webnovel

TRISALVARD

Aku bahkan tidak mengetahui siapa aku sebenarnya, dari mana asal-usulku, dan orangtuaku. Yatim piatu, begitu orang biasanya menjulukiku. Saat ini aku hidup di sebuah negeri yang bernama Slanzaria, Kerajaan yang sangat berjasa bagiku sebab telah mengangkatku sebagai anaknya. Aku bertekad untuk membalaskan jasa pada negeri ini, dengan mengejar impianku menjadi seorang Prajurit Suci. Namun, beberapa hari sebelum aku dikukuhkan sebagai calon Prajurit Suci, peristiwa-peristiwa aneh dan menyeramkan menghampiri hidupku. Bayangan makhluk itu datang kembali dan mencakar kulitku, kemudian menghilang meninggalkan rasa sakit dan tanda tanya besar di hari-hariku. Perlahan-lahan, aku menjalani rentetan misteri dan teka-teki yang menghampiriku. Yang perlahan-lahan membongkar siapa diriku yang sebenanarnya, dan membongkar misteri tentang negeri ini yang disimpan selama ratusan tahun.

YourPana · Fantasy
Not enough ratings
25 Chs

Pegasus Yang Malang

Yang jelas Slanzaria bukanlah kota berhantu atau semacamnya. Tapi para pengunjung lumayan sering kapok untuk mengunjungi tempat ini, bahkan Joah yang merupakan anak Slanzaria cukup bergidik melihat kerangka manusia tergantung di salah satu tiang tinggi di jantung kota.

"Bagaimana kalau kerangka itu adalah ayah atau ibumu?" ucap Arion kurang akhlak. Shany langsung mencubiti lengannya dan anak itu mendesah-desah.

"Bisa saja, semua itu mungkin saja." balas Joah, ternyata ia lebih durhaka.

"Aku dengar dari Frith, aww... kalau kerangka-kerangka yang digantung di tiang-tiang di beberapa tempat di Slanzaria bukanlah orang sini, mereka orang asing. Dan mereka mati karena terbakar, tertabrak, teracuni, atau bahkan mati tiba-tiba." ucap Arion sambil menikmati sakitnya cubitan Shany.

"Mungkin juga karena dicubit sama perempuan jahat." tambahnya

"Apa-apa dari Frith. Omong kosong! Kata ayahku mereka adalah para Trisalvard yang melanggar sumpahnya, Alarys LII pun murka dan menghukum mereka dengan cara seperti ini. Mungkin itu maksud dari tulisan 'KAMI TELAH MEMPERINGATKAN KALIAN' di atas tengkoraknya." Shany menunjuk tulisan di atas tengkorak itu.

"Dihukum oleh Alarys LII? Setiap Trisalvard yang mengingkari sumpahnya akan mati tragis secara alami, tidak butuh peran Alarys." Joah mengadu argumen.

"Ada-ada saja Oshiera satu itu, pantas saja anaknya seperti ini!" celetuk Arion.

"Aku peringatkan kau!" Shany menunjuk ke dua bola mata Arion secara bergantian.

Waktu sedikit lagi menunjukkan pukul tengah hari dan tampaknya mereka memilih menghabiskan waktu mereka di jantung kota. Cuaca pada siang itu tidak terik, namun jangan sekali-sekali menyinggung tentang suasana kota yang selalu dipenuhi oleh orang-orang. Terutama para pedagang, yang selalu lewat dari tempat ini membawa kereta dagangannya menuju Pasar Slanzaria yang memang tidak jauh dari sini.

Sepertinya tidak ada alasan khusus mengapa mereka di sini, mungkin mereka merindukan aroma beri-berian segar yang dibawa oleh para pedagang. Namun tampaknya mereka hanya ingin melepaskan rasa jenuh dari ephylogia yang menguras emosi.

Tidak ada yang paling menarik hati Joah daripada para prajurit suci yang ada di sisi-sisi kota mengawasi kegiatan rakyat serta menjaga mereka. Begitu melihatnya, yang terbersit di pikirannya adalah bahwa beberapa tahun lagi dia akan menjadi apa yang ia lihat.

"Jo, apa kau yakin para prajurit suci tidak bosan jika terus menerus di tempat yang ramai dan hiruk pikuk ini?" Tanya Arion melenyapkan perhatian Joah.

"Tentu tidak. Mereka akan terus berganti wilayah penugasan agar mereka dapat lebih mengenali setiap sudut dan sisi dari Slanzaria." Jawabnya.

"Aku hanya mengujimu, wawasanmu tentang prajurit suci sudah luas ya.... pihak Galathium seharusnya langsung menjadikanmu seorang Prajurit Suci dan laskar Trisalvard tanpa perlu berlatih lagi!"

Arion berniat menggoda Joah namun perhatian Joah tiba-tiba saja tertuju kepada suatu keributan di antara kerumunan yang tidak jauh darinya. Orang-orang di sekitarnya tampak memperhatikan hal yang sama. Puluhan orang mengerumuni sumber keributan itu dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Suara seorang pria terdengar menyalak dengan sangat kuat,

"INI ADALAH AIB BESAR BAGI GALATHIUM AKADEMIA!"

Joah memperhatikan kerumunan itu dengan lebih jeli, berharap ia menemukan sesuatu yang menjawab tanda tanya yang timbul di kepalanya. Dari celah-celah kerumunan, ia mulai melihat hal yang tidak asing di ingatannya. Ia melihat dua anak laki-laki yang tengah dipelototi oleh kuruman manusia bak tikus hina yang tertangkap.

Joah menyipitkan mata dan mendongakkan kepalanya untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat adalah apa yang ia duga. Dari tempatnya semula, ia beranjak dan mendekati kerumunan itu, Arion dan Shany mengikutinya dari belakang. Kini ia dapat menyaksikan dengan jelas bahwa dua anak laki-laki itu adalah Svegio dan Calos, anak asuh Ibu Niriah selain dirinya dan Arion.

"SVEGIO? CALOS?" Shany terkaget.

"ASTAGA! Mereka memang selalu bermasalah." keluh Arion, ia lekas membuat kesimpulan.

Joah tampaknya tidak ingin menguras tenaga dan emosinya. Baginya kedua manusia itu sangat menyebalkan dan hanya merugikan peradaban dunia. Ia lebih memilih pura-pura tidak mengenali dua manusia itu.

Disana tampak seorang pria bulat berbadan besar yang berkecamuk emosi menghadapi mereka, pria dengan janggut tebal itu memberikan nasihat kepada mereka. Svegio dan Calos ingin sekali tertunduk karena malu, namun ia tetap harus meladeni pertanyaan dan makian yang menghantamnya.

Joah tidak mengerti apa yang sedang terjadi, masalah apa yang sedang menimpa mereka, dan apa yang telah mereka perbuat. Semuanya masih terlihat kabur. Namun seumpamanya dia tahu pun, dia sudah berjanji untuk tidak buang-buang energi.

"KALIAN MAU TANGGUNG JAWAB?" hardik pria besar itu sampai-sampai air liurnya menyembur kemana-mana.

"Kalian akan mendapat hukuman karena hal ini!" sambung pria lain di sana.

Tiba-tiba, terdengar suara deritan roda kereta dari belakang Svegio dan Calos. Dua orang prajurit suci sedang menarik gerobak barang dan mengaraknya ke tengah-tengah kerumunan. Ternyata itu Rigel dan temannya.

Gerobak barang itu membawa sebuah kurungan besi terbungkus kain yang tampaknya ada kaitan dengan keadaan ricuh ini. Rigel membuka kain penutup kurungan itu dan memamerkan isinya kepada seisi jantung kota.

Seekor pegasus terlihat tergeletak bersimpah darah, tidak jelas hidup atau matinya, dan membuat semua orang tercengang. Prajurit suci satu lagi membekuk tangan Svegio dan Calos sehingga mereka tidak mampu melarikan diri. Rigel melihat ke sekelilingnya kemudian berkata,

"Dua anak ini masuk ke Hutan Alaflos diam-diam menyusup tanpa ada yang menyadari. Kemudian membidik perut pegasus betina ini dengan panah..." asal kau tahu Rigel sangat mirip dengan adiknya.

"Hal yang paling menghinakan adalah... mereka berdua adalah calon Trisalvard. Yang satu calon prajurit suci, dan satu lagi calon penyembuh. Semua prajurit suci dilarang keras untuk membunuh seekor lalat yang tak bersalah pun di tanah Slanzaria, bahkan sejak dadu takdir memilihmu menjadi prajurit suci. Calon penyembuh bahkan lebih ketat, mereka dilarang keras untuk membunuh makhluk apapun di Aeslan. MEREKA TELAH MELANGGAR ITU SEHARI SEBELUM UPACARA PELANTIKAN TRISALVARD."

"Terutama kau Svegio! Bagaimana mungkin kau tega membunuh makhluk yang akan kau tunggangi sebagai prajurit suci nanti? Saya sebagai seorang prajurit suci turut merasa malu dan bersalah, dan meminta maaf kepada seluruh rakyat Slanzaria atas kejadian ini." ia mengakhiri ucapannya dan menggigit bibirnya.

Orang-orang terheran-heran memandang Svegio dan Calos dan membicarakannya, tidak menyangka bahwa mereka tega berbuat demikian kepada makhluk yang dilindungi oleh kerajaan. Sepertinya Joah harus menilai ulang sikapnya terhadap peristiwa ini, ia mulai merasakan gejolak empati. Tetapi tentu bukan kepada mereka, melainkan kepada pegasus itu, dan Ibu Niriah. Ibu Niriah akan sangat patah hati.

Tiba-tiba, muncul Agriel dari tengah-tengah kerumunan dan dengan terburu-buru menuju pegasus yang berlumuran darah itu. Wajahnya terlihat cemas dan panik, naluri seorang penyembuh sejati menggerakkannya untuk menolong pegasus malang itu walaupun sebenarnya usahanya akan percuma.

Ia menyelipkan kedua telapak tangannya dari kurungan besi dan meraih perut dan kepala pegasus itu. Beberapa saat ia merapalkan doa penyembuhan, berharap masih ada harapan bagi makhluk itu untuk sembuh dan hidup kembali. Kemudian ia mengakhiri penyembuhannya dan menyadari bahwa makhuk itu benar-benar telah mati.

"Aku tidak mampu untuk menolongnya, dan memang tidak akan ada lagi yang mampu untuk menolongnya." suara Agriel terdengar gundah. Agriel memandang Svegio dan Calos, matanya terlihat sangat kecewa, terutama kepada Calos yang merupakan calon penyembuh.

"Rigel dan Arles! Aku serahkan mereka kepadamu. Semoga majelis hukum dan Galathium memberikan hadiah yang setimpal." ucapnya sembari pergi meninggalkan tempat.

Namun perkara belum selesai, mereka berdua kembali terjejali oleh pria bulat berbadan besar yang memberikan mereka seabrik pertanyaan. Suaranya sangat jelas terdengar, membuat Arion dan Shany semakin serius memperhatikan kejadian itu.

Sedangkan perhatian Joah tertuju khusus kepada pegasus yang tidak bernyawa itu. Peristiwa ini memberi ia pelajaran dan peringatan, bahwa banyak aturan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang calon Trisalvard dan Trisalvard itu sendiri.

Menara jam yang berdiri kokoh di dekat mereka berdetak kencang dan mengundang perhatian orang-orang. Sekarang tepat pukul dua belas siang. Seperti biasa, menara jam akan berdetak lima kali setiap pergatian jam. Namun Joah dapat memastikan bahwa ia mendengar detakan yang ke enam, ke tujuh, ke delepan, dan seterusnya.

Semua orang menyadari kejanggalan ini, namun tampaknya tidak ada yang menganggapnya suatu hal yang menganehkan, kecuali Joah. Shany mengatakan kalau mungkin ada suatu kesalahan biasa yang terjadi pada menara jam itu. Joah pun mulai menerima pendapat Shany dan kembali memperhatikan pegasus itu.

Tak lama, ia kembali menyadari hal aneh. Kali ini bukan soal menara jam dan detakannya, melainkan tentang pegasus itu. Joah mengernyitkan matanya dan menyentak-nyentakan kepalanya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Tetapi semuanya terlihat sangat jelas baginya.

Kaki pegasus itu bergerak dan ekornya berkibas-kibas selayaknya masih hidup. Perlahan-lahan makhluk itu membuka mata dan menggerak-gerakkan kepalanya seakan-akan baru bangun tidur. Ia bahkan mulai mengeluarkan suara!

Apa yang ia lihat sungguh mencengangkan, tetapi rasanya begitu nyata. Agriel telah mencoba melakukan penyembuhan kepadanya dan mengatakan bahwa makhluk itu telah mati. Apa mungkin Agriel melakukan kesalahan?

Sekali lagi, Joah mengucek matanya dan meluruskan pandangannya, memastikan bahwa ia sedang tidak salah lihat. Perlahan-lahan, pegasus itu mulai bangkit berdiri dan mengepakkan kedua sayapnya dengan anggun.

"PEGASUS ITU HIDUP!!!" teriak Joah.

Orang-orang lekas mengalihkan perhatian ke keranjang dimana pegasus itu berada, untuk membuktikan teriakan Joah. Sebelum akhirnya serentak mengarahkan pandangan mereka ke arah Joah dan memandangnya dengan sinis.

Mereka menangkap Joah sedang menunjuk ke arah pegasus dengan mulut menganga dan ekspresi tercengang. Butuh beberapa saat bagi Joah untuk menyadari bahwa dirinya sedang dipandang sinis oleh orang-orang di sekitarnya.

"Siapa bocah gila ini? Ini bukan saatnya untuk mempermainkan orang!"

"Kau mencoba mencairkan suasana dengan candaan busukmu itu?"

Orang-orang menghardiknya, dan kali ini tampaknya kekesalan mereka beralih kepada Joah. Arion dan Shany tidak mengerti dengan apa yang diperbuat oleh temannya itu. Mereka berusaha melindungi dan membela Joah dari tatapan bereng orang-orang, walaupun sebenarnya mereka juga heran dengan apa yang diperbuat Joah.

"Joah, apa-apaan ini? Kau tidak layak membuat candaan seperti itu!"

"Kau mau orang-orang mencap wajahmu dan menganggpmu bocah gila?" Arion dan Shany bergantian merespon perbuatan Joah. Joah menolehkan pandangannya ke arah Arion dan berkata,

"Dengar, untuk mentransfigurasikan kondisi jasmani yang sehat menjadi gelombang pemulihan kepada objek yang menderita, dibutuhkan forsa yang stabil sebagai pendorong. Penyembuh bisa saja gagal dalam proses penyembuhan apabila kondisi fisiknya tidak sehat sepenuhnya ataupun forsanya sedang tidak stabil. Jadi, AGRIEL GAGAL MENYEMBUHKAN PEGASUS ITU LALU MENGANGGAPNYA MATI!!!" ucapnya menggebu-gebu.

"Bukan begitu, Joah! Satu-satunya kesalahanmu adalah ..... KAU SEDANG BERILUSI!!!" Teriak Shany tepat ke wajah anak itu.

Kedua telapak tangan Arion mengenggam kepala Joah dan memutarnya ke arah pegasus itu. Ia tidak melepaskan tangannya dari kepala Joah seakan-akan berharap temannya memperhatikan pegasus itu dan menyadari ilusinya.

Kini yang ia lihat, hanyalah sebuah pegasus betina yang tergeletak berlumuran darah. Tidak sedang mengibas-ibaskan ekornya, apalagi bernapas. Dirinya ternanap menyadari semuanya, ia sangat yakin, bola matanya tidak sedang bermasalah.

Beberapa menit kemudian, Arion melepaskan genggamannya dari kepala Joah. Dan membiarkan anak itu menikmati kebingungannya atas dirinya. Joah menundukkan pandangannya dan melenyapkan kepalanya dengan lengannya.

"Sudahlah Joah, ini pasti karena kau belum melupakan kejadian semalam." ucap Arion sambil merangkul Joah.

"T-ta-tapi... A-aku benar-benar melihatnya bersuara dan bergerak-gerak. Aku sangat yakin. Tidak mungkin rasanya senyata itu. Tidak mungkin!" ucap Joah terbata-bata. Ia berusaha meyakinkan Arion dan Shany bahwa dirinya masih waras.

"Sudahlah. Pegasus sialan itu benar-benar telah mati dibunuh oleh Svegio dan Calos" jelas Arion.

"Ya, Svegio dan Calos memang hanya merugikan peradaban dunia." timpal Shany.

"Belakangan ini banyak hal aneh yang terjadi pada kita, terutama kau Joah. Apa maknanya ya?" TutupArion.