1 Bagian 1

Bel masuk berbunyi, membuat semua murid yang masih berada di luar sekolah terburu-buru masuk. Mengingat Hari ini adalah senin, tentu pemandangan Siswa-Siswi yang terlambat, adalah hal biasa. Aku hanya menatap sekilas mereka yang terlambat, beberapa dari mereka cemberut, karena pak Tono si guru olahraga, memberikan mereka hukuman untuk membersihkan taman belakang yang terkenal angker dan di penuhi banyak sampah.

Ku langkahkan kakiku menuju toilet yang ada di seberang lapangan, begitu memasuki toilet aku sudah mendengar suara-suara aneh, yang tidak sewajarnya. Tak ku perdulikan hal itu, selama mereka tidak mengganggu ku. Selesai dengan urusanku, aku pun keluar. Namun, baru saja keluar dari bilik toilet, ada beberapa orang yang sudah menantiku.

"CUPU!!! Mana duit setoran loe hari ini. Gue lagi butuh duit banyak, ke siniin duit loe,"

"Duit? Bukannya kalian sudah janji, ga bakal malak lagi. tadi, waktu upacara kalian sendiri yang bikin pengumuman untuk berubah. Baru setengah jam udah berulah lagi,"

"Ga usah banyak ngebacot. Siniin duit loe, atau loe mau kita pukuli ampe babak belur,"

"Nggak mau. Kalian tadi sudah janji, harus di tepati. Bisa-bisa kalian mati, kalau banyak berbohong. Apa kalian ga takut,"

"Ga usah sok ngancem, kita ga takut mati. Malah kita duluan yang akan bikin loe mati,"

"Oke, aku kasih. Tapi, karena tadi kalian beneran bohong. Dan kalau hal ini sampai ketahuan guru, apa yang akan kalian lakukan...emmm hukuman apa yang kalian mau,"

"Banyak bacot loe, dasar freak !!!" tunjuk salah satu dari mereka. "Kalau sampai ketahuan, maka gue dan mereka semua bakal mati di makan sama anjing liar sebagi hukuman kami."

Aku tersenyum mendengar perkataan nya. Bersamaan dengan itu suara geraman terdengar di sekeliling kami. Aku dan mereka melihat ke sekitar, dan ada sekitar 20 ekor anjing tiba-tiba muncul, pada saat mereka masih kaget, anjing-anjing itu langsung menyerang mereka membabi buta. Teriakan kesakitan dan wajah putus asa mereka menjadi hiburan bagiku, mereka meminta tolong padaku. Namun itu tak berguna, kutinggalkan mereka dan ku tutup pintu toilet bersamaan dengan kematian mereka.

Aku kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan seperti biasa, seolah-olah tidak terjadi sesuatu. Dan, aku hanya menunggu Kejadian seru yang akan berlangsung sebentar lagi. Bel istirahat berbunyi, dan ini merupakan waktu yang kutunggu-tunggu. Aku hanya duduk di kelas, sembari menanti. beberapa siswa dan siswi sekelas, hanya melirik. Tidak ada dari mereka yang mau berteman denganku, hanya karena penampilanku yang cupu, dan mereka rasa kampungan. Jadi, tidak aneh bagi mereka melihatku duduk di waktu istirahat.

"Apa kau tidak lelah, hanya duduk terus. Senyum itu, kau melakukan sesuatu lagi ya. Jawab aku Ren,"

Kulirik perempuan di sebelahku, dengan pandangan tanpa minat. "Itu pertanyaan bodoh, kau juga tau. Kenapa harus bertanya, Kak Sania,"

"Apa yang kau lakukan? Tunggu, bau ini...bau darah. Siapa yang kau bunuh hari ini? Lebih tepatnya siapa yang jadi korban dari kutukanmu hari ini," Dia bertanya padaku dengan pandangan menyelidik.

"Hanya para tukang palak, yang tadi pagi sudah berjanji. Kau tau sendiri kalau mereka sampai berbohong di hadapanku, maka mereka akan mendapat hukumannya. Terlebih lagi, salah satu dari mereka sendiri yang memilih hukumnya. Maka hal itu tidak bisa di langgar, kecuali sebelum sumpah terlaksana mereka menyadari kesalahannya. Jadi, jangan mentapku seolah-olah aku yang menghakimi mereka, kakak sayang."

Belum sempat kakakku berucap lagi. Tiba-tiba anak-anak di koridor mulai berlari dan berteriak-teriak heboh. Tentu saja itu menarik perhatianku dan kakakku, meskipun kami berdua sudah tau apa yang terjadi. Aku ikut berlari mengikuti arus, sedangkan kakakku bertanya ke sana kemari apa yang terjadi. Begitu kami sampai di depan toilet, para guru dan satpam sudah memblokir tempat itu, namun aku bisa melihat beberapa anak lelaki dengan wajah pucat pasi, kurasa mereka yang menemukan bekas kenakalanku hari ini. Setengah jam kemudian polisi dan ambulan tiba di sekolah. Para polisi langsung mendorong kami agar menjauh, sedangkan beberapa yang lainnya ikut menginvestigasi, tidak berselang lama, ku lihat petugas medis dan para polisi membawa 2 kantong jenazah keluar, dimana keduanya seperti hanya berisi potongan tubuh. Kami semua akhirnya di bubarkan, dan sekolah langsung memulangkan kami, tanpa memberi keterangan atas apa yang terjadi.

avataravatar
Next chapter