webnovel

TRISALVARD

Aku bahkan tidak mengetahui siapa aku sebenarnya, dari mana asal-usulku, dan orangtuaku. Yatim piatu, begitu orang biasanya menjulukiku. Saat ini aku hidup di sebuah negeri yang bernama Slanzaria, Kerajaan yang sangat berjasa bagiku sebab telah mengangkatku sebagai anaknya. Aku bertekad untuk membalaskan jasa pada negeri ini, dengan mengejar impianku menjadi seorang Prajurit Suci. Namun, beberapa hari sebelum aku dikukuhkan sebagai calon Prajurit Suci, peristiwa-peristiwa aneh dan menyeramkan menghampiri hidupku. Bayangan makhluk itu datang kembali dan mencakar kulitku, kemudian menghilang meninggalkan rasa sakit dan tanda tanya besar di hari-hariku. Perlahan-lahan, aku menjalani rentetan misteri dan teka-teki yang menghampiriku. Yang perlahan-lahan membongkar siapa diriku yang sebenanarnya, dan membongkar misteri tentang negeri ini yang disimpan selama ratusan tahun.

YourPana · Fantasy
Not enough ratings
25 Chs

Axorius Sang Pelindung

Joah tertegun mendengar seluruh kisah itu, ia tidak menyangka memiliki masa lalu yang sangat misterius. Seakan-akan dirinya merupakan makhluk tidak diharapkan dan tidak membawa apapun kecuali kutukan. Ia tidak mengetahui mengapa semua itu bisa terjadi, semuanya diluar kehendak dan kemauannya.

Ia berpikir, mungkin teror yang semalam terjadi adalah karma untuknya, karena telah membawa kutukan bagi kehidupan orang lain. Ia berpikir lebih jauh lagi, kemungkinan juga saat Ibu Niriah menemukan dirinya di balkon, sebenarnya ia tengah dicampakkan oleh orang lain yang juga sama-sama mendapat kutukan di hidupnya.

Joah memang kerap kali menyinggung tentang siapa orangtuanya, bagaimana asal-usulnya, bahkan perihal nama keluarganya. Namun tentu saja Ibu Niriah tidak dapat semudah itu memberitahunya.

Baginya, kata "dibuang" dan "diterlentarkan" sangat menyakitkan untuk ia ucapkan kepada Joah, terlebih-lebih ia telah menganggap Joah sebagai anak kandungnya sendiri.

Joah tidak sanggup berpikir lebih jauh lagi, semuanya begitu menyakitkan dan tidak diharapkan. Ia memeluk kedua lututnya dan menundukkan kepalanya, tubuhnya seketika melemas seolah-olah tak dialiri darah.

Ia menyesal mendengar cerita itu. Rasanya lebih baik tidak mengetahuinya dan kelak akan tetap menjadi misteri yang tak ia kenal sampai hari kematiannya. Namun kini ia sudah tahu, sehingga harus menerima kenyataan dan memandangnya dengan baik.

Namun perasaannya masih campur aduk, antara ingin berterimakasih kepada Ibu Niriah karena telah menceritakan masa lalunya, atau kesal karena baru memberitahukan peristiwa penting itu di usianya yang sekarang.

Joah memejamkan matanya, menghirup banyak udara kemudian menghembuskannya dengan nikmat seolah-olah seluruh keambrukan di jiwanya pun terhembus. Ia memandang Ibu Niriah dan berkata,

"Jadi itu sebabnya mengapa ibu tidak pernah mengizinkanku menjelajahi tempat lain di Aeslan walaupun aku sangat menginginkannya?" suara anak itu mendadak terdengar canggung.

"Yah! Aku selama ini berbohong kepadamu dan memberikan jawaban yang tidak masuk akal kepadamu demi melarangmu pergi." dalih Ibu Niriah.

"Maafkan aku bu..., aku seharusnya tidak pergi kemana-mana seperti yang ibu perintahkan. Namun aku dan Arion memang adalah anakmu yang tak berguna." Joah menunduk tidak mampu menatap Ibu Niriah, ia terlihat menyesal.

"Tidak... tidak...., kau tak bersalah. Sebenarnya aku memang tak selayaknya terus menekan keinginanmu. Remaja sepertimu memang selayaknya menemukan siapa dirinya." ucap Ibu Niriah sambil mengelus kaki Joah.

"Kalau begitu, darimana ibu bisa tahu apa yang baru saja terjadi padaku?" tanya Joah penasaran.

"Saudaramu memberitahukannya." jawab Ibu Niriah.

"Arion? Dimana dia sekarang?" Joah baru benar-benar teringat akan Arion

"Dia sedang mengambilkan makanan buatmu." jawab Ibu Niriah.

"Lalu, apa kalung itu benar-benar selalu melindungiku jika dipasang?" Joah lanjut bertanya setelah beberapa saat keduanya terlihat termenung.

"Aku tak pernah melihat makhluk itu. Namun suatu hari saat kau masih bayi dan sedang tertidur, aku mendapati seekor gagak yang hinggap di dahimu, kepalanya menunduk seakan ingin mematuk matamu. Dan yang paling aku ingat adalah kehadiran boneka misterius yang persis menyerupai-ku, bahkan senyuman yang terjahit di wajahnya pun sangat mirip dengan ku. Entah bagaimana boneka itu bisa memelukmu, dan kau-pun memeluknya. Aku lekas menyingkirkanmu dari boneka itu dan menilik asal benda itu. Aku langsung membakar benda itu ketika menemukan secarik kertas hitam bertuliskan huruf akkarius yang diselipkan di bagian belakang pakaiannya."

"Namun, semenjak kau menginjak empat tahun, aku tak pernah menemukan hal-hal misterius itu lagi. Sejatinya kalung itu hanya melindungimu dari teror fisik." Ibu Niriah menjelaskan.

"Bu, aku benar-benar terjebak oleh tipuan makhluk itu, dan pada akhirnya ia berhasil menunjukkan dirinya kepada-ku. Shany berada di bawah pengaruh makhluk itu dan ia menghancurkan kalung itu. Mungkin sebentar lagi aku akan mati..." keluh Joah diikuti dengan menyumpahi dirinya.

"Tidak, Joahhh.... kau akan tumbuh menjadi pria yang tampan dan hebat." balas Ibu Niriah, ia berusaha memunculkan senyuman di wajahnya.

"Mungkin satu-satunya alasanku untuk mengizinkanmu menjelajah adalah jika kau mau mencari keberadaan benda itu walaupun aku tidak tahu dimana keberadaannya." ucap Ibu Niriah memulai tema baru.

"Benda itu? Maksudnya?" Joah tidak mengerti maksud dari kalimat Ibu Niriah.

"Kalung itu, Joah..." jawab Ibu Niriah memastikan.

"Maksud ibu mencari kalung yang seperti itu, atau orang misterius yang memberikan kalung itu di Karakus?" tanya Joah membara-bara.

"Joah, itu tergantung padamu. Jika kau memang ingin mencarinya maka aku tidak bisa membantumu dan menemanimu karena aku sudah cukup tua, bukan waktu yang layak untuk berpetualang." jawab Ibu Niriah pasrah.

"Aku lupa memberitahumu bahwa liontin kalung itu terbuat dari sebuah benda yang bernama axorius. Itu yang aku ketahui dari kenalanku, seorang ahli alam" Ibu Niriah menambahkan.

"Axorius? Dimana aku dapat menemukannya?" sambung Joah.

"Bahkan seorang ahli alam pun tidak tahu dimana benda itu dapat ditemukan. Katanya berlian itu jarang dikenali dan langka sehingga tidak banyak catatannya." jawab Ibu Niriah dengan kecewa.

Axorius, bahan dasar pembuatan liontin itu, nama yang sebelumnya tidak pernah terdengar. Dalam dirinya berkecamuk tanda tanya besar, ia mencambuk dirinya agar berjuang menjawab tanda tanya yang timbul itu. Sehingga semangat berpetualang pun semakin tumbuh di dirinya.

"Kau sudah besar, aku tidak layak untuk terlalu mengekangmu seperti dahulu. Aku yakin kau sudah mampu menjaga dirimu dengan baik dan memutuskan apa yang terbaik untukmu." tambah Ibu Niriah berusaha memupuk kepercayaan diri Joah.

Tiba-tiba, Joah menyadari ada cahaya yang muncul, ternyata itu adalah cahaya matahari terbit yang terpancar dari timur, ternyata ini sudah pagi. Jendelanya terbuka lebar sehingga ia dapat menyadarinya, namun kali ini tak perlu takut apabila ada yang mengendap-endap memasuki kamar ini.

"Baiklah Joah, matahari sudah terbit! Aku telah memberimu semangat dan fisikmu telah diobati. Selepas ini kau harus mengikuti acara ephylogia, aku yakin kau mampu mengejar takdirmu! Aku akan mendoakan dirimu, saudaramu, dan Shany. Menjadi Trisalvard kebanggaan Slanzaria!" Ibu Niriah memeriksa kembali keadaan Joah dan mengangguk besar melihat anak itu. Joah tersentak begitu mendengar kata ephylogia.

"Kau harus segera bersiap! Aku harus pergi untuk menyiapkan pekerjaanku. Semoga beruntung, nak!" Ibu Niriah pun pergi menuju pintu keluar.

Ibu Niriah menutup pintu kamar Joah dan meninggalkan anak itu yang masih bercampur perasaan. Joah pun berandai-andai, akan tiba waktu baginya ketika ia dapat melampiaskan keinginan yang selama ini ia pendam, ini adalah kesempatan besar dalam hidupnya dan berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Tidak tahu bagaimana harus mengungkapnya, ia berada pada titik perbauran rasa takut dan bahagia. Bahagia karena pada akhirnya ia diizinkan untuk menjelajahi tempat di luar Slanzaria, namun takut jikalau kejadian menyeramkan yang baru ia alami terulang lagi. Namun, ia berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap berani dan tidak gentar.

Tiba-tiba Arion Asgael masuk dengan sekonyong-konyong ke kamar itu, ia tampak biasa saja dan seakan-akan tidak ada hal yang terjadi padanya. Aneh, terakhir kali ia terlihat hampir mati ketakutan.