webnovel

TIPL - Percintaan yang Serius

"Vitta," panggil seseorang dari seberang telepon.

Suara orang itu begitu cempreng, bahkan kalau Peyvitta tidak melihat siapa nama yang menghubunginya, Peyvitta masih bisa mengenali suaranya khas-nya yang cukup cempreng. Dalam hal ini Peyvitta cukup tanda tanya.

Kenapa sampai tanda tanya?

Bagaimana tidak tanda tanya jika dirinya dan juga orang tersebut sebenarnya adalah saudara kembar, tapi suara dirinya dan juga suara kembarannya begitu berbeda.

Benar-benar suara kembarannya itu begitu cempreng, sedangkan suara miliknya tidak sampai secempreng itu.

"Iya, ada apa?" jawab Peyvitta dengan santai sambil mengambil cemilannya.

"Temuin gue malam ini juga," ujar Pelvetta.

Mendengar kembarannya yang berucap dengan nada yang begitu serius, membuat Peyvitta terdiam sambil tanda tanya. "Ada apa emangnya, kenapa kayak penting banget?" Cara bicara Pelvetta memang terdengar begitu serius.

"Penting banget, soalnya ini menyangkut masa depan lo."

"Masa depan gue?" Peyvitta merasa begitu kaget mendengar jawaban yang sudah Pelvetta ucapkan.

"Iya," jawab Pelvetta yang memang dirinya mengucapkan hal tersebut.

"Kenapa dengan masa depan gue?" tanya Peyvitta yang merasa kebingungan kenapa sampai menyangkut pada masa depannya.

"Intinya sekarang temui gue di Caffe, nanti gue share lokasinya sama lo."

Pelvetta malas menjelaskan hal tersebut melalui sambungan telepon, terlebih kalau sampai nanti ada orang tuanya yang menggangu apa yang sedang dirinya perbincangkan.

"Ok."

"Plis secepatnya temuin gue. Gue gak mau kalau sampai hal ini terjadi sebelum lo mengetahui hal ini."

"Gak usah buat gue panik akan masalahnya apa!" Nada bicara Pelvetta malah membuat pikiran negatifnya terbang dengan seketika, karena Pelvetta seolah benar-benar begitu serius membahas hal ini.

Pelvetta malah dengan santainya tertawa kecil. "Hehe, ya udah enggak deh. Intinya sekarang temui gue, karena hal yang akan gue bahas adalah hal yang penting." Sekarang Pelvetta menurun nada bicaranya.

"Iya, sekarang juga gue pergi."

"Ya udah, see you." Setelah itu sambungan terputus.

Peyvitta mempersiapkan dirinya sambil menunggu pesan di mana lokasi yang Pelvetta inginkan. Sebenarnya dia sedang tidak ingin pergi, tapi karen mendengar pembahasannya seolah serius, Peyvitta menjadi penasaran.

*****

"Ada apa?"

Peyvitta langsung bertanya sebab dia masih dibuat penasaran dengan hal yang ingin Pelvetta bahas yang katanya ada hubungannya dengan masa depannya. Cukup normal kalau Peyvitta menjadi begitu penasaran dengan hal ini.

Masa depan itu adalah masa yang cukup jauh dari sekarang, tapi kalau dari sekarang saja sudah ada hal yang ada kaitannya dengan hal tersebut, maka akan terasa jauh lebih baik jika kita mengetahui hal itu secara mendalam.

Dengan mengetahui hal tersebut, maka ada sebuah kemungkinan di mana kita bisa mengambil solusi atau memilih pilihan yang lebih baik saat hal yang semula sudah diperkirakan sampai benar terjadi.

"Makan dulu deh, gue lapar soalnya."

Pelvetta memang sudah merasakan yang namanya lapar, sehingga dia sudah memesan makanan sebelum Peyvitta tiba agar dia bisa langsung makan.

Untuk Peyvitta juga sudah dia pesankan, sehingga Peyvitta bisa langsung makan dan kalau ada yang kurang tinggal pesan saja. Rasa lapar yang Pelvetta rasakan sekarang sepertinya memang sudah benar-benar, sehingga sulit untuk ditunda dan juga dilupakan begitu saja.

"Hm, tadi aja kayak orang serius!" dengkus Peyvitta sambil menatap Pelvetta yang sudah memasukkan makanannya.

Dengan begitu polos Pelvetta mengukirkan senyumannya dan juga tertawa kecil. "Hehe, sampai sini gue lapar."

Akhirnya Peyvitta mengikuti kegiatan yang Pelvetta lakukan, dengan santai mereka makan bersama. Banyak yang merasa iri melihat Peyvitta dan juga Pelvetta yang akur, tapi tak banyak yang tahu apa yang sudah pernah terjadi sebelumnya di antara mereka.

*****

"Apa yang ingin lo kasih tahu sama gue?" tanya Peyvitta.

"Lo masih ingat dengan Om Santosa gak?"

Pelvetta mengingatkan Peyvitta akan orang yang sudah agak lama tidak kembali bertemu lagi, mungkin. Hal yang jelas adalah sudah tidak pernah ke Rumah dan meminta Peyvitta untuk menemuinya.

Sudah hampir 3 bulan berlalu setelah kejadian di mana Peyvitta makan bersama dengan Santosa, kemudian Peyvitta kabur sampai akhirnya bertemu dengan Reynard, Santosa memang sudah tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Santosa? Pria yang menginginkan gue?" Peyvitta memutar bola matanya malas, karena memang hal ini terasa cukup malas untuk dibahas.

"Ya, lebih tepatnya pria yang meminjamkan uangnya sama Papah dan meminta lo sebagai bayarannya." Di sini Pelvetta benar-benar membeberkan siapa Santosa, padahal tanpa Pelvetta beberkan juga Peyvitta sudah mengetahui siapa Santosa itu.

"Ada apa dengan dia, jangan bilang kalau dia kembali!"

Rasanya Peyvitta sangat tidak ingin kalau mendengar kabar bahwa orang yang dalam beberapa bulan ini tidak mengganggunya, tapi malah kembali ke kehidupannya.

"Ya. Apa yang tidak boleh gue bilang adalah kenyataannya. Dia kembali menemui Papah dan kembali menanyakan lo, bahkan dia lebih menginginkan kalau lo dan dia bisa terikat dalam sebuah hubungan percintaan yang cukup serius, baik itu pertunangan ataupun pernikahan."

Dengan penuh rasa malas, Peyvitta menghembuskan napasnya kasar. "Asal lo tahu, dia udah pernah membahas hal ini dengan gue." Peyvitta masih ingat dengan jelas apa yang terakhir Santosa bahas dengan dirinya.

"Serius lo?" Pelvetta merasa kaget saat mendengar pengakuan dari Peyvitta akan hal yang ingin dia bahas sekarang.

Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Ya, terakhir kali gue dan dia bertemu itu membahas hal ini."

Saat membahas hal ini, Peyvitta kembali teringat akan Reynard, karena pada saat itu juga Peyvitta kembali dipertemukan oleh Tuhan dengan orang yang sudah lama tidak dia temui.

Entah karena apa, wajah Reynard kembali terbayang dengan begitu jelas di dalam ingatannya, bahkan kenangan-kenangan yang sudah dia lakukan di masa mereka masih bersama, kembali muncul dalam ingatannya.

"Hem, gue gak tahu akan hal itu. Sia-sia dong gue ngajak lo ketemu?" tanya Pelvetta dengan perasaan yang kesal.

"Salah lo sendiri, kenapa gak bilang kalau pembahasannya mengenai hal ini?" balik tanya Peyvitta. Memang tidak salah, karena sebelumnya Peyvitta sudah menanyakan hal apa yang sebenarnya ingin mereka bahas.