1 PENEMBAKAN DI VILLA

Seorang gadis berambut panjang sedang duduk di sebuah bar. Raut wajahnya yang cantik menyiratkan kekhawatiran. Pandangannya menyapu bersih seluruh isi bar. Sepertinya, gadis itu sedang mencari seseorang.

Nama gadis itu adalah Sarah.

Seorang bartender dengan ramahnya bertanya pada gadis itu, "Kamu tidak ingin minum?"

Sarah tidak menjawab.Dia hanya menatap bartender itu sekilas, lalu matanya sibuk mencari lagi.

Pria yang duduk tak jauh darinya terus memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu.Pria itu tak lain adalah seorang bos mafia yang sangat di takuti oleh semua penjahat di kota itu.

'Aslan', yang berarti singa, itulah namanya.

"Mau minum apa? Biar aku yang traktir," bartender itu masih mencoba memulai perbincangan dengan Sarah.

"Aku tidak biasa minum miras, Kak," jawab Sarah.

Tapi bartender itu menuangkan segelas minuman dan menyodorkan padanya.

"Kalau begitu, Kamu bisa minum soda," bartender itu menawarkan.

Sarah mengambil gelas yang di sodorkan oleh bartender dan meminumnya. Kemudian dia menyodorkan uang.

Bartender menggeleng dan berkata, "Gratis."

"Siapa namamu?" tanya si bartender

"Sarah."

"Oke, Sarah. Aku tinggal dulu." Pria yang disangka Sarah adalah seorang bartender ternyata adalah pemilik bar itu.

Sarah mengetahuinya saat pria itu memanggil seseorang, "Kemal, tolong gantikan aku!"

"Baik, bos," kata si Kemal.

Sarah juga berniat untuk meninggalkan bar. Dia sudah bosan menunggu temannya yang katanya sedang ada janji dengan seseorang di bar itu.

Baru saja Sarah akan berdiri, Aslan, si bos mafia tampan mendekatinya."Kamu menunggu Niken?" tanya Aslan.

Sarah mengangguk."Sepertinya kamu gadis yang baik, kenapa mau ke tempat seperti ini?" selidik Aslan.

Sarah menatap Aslan, "Memang tempat ini seperti apa?" tanya Sarah tanpa menjawab pertanyaan Aslan.

"Yang jelas, ini bukan tempat tongkrongan gadis sepertimu," jawab Aslan.

Sarah menatap Aslan sejenak. Lalu, dia berdiri dan berjalan keluar dari bar. Dia sudah bosan menunggu Niken dan akhirnya memutuskan untuk menunggu temannya itu di rumah sewaannya yang jaraknya tiga blok dari bar.

"Ah! Sial banget sih malam ini! Sudah di tinggal Niken, lupa bawa dompet lagi," umpat Sarah dalam hati.

Sarah baru berjalan satu blok ketika sebuah mobil berhenti di dekatnya.Seorang pria berbadan besar, turun dari mobil dan membekap mulut Sarah dengan sapu tangan yang sudah di beri khlorofom.

Sarah pingsang. Dia bahkan tidak tahu kalau pria besar itu membawanya ke sebuah hotel berbintang.

"Bos, ini gadisnya," kata pria yang membawa Sarah sambil meletakkan gadis itu di ranjang.

Pria yang dipanggil bos itu tersenyum menatap tubuh Sarah yang terbaring tak sadarkan diri.

"Ini untukmu," kata si bos sambil menyerahkan sebuah amplop berisi uang kepada si pria besar.

"Terimakasih, bos! Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap pria besar itu, lalu keluar dari kamar.

"Hei, Big! Katakan pada Niken, bahwa aku berterimakasih," kata si bos sambil tertawa.

Pria itu kemudian mendekati Sarah. Dia membelai rambut dan menciumi wajah gadis itu. Lalu, pria itu kemudian melepas bajunya.Baru saja dia berniat membuka baju Sarah, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar.

"Kamu memang sangat murahan, Arman!" Itu Aslan, yang menerobos masuk.

Sejak awal, Aslan sudah tahu rencana busuk Arman dan Niken. Dia sempat menguping pembicaraan keduanya di belakang bar.

Aslan menarik tubuh Arman dan melemparnya ke dinding. Merasa belum cukup, Aslan menghajar Arman sampai pria itu tidak sanggup lagi berdiri.

Aslan mencoba menyadarkan Sarah, "Hei! Bangun! Sadarlah!" kata Aslan sambil mengguncang tubuh Sarah.

Sarah akhirnya sadar. Tapi kepalanya terasa sakit.

"Dimana ini?" tanyanya saat sadar bahwa dia ada di sebuah kamar.

Di tatap nya Aslan dan Arman secara bergantian.

"Apa yang terjadi?" Sarah berubah jadi panik.

"Ayo, pergi!" ajak Aslan.

Sarah menurut. Mereka keluar dari kamar, meninggalkan Arman yang kesakitan.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Sarah saat mereka telah keluar dari hotel.

Aslan menarik tangan Sarah dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Dom, jalan!" perintah Aslan pada sopir sekaligus orang kepercayaannya.

"Mau kemana kita, bos?" tanya Dom sebelum mengemudikan mobilnya.

"Ke villa," jawab Aslan.

Dom mulai mengemudikan mobilnya ke tempat yang disebutkan oleh Aslan, sebuah villa di dekat pantai.

Dalam perjalanan, Sarah tidak berbicara sedikit pun. Dia sepertinya sudah mempercayakan hidupnya pada Aslan.

Sejam kemudian, mereka tiba di villa.

Pak Gani, penjaga villa, keluar menyambut kedatangan mereka.

"Nak Aslan," sapa Pak Gani.

"Apa kabar, Pak?" tanya Aslan dengan ramah.

"Sehat, Nak Aslan," jawab Pak Gani.

"Ayo, masuk!" ajak Pak Gani.

Mereka mengikuti ajakan Pak Gani.

Aslan membawa Sarah ke sebuah kamar yang berada di lantai dua villa itu.

"Ini kamarnya," kata Aslan.

" Apa pintu itu bisa di buka? " tanya Sarah sambil menunjuk sebuah pintu di kamar.

Aslan menghampiri pintu yang di tunjuk Sarah, dan membukanya.

" Kamu bisa melihat laut dari sini, " kata Aslan.

Sarah kagum melihat pemandangan di depannya. Dia tersenyum pada Aslan.

"Terimakasih karena telah menolongku," kata Sarah pada Aslan yang berdiri di sampingnya.

Aslan hanya mengangguk.

"Ternyata Arman yang ada di bar itu pura - pura baik," kata Sarah.

"Yang lebih jahat itu adalah teman kamu yang bernama Niken. Dia dan pacarnya yang menjual kamu pada Arman," kata Aslan.

"Benarkah?" Sarah sungguh tidak menyangka kalau Niken setega itu padanya.

"Intinya, jangan percaya siapa pun selain dirimu sendiri," ucap Aslan.

Udara semakin dingin, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam.

"Tidurlah!" kata Aslan pada Sarah.

"Apa aku harus mengunci pintunya?" tanya Sarah saat Aslan akan menutup pintu kamar dan berniat ke bawah untuk beristirahat.

Malam ini, Aslan berniat menginap di villa.

"Tidak perlu. Satu-satunya penjahat di sini adalah aku," jawabnya.

Sarah tersenyum mendengar jawaban Aslan.

*

Keesokan harinya, Sarah terbangun oleh suara Aslan.

"Sarah."

Sarah membuka matanya. Di lihatnya Aslan duduk di sisinya.

"Gadis ini sungguh cantik. Bahkan saat bangun tidur, dia tetap cantik," kata Aslan dalam hati.

"Jangan coba-coba berpikiran kotor!" Sarah mengancam Aslan.

Aslan tersenyum, lalu berkata, "Nona, anda baru saja mengancam seorang bos mafia!"

Sarah terdiam saat mendengar kata mafia. Dia menatap Aslan dengan tatapan tajam.

Aslan menjadi heran dengan perubahan suasana hati Sarah yang tiba-tiba.

"Ada apa, Sarah?" tanya Aslan.

"Keluargaku di bunuh oleh mafia," kata Sarah dengan lirih.

Aslan tersentak mendengar ucapan Sarah.

"Apa kamu yang membunuh keluargaku?" tanya Sarah tiba - tiba.

Aslan menggeleng.

"Kami tidak sembarangan membunuh orang, Sarah." kata Aslan, "Siapa nama ayahmu?" lanjutnya bertanya.

"Jordan," jawab Sarah.

"Jordan?" Aslan kaget.

"Kamu mengenalnya? Kamu tahu mafia mana yang membunuhnya?" tanya Sarah.

"Aku tidak tahu, Sarah. Aku hanya mengenal Jordan saat masih SD," jawab Aslan.

Sarah berhenti bertanya. Gadis itu akhirnya tenggelam dalam diam. Dengan lembut, Aslan mengacak rambut Sarah dan meninggalkan gadis itu sendirian.

Aslan meninggalkan Villa dan kembali ke kota.

**

Tiga hari kemudian, sekitar pukul 5 sore, sebuah mobil berhenti di depan villa. Dua orang pria berpakaian hitam turun dari mobil.

Pak Gani keluar menyambut mereka.

Tidak lama kemudian terdengar suara tembakan.

Dor! Dor! Dor!

Sarah yang sedang menonton TV, segera keluar dari kamarnya.

Dia melihat Pak Gani sudah terkapar, bersimbah darah di lantai.

"Pak Gani..," bisik Sarah sedih.

"Cari gadis itu dan bunuh dia!" teriak seorang pria.

Sarah segera masuk kembali ke dalam kamar, dan menguncinya dari dalam. Suara langkah kaki terdengar mendekati kamar. Sarah berlari ke teras dan melihat ke bawah.

"Aku harus melompat!" ucap Sarah dalam hati.

Tanpa berpikir lagi, Sarah melompat ke bawah.

Bruk!

Sarah mendarat dengan rasa sakit di kakinya.Tapi dia tidak mempedulikannya. Dia menyeret langkahnya, mencari tempat persembunyian, sebelum pria itu menemukan dan menembaknya.

"Dimana gadis itu bersembunyi?" kata pria itu dengan nada marah karena tidak berhasil menemukan Sarah.

"Sudah! Ayo kita pulang, sebelum Aslan tahu kita di sini," kata pria itu lagi.

"Aslan," Sarah teringat Aslan.

Dia mengambil ponselnya untuk menelpon Aslan.Tapi, ponselnya pecah karena benturan sewaktu melompat tadi.

"Sial!" Sarah memaki.

Saran bingung harus bagaimana. Jika dia kembali ke villa, dia takut kedua pria itu kembali dan membunuhnya. Atau kemungkinan yang lebih buruk lagi, polisi datang dan menuduh dia yang membunuh Pak Gani.

"Kasihan, Pak Gani. Tega sekali mereka membunuhnya," Sarah merasa sedih mengingat nasib orang tua itu.

Sarah memutuskan untuk meninggalkan villa dan mencoba ke tempat lain.

Dengan langkah tertatih, Sarah berjalan di antara pepohonan. Dia harus tetap waspada.

Sementara itu di villa, polisi sedang sibuk memeriksa TKP. Mayat Pak Gani sudah di bawa ke kantor. Aslan dan Dom yang baru tiba setelah mendapat kabar dari anak buahnya, segera mencari Sarah.

"Aslan, sepertinya ada yang mengirim pesan padamu," sapa detektif Rosa.

"Dimana gadis itu?" tanya Aslan pada detektif Rosa.

"Gadis? Rudi, apa ada seorang gadis di sini sewaktu kamu tiba?" tanya detektif Rosa pada partnernya.

"Tidak ada. Hanya mayat almarhum Pak Gani," jawab detektif Rudi.

Aslan pergi ke kamar Sarah, di ikuti Rosa dan Rudi.

"Sepertinya, gadismu melompat ke bawah," kata Rosa saat melihat jejak kaki di pasir.

Detektif Rosa dan Rudi pergi memeriksa jejak kaki di pasir yang di duga adalah milik Sarah.

Sedang Aslan, meninggalkan villa bersama Dom karena ada bisnis yang harus diurusnya malam ini.

"Bos, apa ini bukan pesan dari Arman. Kemungkinan dia ingin membalas dendam pada Sarah," ucap Dom dalam perjalanan.

"Bukan. Penembak itu seorang profesional," sanggah Aslan.

"Siapa yang ingin menyakiti Sarah?" tanya Aslan dalam hati.

"Dom, cari Sarah secara diam - diam. Jangan sampai ada yang tahu. Sepertinya ini masalah yang rumit."

"Baik, bos."

avataravatar
Next chapter