webnovel

Bab 2

POV Lani

Sudah seminggu bapak meninggalkan aku dan ibu, kesuraman seakan ingin menyambut hari hari kami, persediaan dapur mulai menipis, itupun sisa Kemaren santunan para warga karna meninggalnya almarhum bapak. Entah bagaimana aku harus menyikapi keadaan yang kian memprihatinkan.

"Apa aku harus merantau ke kota untuk mecari kerja?"Ungkap Lani bertanya di dalam hatinya sambil duduk termenung di teras rumahnya

"Oh iya Nindi kan juga bekerja di kota, nnti aku bisa minta batu dia buat Nyariin lowongan kerja buat aku, apa aja deh Art kayak dia juga gpp"ucap Lani girang karna baru ingat kalo teman satu sekolahnya dulu juga merantau di kota

"Jika tidak bagaimana nasib aku dan ibu. aku gak mungkin tega membiarkan ibu kebingungan untuk mencari makan kami sehari-hari, sepertinya aku memang harus merantau ke kota, aku harus meminta izin pada ibu" lanjut Lani meyakinkan niatnya sambil beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah dapur dimana ibunya sedang memasak

"Bu sepertinya Lani harus pergi ke kota" ungkap Lani mengutarakan keinginannya pada sang ibu yang sedang menampi sisa beras yang di berikan para tetangga kemarin.

"Kamu yakin nak, Nnti ibu kesepian disini lan, sudah biar ibu saja yang kerja nak, ibu bisa bekerja mencuci pakaian warga yang butuh tenaga pencuci" jawab ibu Lani enggan membiarkan Lani merantau.

"Tapi bu Lani tidak mungkin tega membiarkan ibu kecapekan bekerja, lagi pula belum tentu disini ada yang butuh tenaga pencuci, warga kita kan hanya sedikit yang berada, nnti Lani janji kalo udah dapat kerja dan di gaji Lani akan membeli hp buat Lani dan ibu, biar kita bisa selalu saling kasih kabar" bujuk Lani pada ibunya...

"Ibu fikirkan dulu nak, ibu khawatir kamu kenapa-napa kalo sendirian di kota, sekarang kita makan dulu" ucap ibu Lani sambil menyajikan ikan asin yang sudah ia goreng

"Kita makan seadanya saja ya nak telur pemberian tetangga kemarin sudah habis, hanya ikan asin ini yang tersisa di dapur" lanjut ibu Lani prihatin melihat hidangan di depannya

"Tidak masalah bu yang penting kita bisa makan" ucap Lani tersenyum tulus

Hari sudah mulai petang setelah selesai makan Lani segera mandi dan mengambil wudhu untuk sholat magrib.

Beberapa menit berlalu kini Lani dan ibunya sudah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai orang muslim.

"Kamu yakin nak mau pergi ke kota? apa tidak takut tersesat nantinya disana apalagi kan kita tidak memiliki kenalan dan kerabat dekat. Ibu hanya khawatir kamu kenapa-napa" ungkap ibu Lani memulai pembicaraan

"Yakin bu, lagipula Lani ada kok bu teman yang juga merantau di kota, ibu ingat kan Nindi teman sekolah Lani dulu, dia pernah kesini sekali mengerjakan tugas bareng sama Lani, dia itu sekarang kerja di kota katanya sih jadi Art dan gajinya lumayan. Nanti lani minta bantuan dia aja bu untuk mencarikan pekerjaan, soal cara menghubunginya nnti Lani bisa nanya temen yang punya hp siapa tau bisa bantu lani untuk hubungin dia" ucap lani meyakinkan ibunya.

"Hemh baiklah kalo memang tekadmu untuk merantau kian besar nak, ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kamu, tapi ingat ya jangan lupa kabarin ibu, sementara nanti ibu mintakan nomor hp pak RT biar kamu bisa ngehubungin ibu lewat pak RT nntinya" ucap bu Ranti pasrah melihat keinginan kuat lani untuk bekerja di kota

"Alhamdulillah terimakasih ibu, nnti Lani janji bakalan terus kasih kabar sama ibu" ucap Lani sambil menghambur memeluk ibunya.

"Ya sudah sekarang kita sholat isya habis itu tidur" ajak ibunya ada Lani

Setelah selesai mengerjakan sholat Lani dan ibunya pun bersiap untuk tidur menyelami alam bawah sadar, berharap mereka akan bertemu dengan bapaknya meskipun di dalam mimpi, karna tak bisa di pungkiri hari harinya terasa berat tanpa sang ayah.

Ketika pagi menjelang

Lani telah bersiap mengadu nasib ke perantauan. Dengan berbekal beberapa pakaian yang menurutnya cukup bagus. Baju baju tersebut ia simpan di dalam tas tenteng berwarna hitam yang sedikit memudar, resleting bagian depannya pun sudah hampir rusak. Namun Lani bersyukur karna masih mempunyai tas untuknya membawa baju dan barang penting lainnya.

"Ibu jaga diri baik baik ya" ucap Lani yang telah memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca

"Iya nak seharusnya kamu yang jaga diri baik baik, disana kampung orang, kita tidak punya kerabat, kamu harus janji buat ngabarin ibu hiks" ucap ibu Lani dengan tangisnya yang telah tumpah dari  sejak Lani memasukkan barangnya ke dalam tas,

"Iya Bu Lani janji kalo udah sampai di kota bakalan ngabarin ibu secepatnya, ibu juga harus janji buat selalu jaga kesehatan  ya"seru Rani pada ibunya

"Iya Lani, ibu akan berusaha untuk terus menjaga kesehatan" gumam ibu Ranti sembari kembali memeluk Rani

"Pagi yang cerah membuat semangat Lani bangkit, ia tidak bisa terus berlarut-larut dalam kesedihan. Baginya hidup harus terus berjalan. Apapun rintangan nya harus mampu ia lewati. kini Lani sudah berada di pertengahan jalan desa, menuju jalan tau yang berada di ujung desanya. Setelah sampai di tepi jalan raya tersebut Lani menunggu truk angkutan barang yang bertujuan ke kora untuk ia tumpangi.

Tak berselang lama truk tersebut telah berhenti karna sang supir melihat lambaian tangan Lani.

"Mau kemana dek" ucap sang supir paruh baya yang seumuran bapaknya

"Mau ke kota pak, apakah boleh saya menumpang" tanya Lani sopan

"Boleh ayo naik, di depan saja kebetulan disini kosong" balas supir itu ramah

"Terima kasih pak" lanjut Lani sembari menaiki truk tersebut di samping pak sopir

"Kenapa merantau ke kota dek" tanya sang supir sembari menyetir iya menyempatkan bertanya alasan Lani ingin merantau

"Karna keuangan keluarga kami yang kian sulit pak" lanjut Lani dan menceritakan kehidupannya termasuk peristiwa bapaknya yang juga meninggal

"Owalah kasihan sekali kamu dik, saya jadi ingat anak saya uang seumuran kamu" gumam pak Sopir yang bernama riman tersebut.

"Oh iya pak apakah boleh saya meminjam Handpone untuk menghubungi teman saya yang ada di kota" ucap Lani memohon, ia menimang kertas yang telah berisi angka angka, yang tak lain adalah nomor hp teman Ny Nindi, sebelum berangkat ia sempat meminta informasi pada laila teman sekolahnya dan juga Nindi.

"Oh boleh dik, ini pakai saja" ucap sopir sembari memberikan ponselnya.

namun Lani bingung cara menggunakan hp tersebut bagaimana, pasalnya ia hanya pernah memakai hp Nokia jadul tanpa kamera  milik bapaknya dulu , yang sekarang pun telah lama rusak, sementara hp pak supir adalah Hp layar sentuh yang entah apa mereknya.

"Oh ya sudah sini nomornya biar bapak bantu hubungi"jawab sang supir yang langsung di respon Lani dengan menyodorkan kertas berisi nomor Nindi tersebut.