1 1. Cinta

Cinta? Apa itu cinta? Aku tidak lagi percaya akan arti cinta? Cinta pertama ku sendiri menghianati diriku. Dan dengan kejamnya, setelah dia membuat diriku jatuh cinta padanya sedalam ini, dia lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Padahal aku memiliki semua apa yang wanita inginkan. Tampan? Tentu diriku sangat tampan, bahkan ketampananku hampir setara dengan artis barat yang menyanyikan lagu love yourself.

Tinggi? Jangan ditanya kapten basket mana yang tidak tinggi, bahkan tiang listrik akan kalah dengan tinggi yang kumiliki, apa? Tentu saja aku bercanda, tidak mungkin aku setinggi tiang listrik!

Soal kekayaan tidak perlu ditanya, di usia ku yang masih terbilang sangat muda, 29 tahun, aku sudah berhasil memiliki penghasilan sendiri, membeli rumah dari hasil jerih payahku sendiri, membeli mobil, perabotan, tanah, apartemen, perusahaan? tentu semuanya bisa aku beli, kecuali yang kusebutkan yang terakhir tadi. Tentu aku harus memulainya dari bawah dahulu, dari pekerjaan mendasar supaya bisa naik menjadi seorang CEO di perusahaan terkenal di ibu kota.

Aku sebenarnya tidak mau membahas ini karena ini hal privasi, tapi hey! Aku bahkan memiliki enam kotak di perutku dan dia masih berani-beraninya berselingkuh dari diriku? Oh sayang apa yang ada di kepala cantikmu? Kurang apa diriku ini?

"Hek hek hek."

"Cegukan bro? mangkanya kalau mau mabuk, jangan mabuk air."

Teman tak tahu diuntung, sudah syukur aku mentraktirnya makan di warung depan kantor kami, walau hanya semangkuk mie goreng rasa kuah soto namun toping yang di sediakan pemilik warung selalu bisa memikat aku dan teman-teman kantorku untuk datang ke warung milik Pak Pardi ini, dia dan istrinya sudah membangun usaha kuliner di berbagai titik di kota-kota besar, rata-rata usaha yang dibangun adalah Rumah makan, Toko kue, Dan bahkan Restoran. Semua itu adalah hasil kerja keras Pak Pardi dan keluarganya yang di mulai dari warung ini, dan anak Pak Pardi yang berhasil Pak Pardi dan Bu Desi besarkan menjadi anak yang jenius dan berhasil mengelola uang yang di tabung orangtuanya, untuk dijadikan pundi-pundi rupiah yang lebih banyak. Jangan salah walau bentuk luar warung ini tidak setinggi gedung-gedung besar di samping kanan dan kirinya atau bahkan di depannya, namun jika anda masuk ke dalam, anda akan merasa sangat luas.

Karena anak Pak Pardi memperluas lahan warung milik orang tuanya dan berhasil mempertahankan warung pertama orang tuanya dengan menyajikan inovasi-inovasi baru dalam penyajian warungnya. Inovasinya seperti menambah menu mie goreng dengan sajian toping yang wah dengan harga yang pas di kantor, contohnya ada topping berbagai rasa, ada ttopoki, ada sushi, ada bakso raksasa dengan banyak cabai di dalamnya.

Selain itu, minuman di warung ini juga sangat bervariasi dan semuanya menyehatkan, ada jus dari berbagai macam buah yang bisa kamu pilih untuk di buat. Dan betapa berbaktinya anak Pak Pardi karena tetap mempertahankan warung pertama ayahnya dan masih memakai nama pilihan Ayah dan ibunya untuk usaha-usaha yang di jalaninya. Dan warung ini memiliki nama yang unik yang tidak pernah di ubah sejak tahun 2000 yaitu 'Warung Atma Putih", atma sendiri jika dicari di internet berarti Jiwa.

Menurut ceritanya yang kudengar dinamakan seperti ini agar pemiliknya memiliki hati yang suci dan tidak sombong. Kalian tahu kenapa aku tahu dan menceritakan semua ini? Itu karena anak pemilik warung yang sukses ini juga menanam di perusahaan tempatku bekerja. Tapi kenapa aku menceritakan ini? Tentu saja untuk mengalihkan pikiranku dari seorang wanita yang selalu berada dipikiranku sejak lama.

Kembali pada kisahku, aku yang sedang patah hati beribuan kali pada orang yang sama dan butuh teman untuk mendengar curhatku ini memanggil temanku, Roni, untuk mendengar curhatanku, bukan untuk menceramahiku, memang teman tak pengertian. Aku memandang Roni sinis dan kembali meminum air gelas yang ada di tanganku. Ini sudah gelas ke dua puluh yang aku minum. Daripada meminum minuman haram, seperti yang Roni sebutkan, aku lebih memilih meminum air gelasan sampai kembung.

Omong-omong Roni adalah salah satu temanku yang sudah menikah dan punya buntut satu, ups maaf bro maksudnya memiliki anak laki-laki satu. Roni dan aku telah berteman sejak kami masih SMP, sepak terjangku dalam hal menarik minat perempuan tentu dia sudah tahu sejarahnya. Ada beberapa perempuan yang ku pacari namun hanya sebagai sebuah label dan teman di kala mataku lelah untuk belajar di kelas, pacarku tentu akan dengan suka rela mengipasi aku dengan buku mereka. Namun semakin lama mereka semakin meminta perhatian lebih padaku, dan itu mengganggu jam belajarku. Hal yang paling tidak aku suka adalah diganggu saat aku sesang serius belajar, hey aku benarkan?! Aku waktu itu masih anak sekolah, masih meminta uang pada orangtuaku untuk memenuhi semua kebutuhanku.

Mana mungkin aku merelakan masa depanku dengan sibuk menemani mereka belanja di mall ataupun nonton bioskop menggunakan uang orangtuaku, belum lagi jika mereka mulai meminta hal-hal yang aneh dan meminta aku untuk membelikannya, walau aku tahu uang dari orangtuaku mampu membelikan apa yang mereka mau tapi aku tidak bisa melakukan itu. Orangtuaku telah bekerja keras dan bercucuran keringat untuk menghasilkan uang demi menghidupi keluargaku, tentu aku tidak bisa dengan mudah menghamburkan-hamburkan uang hasil kerja keras kedua orangtuaku. Dan aku menghentikan aksi gonta-ganti pacarku diusiaku yang ke delapan belas.

Aku sibuk untuk mempersiapkan ujian nasional demi bisa mendaftar di universitas terbaik dan mendapatkan beasiswa. Kuputuskan untuk membuang-buang waktuku untuk hal tak berguna bernama pacaran. Tapi aku tetap menjalin pertemanan dengan mantan-mantanku, jika ada yang mengajak membuat grup belajar bersama tentu aku akan dengan senang hati mengiyakan ajakan mereka, asal mereka benar-benar menggunakan waktu untuk belajar. Teman-teman ku tentu ada yang mengerti rasa ambisiusku dan ada yang menganggapku terlalu terobsesi dengan yang namanya masa depan. Namun mereka harusnya mengerti bahwa belajar itu penting, kita tidak akan bisa mengerti jika hanya mengandalkan satu sisi, misalnya mendengarkan guru mengajar saja, kita juga butuh latihan dan membaca ulang untuk menanamkan pengetahuan di otak kita. Dan Roni adalah salah satu temanku yang setuju dengan pemikiranku. Tak hanya Roni temanku yang lain seperti Wira, Dewa, Gio juga memiliki pemikiran yang sama. Kadang kita memilih belajar bersama bergantian di rumah orang tua kami.

"Udah kali, yang udah pergi nggak usah dipikirin lagi. Lo udah 29 tahun Ji, yakin masih nggak mau nikah? Masih kuat dengan status kejombloan lo? Gue aja udah punya istri dan anak satu, lah lo? Lo bisa dikira nganu, sama orang-orang kalo terus ngajak teman-teman cowok lo jalan."

avataravatar
Next chapter