31 One night in Paris 1

LUYSA!

Sesuai janjinya, Bang Regar menjemputku malam ini.

Aku sudah menunggu kedatangannya sejak 30 menit yang lalu, menunggu akan sebuah penjelasan memang takkan ada takaran waktunya. Mau berapa lama pun kita akan terima saja di buat menunggu.

Namanya juga penasaran!

Aku duduk di sofa ruang tamu ketika Bang Regar datang.

Bang Regar muncul dengan look yang begitu terlihat mahal (Elegan) juga setelan jas yang ia kenakan ikut ambil andil dalam kesempurnaan penampilannya malam ini.

Bang Regar bak Pianis Internasional yang siap menunjukkan kebolehannya dalam bermain piano diatas panggung megah.

Aku beranjak dari kursi, lalu mematut diriku dari atas hingga bawah.

Lalu beralih menatap bang Regar.

" Abang mau kemana ?" tanyaku masih melotot kagum.

Bang Regar langsung berpose bak model di depan ku "Jemput kamu dong, kan udah janji!" jawabnya dengan tampang sok cool.

Mataku kini mematut bang Regar, dari atas hingga bawah "Serapih ini?" tanyaku.

"Biasa aja ini kok" sangkalnya seraya duduk di sofa yang tadi ku duduki.

Aku menggeleng, keheranan "Bang Regar ini gak masuk akal" sungutku.

"Masa mau keluar sama Luy, abang harus sekece ini"

"Bisa-bisa , Luy di soroti karena jalan sama cowok tajir nan tampan!" lanjutku insecure pada abang sendiri.

Bang Regar malah acuh, tangannya sibuk memeriksa sesuatu didalam laci meja sofa "Udah deh, banyak bacot, mending gantian kita jalan, keburu telat!" pintahnya mengusirku paksa.

Aku menahan diri, enggan beranjak "Gantian gimana, ini Luy udah siap!" kataku sembari menunjukkan pakaian pada bang Regar.

Kening bang Regar mengkerut, menatapku dengan tatapan merendahkan, sungguh abang yang durhaka " Ke gini udah??" tanyanya.

Aku mengangguk,

" Masih jelek Luy!" ejek bang Regar dengan raut wajah menjengkelkan.

Padahal menurutku mini dress yang ku gunakan tidak jelek-jelek amat, yah meskipun memang tidak bagus-bagus amat juga hehe.

'Mau bagaimana pun aku tetap adiknya, kan? dan dia tampan pun dia tetap abangku' gumam ku sewot.

Aku langsung cemberut "Ini udah bagusan kok" bantahku.

Dan Bang Regar spontan menjitak ku.

"JELEK, GANTI YANG LEBIH WAH LUYSA!!!!" teriaknya di kupingku, sampe aku hampir budek. benar-benar bang Regar keterlaluan.

"Brisik kak, kuping Luy budek nih" omelku sambil menggosok telinga.

"Biarin, gak nurut sih kamu!"

"Gimana bisa Nathan nyesel ninggalin kamu, kalo kamu dandannya payah gitu" lanjutnya terus saja mengomeli penampilanku.

Padahal tadi aku memujinya, dasar abang durhaka, tidak tahu cara balas pujian!

Terpaksa aku mengalah. "Oke, aku ganti, wait!" ucapku lalu berjalan meninggalkannya dilantai bawa sendiri.

Sejak keluar kamar, aku sudah tidak menemukan mamy and dady, aku tanya ke petugas rumah, tapi tidak ada yang tahu kemana perginya.

Bang Regar juga tadi tidak bertanya, mungkin dia tahu kemana Mamy and dady.

Nanti aku tanyakan ketika selesai dengan baju baruku, dan aku menemuinya dibawah.

Setelah selesai dengan dress juga heels baru yang senada, aku mematut diriku di cermin, setelah merasa puas aku turun ke bawah, menemui Bang Regar.

Bang Regar menyambutku dengan senyuman puas "Beautiful" pujinya memberi dua jempol padaku.

'Akhirnya Ia memujiku juga' gerutuku.

"Bang" seruku ketika bang Regar udah ambil kunci mobil di atas meja.

"Apa?" tanyanya.

Aku memandangi bang Regar, ingin menanyakan sesuatu, tapi bang Regar malah dengan cepat menarik lengan ku, mengajakku langsung jalan keluar. Mungkin Ia takut aku akan bertanya yang tidak-tidak.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih stengah jam , akhirnya Kami tiba disebuah restoran (Le taillevent) nan megah di tengah Kota.

Restoran yang mampu merogoh ratusan dolar untuk satu hidangan istimewa.

Pantas saja jika bang Regar menggunakan stelan jas, ternyata tempatnya semegah--dan menu semahal ini.

Kami di sambut oleh dua pelayan, yang juga bertugas mengantar kami menuju meja.

Tadi bang Regar membisikkan ku sesuatu sebelum masuk kedalam restaurant. Katanya, di restaurant ini hanya boleh sepasang kekasih atau suami istri yang reservasi.

Makanya, kami harus berpura-pura sebagai sepasang kekasih, meski aku terlalu mudah untuk dianggap pacaran dengan bang Regar yang terlihat begitu dewasa.

"Silahkan" ujar pelayan mempersilahkan kami menempati meja paling tengah diruangan ini. Yang membuat seluruh pengunjung bisa melihat aku dan bang Regar dengan jelas.

Bang Regar menarikkan kursi untukku " Silahkan" ucapnya sok romantis.

Aku menatapnya sinis " Thanks" balasku sembari mendudukkan bokongku dikursi.

Dua pelayan tadi sudah meninggalkan kami berdua, dan menyisihkan selembar buku menu diatas meja.

Dan pilihan ku jatuh pada menu Mixed green salad, aku sengaja memilih menu itu karna aku sedang diet. Aku juga menambahkan wine di list pesanan.

Dan untuk itu bang Regar hanya menatapku dengan menggeleng tanda tidak setuju. Tapi aku acuh.

" This's wine!" ucapku lalu bang Regar tidak lagi protes, kali ini mungkin dia akan membiarkan ku.

dan di list pesanan bang Regar aku melihat, ia memilih spagheti bolognese dan Kaviar. Aku paham kenapa kaviar, tentu karna itu menu andalan nan mahal, tapi tidak dengan spagheti sebab setauku bang Regar paling anti dengan yang berbau mie.

Lalu kenapa ia memesan spagheti??

Apa jangan-jangan setelah disini dia jadi suka Mie? atau menurutnya Spagheti dan mie, dua jenis makanan yang berbeda? ah entahlah aku juga malas menanyakannya.

Hampir stengah jam, kami menunggu sampai pesanan kami datang, lalu kami menyantapnya sambil bercakap-cakap, dan isi percakapan kami tidak ada yang berat, semua tentang lucu-lucuan saja.

Bang Regar bercerita tentang nenek yang memaksanya sekolah di Paris, sampai bang Regar menangis di bandara. merengek minta dipulangkan, trus tiba-tiba ada pramugari yang melaporkan nenek, karena mereka mencurigai nenek sebagai pencuri anak.

Terus nenek marah-marah sama pihak bandara. lebih-lebih sama kakak pramugari cantik yang sudah melaporkannya.

Pokoknya banyak yang kami bahas malam itu di restaurant sambil makan, dan seketika pikiranku juga mulai terbuka, aku jadi sedikit lebih legah.

Beberapa hari ini, aku makan aja susah karena masalah dengan nathan belum kelar, tapi malam ini bang regar sudah buatku kembali seperti luysa yang apa adanya, banyak bicara dan suka buat orang-orang tertawa (ngejoks hobiku).

Aku menarik tangan kanan bang Regar ke pangkuanku, lalu aku menggenggamnya erat "makasih bang" ucapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Bang Regar tersenyum lalu mengacak rambutku dengan tangan kirinya "jangan sedih terus kayak malam ini luysa kan adik abang yang ceria" ujarnya.

Aku melepas tangan bang regar " i will be back" ujarku nyengir memperlihatkan deretan gigiku yang baru di bleching.

Bang Regar memelukku "udah balik, bukan akan kembali!" protesnya.

Aku mendesis, melepas pelukan bang Regar " masih aja komen deh!" rutukku.

Bang Regar terkekeh , mencubit hidungku "kan salah harus di benerin!"

Aku manggut-manggut kesel "Iya iya pak guru!" ucapku sewot.

Lalu kami selesai dengan seluruh hidangan, pelayan datang membersihkan meja dan malam ini kami berhasil membuat pelayan dan seluruh tamu percaya kalau kami sepasang kekasih.

Buktinya mereka memandangi kami dengan tatapan penasaran, dan setelah kami berpelukan, mereka semuanya terlihat sumringah sampai menghembuskan nafas legah.

Jelaskan, mereka jadi terkecoh, haha karena kekepoan mereka sendiri. So selamat berfantasi deh dengan pikiran masing-masing!

Pukul 22.10 waktu paris, kalau jakarta sekarang sudah pukul 03.10 pagi, aku kepikiran Stella dan Niken. Kangen!

Aku merogoh ponsel dari dalam handbag, lalu cepat-cepat buka aplikasi Instagram milikku, Nge check beranda, nothing special! lalu beralih ke Pesan, tapi semua DM ku ke Stella dan Niken di read doang, blom satu pun terbalas.

'Mereka sesibuk itu?' pikirku sedih merasa diabaikan.

"Udah, kan langsung jalan yuk?" ujar bang regar.

Dan aku yang mendengar bang regar bersuara---buru-buru mengangguk, mengiyakan sembari beranjak dari kursi.

"Ayok" ajakku

Aku sekarang berdiri di depan pintu keluar---sibuk menggosok kedua permukaan telapak tangan---kedinginan---udara malam di Paris memang beda jauh dari Jakarta---bibirku sampe membeku---gigiku bahkan berdarah saking dinginnya!

Tadi aku lupa kos tangannya, aku simpan disaku jaket yang sebelumnya, karena di suruh ganti dress sama bang regar, jadi deh ikutan ganti jaket karena gak maching, alhasil kos tangan ikut lupa kebawa.

10 menit sudah aku menunggu, bang Regar belum juga terlihat batang hidungnya, ini gara-gara parkir di valet pasti, dan ini sabtu malam pengunjung ramai, jadi musti ngantri kan.

"Abang ambil mobil dulu di parkiran" begitu katanya sewaktu tadi sebelum menyuruhku menunggu di pintu keluar.

Kalau tahu akan lama aku pasti ikut, biar antri asal bisa hangat dalam mobil. Disini aku bisa-bisa mati kedinginan.

Pip! PiP! PiP!

Suara klakson mobil menyadarkan ku dari khayalan singkatku.

Aku menoleh ke mobil yang sedari tadi sibuk membunyikan klakson, aku mengamati dengan seksama, dan ternyata itu mobil bang Regar.

Aku buru-buru turun dari tangga teras restaurant dan masuk ke mobil.

"Lama banget sih bang" omelku kesal seraya mendaratkan bokongku dikursi.

"Sorry, malam minggu padat-padatnya parkiran!" balas bang regar.

"Lihat sendiri restaurantnya tadi rame gitu" lanjutnya sembari menstart mobil---melaju meninggalkan restauran.

" Ke Toko abang dulu yah!" rengekku.

Karena jam masih menunjukkan pukul 22.10 waktu Paris, aku meminta bang Regar membawaku ke toko roti miliknya. Sekalian aku pengen melihat kampus bang Regar, kan kebetulan toko dan kampusnya berdekatan (satu area).

****

avataravatar
Next chapter