33 One night in Paris 2

LUYSA!

Suasana Kota Paris di malam hari memang mempesona, tiap deretan bangunan nya yang kokoh dan megah di rancang sedemikian indah membuat pengunjung selalu menjadikan Paris tujuan utama ketika ingin berlibur.

Gemerlap lampu di sepanjang jalanan ibukota Prancis ini memang tak pernah berhenti memukau mata.

Mendengar negara Prancis, tentu pusat perhatian kita akan tertuju pada kota Paris, sebuah kota yang terkenal sebagai pusat mode dunia. Selain itu, Paris merupakan kota yang kaya akan sejarah, budaya, kuliner dan sastra.

Bahkan sebuah artikel mengutip " Banyak penulis dan pengarang lagu, mengatakan bahwa ibukota Prancis ini adalah tempat yang bagus dijadikan sumber inspirasi.

Dengan segala keindahan yang mempesona dan keajaiban lainnya membuat kota ini menjadi tujuan obyek wisata yang paling populer di dunia.

Sehingga hampir ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya datang berkunjung di kota yang merupakan salah satu kota paling romantis sedunia.

Dan salah satu nya adalah aku ( Aprilluisa Dewi Abram) yang memilih kota ini untuk pelampiasan penatku dengan Nathan.

Setelah malam ini bersama bang Regar aku berharap aku akan lebih baik dari sebelumnya, dan semoga kota paling romantis ini benar bisa membuat hubunganku dengan Nathan kembali baik seperti sediakala.

Aku mengamati setiap inci bangunan yang kami lewati malam ini. Bang Regar terlihat biasa, hanya aku yang terkagum-kagum, mungkin karena tiap hari ia berada disuasana seperti sekarang ini. Sepanjang jalan di hiasi dengan bangunan kokoh dan megah, yang kalo siang hari matahari takkan bisa menyapa kita secara langsung. Bangunan teramat tinggi dan padat. Tidak ada cela untuk mentari menyapa.

Seperti malam ini aku juga tak bisa menyapa bulan, entah di bagian mana kota ini, baru aku bisa menyapa nya.

"Bang" seruku menutup keheningan beberapa saat lalu.

"Yah"

Bang Regar menoleh padaku sepersekian detik, lalu kembali fokus pada jalanan depan, bang Regar sedang menyetir.

" Di toko abang, Luy bisa lihat bulan gak?"

Bang Regar terkikik " Ya ampun Luysa, tuh bulan gede di atas sana, kenapa dicariin sih"

Aku cemberut melihat respon bang Regar yang mengejekku " Gak bisa lihat dari sini!"

Bang Regar geleng-geleng, aku di anggap aneh " Ada-ada aja malah nyari bulan, yang dicari tuh Nathan, jangan bulan Luysa sayang!" tutur bang Regar sewot.

Aku melirik bang Regar dengan ujung mata " Apasih!" protesku.

" Oke, ke toko abang, bulannya gweedee boanget , puas lihatnya, percaya deh sama abang!" ucapnya merayuku, sadar aku mulai baper.

Aku tidak menyahuti bang Regar lagi, aku hanya diam sepanjang perjalanan, dan sesekali menggerutu kalau bang Regar bersenandung degan lirik menggodaku yang sedang rinduh.

Dan lirik yang sering di ulanginya yaitu " I MISS YOU BUT I HATE U BEIBEEE !"

Dan sungguh demi apa pun aku tidak tahu itu lirik dari lagu siapa?

Penulisnya siapa, penyanyinya siapa? Bang Regar memang suka keterlaluan, senang mencampur adukkan lagu, lirik lagu yang satu di masukkin nadanya ke lagu lain, benar-benar abang aku yang satu-satunya ini suka gak nyambung kalau udah urusan lagu. Dia memang gak bisa nyanyi dan gak paham lagu, bisanya yah itu dengerin banyak lagu, terus di mix and mix seenak jidatnya.

Maklum lah, otaknya udah penuh dengan masalah akademik dan olahraga, jadi gak muat untuk hal lain seperti lagu dan film. Bang Regar buta nada dan sama sekali gak recomendate banget buat di ajakin nonton. Sungguh kalo ingin jadi pacar bang Regar harus siap makan hati, jangan harap bakalan ada adegan romantis dalam bioskop karena bang Regar anti bioskop, terutama untuk film romantis, bang Regar bakalan muntah saking ilfelnya.

Aku adiknya sampe gagal paham sama kelakuan abang ku yang tunggal itu!

Sungguh bagai kutub utara dan selatan denganku. Aku pun dari dulu sampe malam ini gak tau bang Regar itu udah pernah pacaran atau belum?

" Dek" sapa bang Regar menyadarkan ku di tengah lamunan ku tentang dirinya.

" Hmmm, apa?" aku menoleh ke arahnya ingin lihat wajahnya yang super ganteng tapi gak pandai nyanyi itu.

Bang Regar berdehem, pura-pura batuk, biasa kembali ke mode gantleman nya "Kalau cinta jangan gengsi!" ungkapnya.

Aku melototinya, shock dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut abang ku yang notabene adalah jomblo akut " Abang gak salah kasih kalimat itu ke Luysa?" tanyaku heran.

Bang Regar menggeleng yakin, " Gaklah, mang buat kamu kok!" balasnya.

"Abang pernah nembak cewek gak?" tanyaku ingin tahu, abangku ini sadar apa nggak keluarin statemant yang sebenarnya buat dirinya sendiri.

Kening bang Regar mengkerut, terlihat tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba tanya hal itu ke dia. "Mati semua cewek kalo abang tembak!" jawabnya

" Abang kan cita-citanya dari kecil bakal jadi orang baik, kalo suka nembak itu orang jahat!" lanjutnya dengan pengakuan yang buat ku gemas ingin mengulik otaknya yang hanya bisa mikir tentang pelajaran terus.

" Luysa lagi serius ini abang ku sayang!" ujarku seraya mengelus-elus dadaku, mencoba tenang atas perlakuan bang Regar yang terus saja menggodaiku.

" Lah emang abang, gak serius, ini juga abang serius banget!" timpalnya.

" Ah entahlah, males ngomong sama abang, kagak pernah nyambung!" protesku cembetut lalu memalingkan wajah ke arah jendela sebelah kiriku.

" Pokoknya, pesan abang kalo cinta yah jangan gengsi, itu aja!" tutup bang Regar sembari membelokkan mobilnya masuk ke arah gerbang kampus, yang ku kenali sebagai kampus bang Regar. Aku pernah lihat spot depan kampus ini di salah satu unggahan foto bang Regar di Instagram, waktu pertama masuk kuliah. Aku ingat betul foto itu, karena memang gerbang dan logo kampus itu sudah mencuri pandangku sejak awal.

Bang Regar menepihkan mobil di koridor depan pintu masuk kampus, aku di perintahkan turun lebih dahulu sebab katanya bang Regar harus memarkir mobil di belakang.

Aku di minta menunggu sampe bang Regar datang.

Dan 10 menit waktu ku menunggu, akhirnya bang Regar menghampiriku.

Bang Regar menggandeng tangan kanan ku lalu mengajak ku berjalan mengikuti koridor kampus. Aku tertawa geli melihat aksi bang Regar. Bang Regar malah cuek, tidak perduli.

Satu-dua pasang mata sempat memerhatikan kami, tapi tidak lama mereka kembali pada kesibukannya masing-masing. Suasana kampus bang Regar malam hari sama sekali berbeda jauh dengan kampus-kampus yang ada di Indo, yang kalo malam biasa terlihat seram. Mungkin juga kampus-kampus lain di negara lain sebagian bakal ada kesan seram, tapi berbeda dengan kampus bang Regar sangat nyaman dan tentram, tidak ada satu pun tempat yang terkesan seram, karena setiap sudutnya ada penerangan lampu atau memang aku yang merasakan damai berada disini, yang jelas hatiku berkata aman meskipun malam hari dan aku di tinggal sendiri. Aku sama sekali tidak merasakan hal menakutkan disini.

" Bagus, Luysa suka kampus abang!" ujarku masih terkesima dengan bangunan kampus bang Regar.

" Mau kuliah disini?" tanya bang Regar.

Aku menoleh kebelakang dan aku lihat bang Regar tengah bersender di salah satu pilar tembok kampus.

Aku mengernyit " Otak Luy gak mampuh!" akuhku.

Bang Regar tersenyum " Kalau nilai ujian bagus, abang bisa bantu kok!"

Aku menggeleng kuat " Gak bakalan nyampe standart kampus abang!"

" Emang kamu tau nilai kamu berapa?"

" Yah sadar diri Luysa mah, gak mau mimpih ketinggian ntar jatuh, sakitnya Luy juga yang rasa" ungkapku, si pesimis yang optimis.

Bang Regar manggut-manggut, mungkin sekarang paham dan sadar kalau adiknya berbeda jauh dengannya.

" Di sudut sana, toko abang!" ujar bang Regar dengan telunjuk mengarah ke arah timur bangunan kampus.

Aku menoleh sesuai arahan telunjuk bang Regar, dan aku bisa melihat dengan jelas toko roti yang berdiri di dekat gerbang pintu keluar kampus. Jaraknya dari tempat kami berdiri sekarang sekitar 100 meter.

avataravatar
Next chapter