1 Perintah Telah Diberikan

"jadi siapa yang sudah mencuri hati putri bungsuku?" Tanya pria tua itu dengan garis wajah yang tegas.

Setelah menanyakan pertanyaan yang cukup penting untuk keluarganya itu, pria itu meletakkan cangkir teh diatas meja marmer. Diikuti dengan tegukan ludah dari gadis muda yang duduk dihadapannya, yang tak lain adalah putrinya sendiri. Gadis itu hanya bisa duduk tegang sambil memandangi cangkir berisi teh hangat tanpa berminat untuk meminumnya.

"Jawab ayah, Mariposa!" Tegas pria tua itu dengan tak sabaran.

Tuan Badra Parviz, kepala keluarga Parviz yang terkenal amat dingin dan keras kepala. Ia selalu memaksakan kehendaknya dalam kondisi apapun. Tuan Badra juga dikenal di desa karena merupakan juragan tanah disana. Hampir semua tanah di desa adalah miliknya. Siapapun yang menginginkan tanah atau hendak membelinya, maka harus berhadapan dengan Tuan Badra. Karena kekayaannya yang melimpah itu membuat Badra menjadi sombong di setiap pertambahan usianya. Apalagi semenjak sang Nyonya besar keluarga Parviz pergi untuk selama-lamanya meninggalkan Tuan Badra bersama empat orang anak.

Karena kesombongan ayahnya itu membuat Mariposa kian jengah tinggal di rumah yang besar nan megah tanpa kasih sayang seorang ayah. Mariposa hanya bisa menikmati waktu lima belas tahun bersama sang ibu. Dan kini usia Mariposa sudah menginjak delapan belas tahun. Ayahnya tak segan-segan memberi peringatan kepadanya untuk bersiap menikah dengan pria mana saja asalkan itu pilihan ayahnya.

Mariposa tentu tidak senang dengan itu. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali mereka mengobrol sambil minum teh seperti ini karena sang ayah terlalu sibuk dengan bisnisnya. Dan Mariposa tidak menyangka jika kunjungan ayahnya kali ini adalah untuk membahas pernikahan. Mariposa hanya bisa tersenyum miris. Sudah Mariposa duga jika kunjungan ayahnya hanyalah karena sesuatu yang mendesak. Dan Mariposa tahu jika Tuan Badra pasti sudah merencanakan sesuatu. seperti sebuah perjodohan konyol yang sudah terjadi kepada ketiga kakaknya.

akibat perjodohan itu, Mariposa jadi kesepian dan harus tinggal sendiri di rumah besar ini. kakak-kakaknya pergi satu persatu meninggalkan rumah mereka dan dibawa suami mereka pindah. Mariposa benci ketika ditinggalkan sendirian.

Ku kira kau mengunjungiku karena khawatir. Nyatanya aku salah untuk berharap padamu, Ayah. Batinnya.

"Ummmm, masih rahasia Ayah." Jawab Mariposa seadanya.

Jujur, ia sendiri pun tidak tahu pria mana yang akan suka pada gadis pemalu dan kuper sepertinya. Meskipun harta yang ia miliki berlimpah dan memiliki paras cantik, Mariposa tak yakin jika semua lelaki akan menyukainya. walau Mariposa memiliki visual yang sudah seperti malaikat dan dijamin lelaki manapun akan takluk padanya. Mariposa selalu merasa tidak percaya diri dengan sifatnya yang kekanakan dan egois.

"Kalau begitu ayah akan segera Carikan lelaki untukmu." Tuan Badra tersenyum puas.

inilah saatnya.

Mariposa mendesah pelan. Sudah ia duga jika ayahnya akan berbicara seperti itu. Mariposa tidak ingin dijodohkan dengan lelaki manapun. ia tidak mau bernasib sama dengan ketiga kakaknya yang terpaksa menikah bersama pria yang tidak dicintainya. walau sekarang para kakaknya itu sudah hidup bahagia dan sudah mencintai suami mereka, tapi tetap saja Mariposa lebih memilih menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya.

menikah atas dasar cinta lebih enak daripada karena dipaksa.

"Bukan begitu Ayah, aku masih tidak ingin Ayah tahu soal itu." Elaknya.

Mariposa seberusaha mungkin ingin menolak permintaan ayahnya itu dengan berbagai alasan.

"Berhenti bermain-main, Mariposa! Kau harus segera dinikahkan. Jika tidak ada pria yang dekat denganmu maka Ayah akan mencarikannya untukmu!" Tegas Tuan Badra.

Mariposa menunduk. Ia merasa sesak di dada.

Padahal usianya baru saja delapan belas tahun. secepat itukah ia harus melepas masa lajangnya pada pria lain?

"Jadi karena ini Ayah mengunjungiku?" lirih Mariposa.

"Apa?"

"Lebih baik tidak usah mengunjungiku sama sekali daripada harus membahas pernikahan konyol itu, Ayah!" Mariposa tersenyum getir pada ayahnya.

Mariposa sudah muak melihat pengalaman kakak-kakaknya yang sudah menikah dan dibawa oleh suami paksaan mereka. Semua itu berkat ayahnya yang seenaknya menjodohkan putri-putrinya kepada anak pejabat dan menteri. Akibat perbuatan ayahnya itu kini rumah menjadi sepi dan Mariposa selalu merasa kesepian. Mariposa tidak ingin hidupnya harus berakhir dengan orang yang bahkan tidak ia cintai. Jangankan dicintai, Mariposa kenal saja tidak.

"Apa-apaan kau? Jaga ucapanmu Mariposa! Aku ini ayahmu!" bentak Tuan Badra.

"Intinya aku tetap tidak mau menikah, Ayah Badra!"

"Jangan pernah membantah Ayah! Aku ini Ayah yang sudah membesarkanmu! Aku tidak membesarkan mu untuk berbicara seperti itu padaku apalagi sampai membantahku!"

PRANG

Mariposa dengan sengaja menjatuhkan cangkir teh didepannya karena terlalu emosi pada Ayahnya sendiri. salah satu kebiasaan buruknya adalah ketika marah, maka Mariposa akan melemparkan benda apa saja yang ada dihadapannya. bahkan Mariposa belum puas jika benda yang ia lempar tidak pecah. baginya benda yang menjadi sasaran kemarahannya haruslah hancur sampai berkeping-keping agar sama seperti kondisi hatinya ketika marah.

"Kau!"

Tuan Badra yang melihat kejadian itu langsung melototi putri bungsunya. Tak terkecuali para pelayan yang ikut melihat kejadian tak biasa itu langsung tercengang. Mendadak suasana menjadi tak mengenakan. satu persatu dari mereka memutuskan untuk mundur dan pergi dari ruangan itu. namun ada juga yang masih tetap bertahan bukan karena penasaran, tapi karena berjaga-jaga takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi antara kedua ayah dan anak tersebut.

siapapun di rumah itu tahu soal kebiasaan buruk Mariposa ketika marah.

"Aku tidak mau menikah dengan lelaki manapun! Aku ingin bebas! Sejak kapan ayah membebaskan kami? Tidak pernah. Ayah menyuruh kami belajar belajar dan belajar hingga kami lulus lalu kami dinikahkan dengan lelaki asing! Aku tidak mau menikah dengan lelaki pilihan ayah! Aku juga tidak Sudi bernasib sama seperti kakak-kakak ku yang harus pasrah pada keinginan Ayah!" teriak Mariposa.

PLAK

"Dasar anak tidak tahu diri! Tak tahu diuntung kau!" Tunjuk Tuan Badra murka.

Wajah pria itu sudah memerah dan giginya bergemelutuk saat melihat setetes air mengalir di pipi Mariposa.

Mariposa meraba pipi kirinya yang terasa panas dan perih. Kejadian barusan sangat cepat terjadi. Mariposa menatap Tuan Badra tak percaya. Baru kali ini ia ditampar oleh ayah kandungnya sendiri. Dan alasannya hanya karena ia membantah soal pernikahan? salahkan ia jika tidak ingin menikah muda?

Mungkin inikah alasan mengapa kakak-kakaknya mau saja menerima perjodohan konyol itu?

"Ayah.." lirih Mariposa.

Nafas Tuan Badra tak terkendali. Dadanya naik turun dengan cepat. Pria itu segera melonggarkan ikatan dasinya yang terasa menyesakkan. berdebat Mariposa selalu saja membuatnya ikut termakan amarah. sebab hanya Mariposa lah yang berani menentangnya.

"Aku tidak mau tahu! Minggu depan kau harus menikah! Siapapun dia orangnya akan menjadi menantuku mulai saat itu juga!" Ketus Tuan Badra.

Tuan Badra pun berlalu meninggalkan semua kekacauan yang telah ia buat.

Mariposa kembali merintih. Ia kira selepas kepergian ayahnya dari pandangannya rasa sakit itu pun ikut hilang. Nyatanya tidak. Bahkan Mariposa merasa ada bagian yang justru bertambah sakit. Hatinya sangat sesak. Mariposa masih terdiam ditempatnya. Para pelayan rumahnya mulai membersihkan kekacauan yang tersisa sambil sesekali meliriknya dengan iba.

Mariposa mendesis.

"Jangan berani tatap aku dengan tatapan seperti itu!" Ketusnya.

"M-maaf nona."

Mariposa menghela nafasnya. Ia merasa hidupnya terasa semakin berat seiring berjalannya waktu. Ayahnya yang semakin tua malah bersikap tak mengundang Mariposa untuk membalas jasanya selama ini. Yang ada Mariposa malah semakin ingin melawan untuk menyadarkan pria tua itu. tapi semakin berusaha disadarkan, ayahnya akan semakin melakukan apapun sesuai kuasanya hanya demi mendapatkan apa yang diinginkan.

"Well, ternyata kau sudah cukup dewasa untuk melawan ya, Mariposa?"

Mariposa mendongak. Suara itu..

"Kak Marvel!"

"Sudah kuduga kau akan-"

Kalimat itu tergantung begitu saja ketika Mariposa semakin mengeratkan pelukannya pada Marvel. Pria yang lebih tua lima tahun darinya itu hanya bisa terkekeh geli sembari mengelus rambut panjang Mariposa yang bergelombang.

"Aku sudah lama menunggumu." Sahut Mariposa.

Tampaknya gadis itu enggan melepas pelukan mereka. Sampai Mariposa tidak sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian para pelayan rumahnya dan juga ayahnya yang tiba-tiba kembali muncul.

"Berhenti memeluk lelaki lain disaat kau akan menjadi istri orang!" sahut Tuan Badra.

Mariposa terpaksa melepas pelukannya lalu menatap Ayahnya tajam. Tuan Badra pun menatap Marvel dengan dingin. Tatapan yang tak pantas dilayangkan pada orang yang sudah sangat berjasa untuk keluarganya.

"Apa kabar, Tuan? Senang bisa melihatmu lagi." Sapa Marvel hangat.

Tuan Badra tidak menyahut. Ia malah terfokus pada putrinya yang berjalan menuju ke kamar. ya, Mariposa mendadak kehilangan nafsu untuk melepas rindunya dengan Marvel karena kehadiran ayahnya. jadi gadis itu pun memutuskan untuk pergi ke kamar. untuk saat ini Mariposa harus menghindari ayahnya karena malas dan takut semakin terbawa emosi. selain itu, Mariposa juga sedang tidak ingin membahas apa-apa dulu soal pernikahannya.

"Jadi, Mariposa akan segera menikah?" Tanya Marvel tanpa basa-basi.

tidak sengaja Marvel juga sempat mendengar keributan antara Tuan Badra dengan Mariposa.

Bukan menjawab Tuan Badra malah melengos ke ruangannya yang ada di lantai dua. Marvel sudah biasa melihat sikap arogan majikannya itu. wajar saja jika Tuan Badra bersikap seenaknya karena dialah yang berkuasa di rumah itu.

Lelaki muda itu hanya bisa tersenyum kecil. Lalu tak lama salah satu pelayan rumah menghampirinya.

"Tuan Badra memanggilmu." Kata pelayan wanita itu.

Marvel menghela nafasnya.

"Baiklah, aku segera kesana."

~~

"Seperti yang kau tahu, Mariposa putriku akan segera menikah." Jelas Tuan Badra pada Marvel.

Marvel mengangguk pasti.

"Siapa calon suaminya, Tuan?"

"Aku juga belum tahu pasti siapa dia. Aku tidak tahu Mariposa dekat dengan lelaki mana atau tidak sama sekali. Yang jelas ia harus segera menikah Minggu depan." ucap Tuan Badra tak terbantah.

Marvel mendongak melihat raut wajah Tuannya yang kian menua. Bukan keanehan lagi jika Tuan Badra menjadwalkan pernikahan dengan jangka waktu yang sangat singkat. Tapi Marvel merasa ada sesuatu yang berbeda dari pernikahan putri Tuan Badra kali ini. meskipun pernikahan ketiga kakak Mariposa dilakukan dalam waktu yang singkat juga, kali ini Tuan Badra terlihat seperti sangat menggebu-gebu.

"Jadi Mariposa akan menikah di desa?" Tanya Marvel memastikan.

"Tidak. Akan kubawa dia ke kota dan menikah disana." Tegas Tuan Badra.

"Aku mengerti, Tuan. Tapi-"

"Lebih baik sekarang kau ajak dia berkeliling desa selagi aku membebaskannya. Dan kalau bisa, beri apa yang dia inginkan." sambar Tuan Badra cepat.

"Baik Tuan."

Marvel pun pamit. Belum sampai pintu langkahnya harus kembali terhenti karena sebuah suara milik Tuan Badra.

"Ah, ya satu lagi."

Marvel pun membalikkan badannya. kali ini wajah Tuan Badra tampak cemas. hal yang tidak biasa. selama ini Tuan Badra hanya menunjukkan raut wajah datar,angkuh, dan dingin. jarang sekali wajah tegas itu memperlihatkan sisi lemah meskipun sedang dalam keadaan genting sekalipun.

"Jika dia terluka tolong obati dan rawat dia. Jangan sampai kulitnya cacat karena dia akan menikah. tolong cek pipinya yang terkena tamparanku tadi." jelas Tuan Badra.

Marvel tersenyum kecil.

"baik Tuan."

~~~

Bersambung..

avataravatar
Next chapter