aku menciumnya, memeluknya, membayangkan jika itu adalah Gabriel yang nyata.

Pandanganku tertuju dengan sesuatu yang terselip dibelakang Foto Gabrielku, seperti ada Foto lain yang tertindih, rasa penasaran membuatu lancang membuka bingkai Foto dengan ukiran klasik ini.

Aku sontak terkejut bukan main, mataku terbelalak, Aku tak mampu menahan tangis yang membasahi kelopak mataku, suatu hal yang baru saja kuketahui, ternyata dibalik foto Gabriel yang tersenyum, ada Fotoku yang ia simpan, bahkan Ia menulis kan tulisan Love difotoku itu.

Tangisku tumpah sudah, Aku terisak membasahi meja kerja Gabriel, Aku kembali mencium dan memeluk foto Gabriel yang kupegang, Gabrielku begitu mencintaiku, namun Aku dengan tega membuatnya terluka, Aku telah menyakiti hatinya.

Aku berteriak histeris, melampiaskan kekesalan terhadap diriku sendiri, Aku menangis sejadi-jadinya, menyesali setiap hal yang kulakukan dulu, seandainya sejak dulu Aku tidak berpetualang terlalu banyak, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Tapi semuanya sudah terlambat, seribu penyesalanpun rasanya percuma, tidak akan membuat Gabrielku kembali ke pelukanku.

"mas Baim, are you okay?" Tanya sebuah suara dengan gemetar, terlihat takut namun nada bicaranya menunjukkan keprihatinan terhadapku.

Aku berusaha menghapus air mataku, namun air mataku tak dapat diajak kompromi, Ia masih saja menembus kelopak mataku, mengalir membasahi pipiku.

"Iam okay, thank you Lita" ujarku menjawab tanpa melihat ke pemilik suara yang menanyaiku.

"kalau mas perlu temen cerita, Lita bisa jadi pendengar yang baik kok mas" Ujarnya lagi masih dengan nada yang was was, Aku melirik Lita, kulihat Ia memejamkan mata menyesali apa yang dikatakannya.

Aku tersenyum getir, tidak mungkin juga Aku akan melampiaskan kemarahanku kepada Lita yang sama sekali tidak tau apa-apa, justru Aku bersyukur ternyata Lita berempati walaupun Aku bukan atasannya secara langsung.

Aku berusaha menghirup nafas dalam, mengatur ritme otot diafragmaku yang turun naik berkontraksi tak beraturan, "kamu gak akan ngerti yang aku rasain saat ini lit" ujarku meniupkan nafas, "ini sangat rumit"

Lita dengan sedikit takut mendekat, Ia menghampiriku yang duduk di bangku Gabrielku, tak kuperdulikan Lita yang melihatku membelai foto Gabrielku, biarkan saja jika Ia mengataiku gila, memang pada kenyataan, Aku sudah gila, Aku menggilai pria yang tak lain dan tak bukan adalah atasan Lita.

"Lita ngerti kok mas" ujarnya tertunduk masih sedikit takut salah berucap, "ini semua tentang Ko Gabriel kan?" Tanyanya pelan.

Aku meliriknya sebentar, lalu kembali menatap foto Gabriel yang kepegang, Ah bahkan di foto saja Gabrielku begitu menggemaskan.

"Lita tau Mas Baim sama Ko Gabriel punya hubungan spesial, Lita ngerti mas apa yang Mas rasain, Lita ngerti kalo Mas Baim mencintai Ko Gabriel, begitu juga sebaliknya, pandangan mata kalian berdua tidak bisa dibohongi Mas, cara Mas Baim memperhatikan Ko Gabriel juga tidak bisa dibohongi, begitu juga sebaliknya" Ujar Lita menjelaskan, Ia mulai sedikit berani dengan menunjukkan empatinya.

Sejujurnya Aku terkejut jika Lita bisa menangkap gerak gerikku dengan Gabriel, padahal selama ini bagiku Aku sudah cukup pintar bersikap Profesional terhadap Gabrielku, saat ada didepan bawahanku.

Air mataku berhenti mengalir, rasanya cukup lega dengan empati yang dimiliki Lita untukku, "entahlah lit, apa Aku masih bisa dicintai Gabriel, Aku sudah menyakitinya, Aku sudah melukai perasaan Gabrielku" Ujarku tanpa sadar bahwa Aku menyebut Gabrielku didepan Lita, tapi Lita tersenyum sangat tulus saat mendengar Aku menyebutkan nama Gabrielku.

"Mas Baim jangan menyerah dengan keadaan, Lita yakin, Ko Gabriel gak mungkin dengan mudah ngelupain cintanya sama Mas Baim, Lita kenal betul sama Ko Gabriel, dibalik wajah ngegemesin dia, hatinya lembuuut banget, dia selalu memperlakukan orang orang dengan penuh cinta, Lita ngerasa beruntung punya Boss kayak Ko Gabriel, udah ganteng, baik hati, tulus, penyayang, super duper perfect, jadi gak mungkinlah Ko Gabriel dendaman,apalagi---sama Mas, orang yang Ia cintai" Lita berceloteh ria, panjang lebar mendeskripsikan atasannya itu.

Tapi apa yang dikatakan Lita memang benar, Gabrielku memang memiliki wajah menggemaskan, senyum yang manis, hati yang lembut, penyayang, perhatian, tulus, semua itu kurasakan bahkan sebelum Aku memiliki perasaan lebih terhadap Gabrielku.

"Kamu bener lit, dia ganteng, gemesin, baik, lembut, penyayang, perhatian, tulus, Gabriel terlalu sempurna untukku, Aku gak pantes untuk dia" Ujarku sambil membelai foto Gabrielku.

"kata siapa!?" lita mendelik, Ia menaikkan nada bicaranya, "Mas Baim gak boleh ngomong gitu, Mas sama Koko itu cocok, Ideal, Couple Favoritku, kapalku, pokoknya Mas jangan pisah sama Koko, Mas harus bersatu lagi, apapun yang terjadi kapalku nggak boleh karam" Ujar lita bersemangat namun membuatku terkejut.

Aku melototkan mataku tajam, Aku yang tadinya terisak dalam tangis jadi menyeringai, apa maksud gadis didepanku ini, kenapa dia sama seperti sarah, adikku yang sedikit sengklek otaknya itu.

Lita memejamkan mata, tangannya menutup mulutnya sendiri, pasti Ia memaki dirinya sendiri karena keceplosan berbicara seperti itu padaku, Aku menggelengkan kepala keheranan.

"Ma--mmm--maaf mas, li--lita permisi dulu" Ujarnya memutar tubuh ingin pergi meninggalkanku.

"tunggu lita" panggilku membuat Lita menghentikan langkahnya, terdengar jelas Ia mengaduh pelan, Aku tersenyum, "kamu mau bantuin Mas Baim pacaran lagi sama Ko Gabriel?" Tanyaku, Aku dengan jujur mengakuinya setelah tahu Lita sama saja dengan Sarah.

Lita memutar tubuhnya lagi dengan cepat, matanya berbinar binar dibalik lensa kacamata yang Ia pakai, "ssss--se--serius mas" ujarnya terbata bata seolah tak percaya, "Mas minta bantuan Lita buat nyatuin Mas sama Ko Gabriel? ini beneran? ini Lita gak mimpi kan? Lita dimintain bantuan sama kapal Lita? aaaaaakkkk" Teriaknya histeris.

"Jadi kamu gak mau?" Tanyaku meyakinkan.

"mau Mas, mau banget, apapun yang Mas Baim suruh pasti akan Lita lakuin, Lita harus ngomong sama Lusi" Ujarnya dan lagi lagi Lita menyesali mulutnya yang asal ceplas ceplos itu.

"Lusi !!, jadi Lusi juga--"

"ah maaf mas, Lita permisi, banyak kerjaan" Lita berlari meninggalkanku tanpa ingin tahu yang Aku katakan.

"Lita, tunggu!!" Teriakku, namun tubuhnya sudah hilang ditelan pintu ruanganku yang tertutup.

Tapi Aku cukup tenang, ada yang bisa membantuku, Aku harus menyusun rencana terlebih dahulu, tapi seperti apa rencananya Aku sendiri belum tahu.

Disela kebingunganku, Mba Mel tiba di ruangan dan menyapaku.

"loh kamu kok ada disini?" Tanya Mba mel dengan raut wajah keheranan, "kirain ke Rumah Sakit" ujarnya lagi.

Aku kebingungan, Aku baik baik saja kenapa harus ke Rumah Sakit, Mba Mel ada-ada saja.

"emang Baim ngehubungi Mba buat ijin ke Rumah sakit, perasaan gak ada deh" jawabku kebingungan.

"jadi kamu gak tahu?" Tanya Mba Mel lagi.

"tahu apaan sih mba?" Tanyaku penasaran,"Mba ngigo ya?" ledekku tersenyum tipis.

"ya tuhan, kamu sebagai temen yang udah kayak pacarnya ini gak tahu" Mba Mel meletakkan tas yang Ia bawa diatas meja Gabriel, "temen kamu yang rasa pacar itu masuk Rumah sakit, Dia kecelakaan, kemarin pihak Kepolisian dan Dokter nyamperin HRD ngelaporin ini, Mobilnya masuk ke Danau, Mba kirain kamu udah tahu, gimana sih!, kalo Mba jadi Gabriel, kamu udah gak Mba anggep lagi sebagai temen rasa pacar" Ujar Mba Mel menjelaskan.

"mmm--maksud Mba?" tanyaku masih kebingungan.

"Gabriel kecelakaan, Dia dirawat di RSCM, keadaanya kritis im" Jawab Mba Mel dengan raut wajah sedih.

Bagai memikul benda berat berkilo-kilogram, tubuhku gemetar kaku, Aku mematung didepan Mba Mel, Gabrielku kecelakaan, Ia kritis, bagaimana bisa?, kenapa Aku tidak tahu, semua ini karena ulahku.

"Baim, hallo!!!" Mba Mel mengejutkan lamunanku, "masih untung Polisi patroli ngeliat kejadiannya langsung, dan masih untung juga Gabriel pergi bawa nametag perusahaan, jadi Polisi segera ngabarin kesini, karena handphone Gabriel udah rusak kelelep Air" Ujar Mba Mel lagi.

"Mba, Baim ijin ke Rumah Sakit ya, Baim mau tau keadaan Gabriel, boleh ya mba?" ujarku memelas.

Mba Mel mengangguk "iya, sana jengukin, makanya mba aneh, kok kamu malah kerja, kirain udah di Rumah Sakit, udah sana, masalah kerjaan nanti dihandle sama Lusi dan Lita dulu, nanti sore Mba nyusul".

Aku bergegas mengambil kunci yang ada di tasku, aku segera menghambur keluar, kulirik Lita yang sedang asyik mengobrol dengan Lusi, kenapa Gadis itu tidak memberi tahuku.

"Lusi, kamu handle kerjaan Mas, Mas mau ke Rumah sakit" Ujarku menghampiri Lusi.

"siapa yang sakit Mas?" Tanya Lusi keheranan.

"Emang kalian gak tau kalau Gabriel kecelakaan? kenapa kalian malah ngerahasian dari Mas?" Tanyaku sedikit membentak.

"kkk--ke--kecelakaan!!" pekik mereka berdua bersamaan. "sumpah mas, Lita sama Lusi baru tau dari Mas" Lusi menjawab pertanyaanku.

"Iya Mas, Maaf, kemarin sibuk didalam ruangan Mas sama Koko" Lita menimpali melakukan pembelaan, ooh pantas saja mereka tidak tahu.

"Ya udah, titip handle kerjaan" Ujarku tanpa memanjangkan masalah.

"hati-hati mas" teriak mereka bersamaan saat Aku berlari meninggalkan Kantor.

Aku segera berlari ke Lift untuk menuju Basement, Lift sialan sama sekali tidak mengerti keadaanku yag sedang panik, lama sekali berhenti di atas sana, Aku segera berlari lagi, kuputuskan untuk menuruni tangga darurat menuju Basement.

Aku tidak perduli berapa anak tangga yang kulangkahi karena berpacu dengan waktu, tidak kuperdulikan melewati 7 lantai tangga darurat menuju Basement, Aku terus berlari menuju mobilku, dengan segera melajukannya, di otakku sekarang hanya ada Gabrielku.

Gabrielku sayang, Aku tidak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padanya, kenapa semalang ini nasib cinta kami berdua, kenapa harus ada drama, kenapa kami tidak bisa ditakdirkan berbahagia berdua, Aku sangat mencintai Gabrielku.

Kepiluan menyeruak batinku, Aku sudah masuk diambangnya, kembali menyesali perbuatanku terdahulu.

Seandainy saja Aku dapat memutar waktu, Aku justru berharap terlahir sebagai Gay, agar Aku bisa mencintai Gabriel sejak awal tanpa harus berpetualang kemudian berlabuh di hatinya.

Gabrielku, apapun Akan kulakukan untuknya, bahkan nyawaku tak lebih penting dari nyawa Gabrielku saat ini.

To Be Continued to Next Part

_________________________________________

Hallo Guys, untuk beberapa Next Part, akan terus POV nya Ibra, buat kalian yang kangen POV nya Gabriel, sabar ya 😁😁.

maaf ya kalo udah gak lucu lagi kayak biasanya 😁😁, nanti deh kita lucu lucuan lagi.

_________________________________________

Special Part For Intermezzo ( Penulis : Yusuf Asabi, akun wp dan webnovel Youshouldbe22)

Lita keluar dari Ruangan atasannya, Ia menghampiri Lusi yang sedang berkutat dengan Komputernya.

"Lus, Lu harus bantuin Gua, Kita harus bantuin Mas Baim sama Ko Gabriel!" Ujarnya membuat Lusi memelototkan mata sipitnya.

"Verlita Nur Annisa, ada apaan sih?" Tanya Lusi kebingungan, Ia menyebut nama lengkap Sahabat Fujonya itu.

"Mas Baim sama Ko Briel beneran pacaran tau Lus" Lita tersenyum ceria.

Lusi terbelalak seolah tak percaya, padahal selama ini mereka hanya menjodoh jodohkan kedua laki-laki itu tanpa sepengetahuan atasannya, kini harapan mereka jadi kenyataan, tentu saja membuat keduanya bahagia.

"ssss--serius lu?" Lusi masih tak percaya, Ia berusaha meyakinkan dirinya jika apa yang diucapkan Lita barusan adalah sebuah kenyataan.

Tentu saja itu sebuah kenyataan, bukan hanya khayalan mereka berdua saja.

"beneran, Gua serius Triluci Huang, Sahabat bermata sipitku" Jawab Lita meyakinkan.

"Lu tau dari mana?" Lusi menginterview.

"barusan, Gua asal nebak aja soalnya ngeliat Mas Baim meluk Foto Ko Briel" jawab lusi atas pertanyaan sahabatnya.

"Oh my Godness, Mas Baim meluk foto Ko Briel? lu gak salah liat kan?" Tanya Lusi lagi masih tidak yakin dengan apa yang diucapkan sahabatnya.

Lita mengangguk penuh keyakinan, "Gua bahkan liat foto Mas Baim bersanding sama fotonya Ko Briel"

"Oh My God, Oh My Wow, aaaaakhh Iam so Happy, Iam so Happy Lita, aaakhh" Lusi berteriak histeris, membuat si Eceu, Pria gemulai yang duduk dipojok ruangan mendelik, Pria yang sedang asyik merias bibirnya dengan Lipstik itu mengeluhkan kedua atasannya yang berisik.

"cici dan mba Lucinta jangan rumpita atuh, lipstik ariel tatum jadi belepoteng kemenong menong iiiichhh, kezell bingit eike mah" celetuk Pria gemulai yang sering dipanggil Si Eceu. Ia mengambil tissue dengan manja untuk mengelap pipinya yang terkena garis lipstik.

"Apa sih Eceu, gak bisa liat orang seneng" sahut Lita.

"Eceu, Lucinta apose cong?" Tanya Lusi menimpali.

"singkatan nama yeeiy berdua, Lucinta, Luci en Lita" Jawabnya menyebut Lusi yang ejaan hurufnya menggunakan huruf C.

Lusi dan Lita menggeleng dengan kompak.

"eh, terus, terus, gimandose neik kelojotannyong?" Tanya Lusi melanjutkan pembahasan mereka yang mendadak berubah menggunakan bahasa sehari hari si Eceu, Pria sunda yang tidak mau dipanggil Akang, maunya dipanggil Teteh atau Eceu.

"Lu jangan girang dulu, Kapal kita lagi diterjang ombak, Gua gak tahu jelas penyebabnya apa, yang jelas Seme kita lagi galau banget, dia mikirin Uke nya, ampe gak bisa tidur, liat aja kantung matanya jadi tebel gitu" Jawab Lita prihatin.

"ya udin, kita harus berbuat apa neik?" Tanya Lusi lagi.

"untuk saat ini eike tinta taulani berbuat apetong say, yang jelas apapun permintaan si seme, kita harus bantuin, sambil mikir gimana caranya mempersatukan mereka kembali"

"hmmm, ya udin, kabar kabari aja ya neik, eike pasti bakal siap sedia demi kapal kita supaya gak karimun jawa"

"karimun jawa apose neik?" Tanya Lita kebingungan.

"Karam neik, iih lupita deh neik sama bahasa si teteh eceu" Jawab Lusi melambaikan tangan dengan gemulai.

"eh, kenapa kita jadi kayak si eceu sih"

avataravatar
Next chapter