7 Natasha

Tanpa Natsha beberapa hari ini Arsen kembali seperti semula. Jarang makan, jarang berbicara. Setelah kepergian Natasha karena selesai kontrak asisten itu Arsen tidak bertemu lagi dengan Cewek bawel yang mampu membantahnya

"Yo, kok gue gak pernah liat lagi Cewek itu," tiba-tiba Arsen menanyakan hal itu pada Aryo. Sumpah demi apapun, cewek yang bernama Natasha itu benar-benar mengusik otaknya, selain Karina. Berbicara Karina, Arsen masih menimbang untuk bertemu wanita itu. Arsen juga tidak tahu alasannya kenapa ia sepertinya gencar sekali ingin bertemu wanita itu.

"Maksud Tuan, Natasha?" Aryo sedikit menahan senyumnya mengatakan hal itu. Tuannya ini tidak seperti biasanya terhadap perempuan.

"Kenapa kok senyum-senyum gitu?" tanya Arsen.

"Tidak tuan, apa perlu saya membawa Natasha kesini?"

Arsen berdehem. Ia sama sekali tak berpikir Aryo harus membawa Natasha ke Apartemen. Akan besar kepala sekali wanita itu jika ia dijemput Aryo.

"Gak usah. Gue cuman penasaran aja. Di sekolah gue gak pernah liat dia lagi setelah dia selesai jadi Asisten gue."

Aryo pun menganggukan kepalanya tak mau membuat Tuannya itu kikuk.

***

"Baru sekolah lagi aja udah bikin masalah!" teriak cewek berambut panjang dengan ujung rambut pirang itu.

Natasha kini menahan emosi yang akan meledak seketika. Yang membuat masalah siapa, yang disalahkan siapa.

"Heh... bukan gue yang bikin masalah, tapi Lo! Udah tahu orang lagi benerin sepatu, main jalan aja. Jalan tuh bukan cuman pake kaki, pake juga tuh mata!" tak kalah lantang ia berteriak memarahi Sheryl. Yah wanita yang berambut pirang ujungnya ini namanya Sheryl. Cewek yang satu spesies dengan Dita, sepupunya itu.

Pertengkaran itu terdengar oleh Arsen. Ia bukan fokus pada pertengkaran yang dibahas, tapi dia menangkap suara yang dicarinya kemarin. Dengan tanpa sadar Arsen berlari menghampiri suara pertengkaran itu. Senyumnya terukir tanpa sadar, ia melihat wanita dengan rambut dikuncir itu sedang berdiri angkuh. Seperti beberapa minggu lalu saat dia melawannya.

"Arsen...Arsen," terdengar para Siswa dan Siswi itu berbisik, saat kedatangan laki-laki anak dari pemilik sekolah ini. Arsen sama sekali tak peduli bisikan-bisikan itu. Entahlah bisikan segan, kagum atau mencibirnya. Ia berjalan menghampiri dua wanita yang sedang sama-sama keras sepertinya.

"Arsen?" Sheryl tiba-tiba menjadi anggun saat Arsen menghampiri mereka. Arsen sama sekali tak menanggapinya, ia kini menatap Natasha datar. Dan dibalas dengan tatapan datar juga dari Natasha. Bahkan Natasha sedikit menghembuskan napasnya kasar, seolah-olah malas bertemu Arsen.

"Arsen, kamu keluarin aja anak ini. Dia bikin masalah terus!" ucap Sheryl sambil menatap Natasha tak suka.

"Bikin masalah apa dia?" tanya Arsen.

Sheryl tersenyum penuh kemenangan, sepertinya Natasha akan mendapat masalah. Natasha sendiri hanya berdiri malas, dia tidak peduli akan terjadi apa selanjutnya. Kalaupun dikeluarkan sekolah, ia akan cari sekolah lain.

"Dia sengaja ngalangin jalan dan bikin aku jatuh," suara Sheryl berubah manja, pasti yang mendengarnya akan merasa jijik.

"Ikut gue," ucap Arsen sambil menarik paksa tangan Natasha. Ia tak menghiraukan rintihan sakit Natasha karena Arsen menariknya kasar dan mencengkram lengannya cukup kuat.

Ruangan kedap suara, dan tak ada siapapun disini kecuali mereka berdua. Dan tak boleh siapapun masuk sembarangan ketempat ini kecuali seizin Arsen. Dan sebenarnya Arsen tidak suka ada orang lain masuk kedalam ruang privatenya. Namun entah mengapa kaki dan hatinya membawa Natasha ketempat ini.

"Sakit tahu! Kasar banget jadi cowok!" protes Natasha sambil mengusap lengannya yang sedikit memerah.

"Lo kemana aja?" tanya Arsen. Entahlah dia hanya ingin mengutarakan apa yang ada dikepalanya.

Natasha melongo mendengar Arsen bertanya seperti itu. Ia kemudian menyeringai, "Lo kangen Gue?"

Arsen menoyor kepala Natasha.

"Ish... kenapa ditoyor?"

"Gue butuh pembantu di Apartemen."

Natasha mendelik mendengar pernyataan Arsen tersebut.

"Gue gak mau, apaan jadi pembantu Lo! Nyari aja yang lain, gue gak tertarik."

Setelah itu Natasha melengos pergi dari hadapan Arsen. Arsen tidak tahu harus berbicara apa, dia hanya mau menatap wajah cewek itu dan mendengar bantahannya yang selalu terlontar. Ya, hanya itu. Dan dia tidak tahu ada apa dengan dirinya, kenapa dengan hatinya. Tadi saja saat menoyor kepala Natasha ia sebenarnya ingin mengusap kepalanya. Saat menarik paksa tangan Natasha, ia sebenarnya ingin menggandeng tangan itu, bahkan mungkin menyelipkan jari-jarinya diantara sela-sela jari Natasha. Memikirkan semua itu membuat Arsen tersenyum sendiri layaknya orang gila. Dia pun beranjak pergi dari ruang private itu setelah beberapa menit Natasha lebih dulu pergi.

***

avataravatar
Next chapter