1 dokter anara

melihat seorang perawat sedang berlari dengan tergesa-gesa menuju ruangan seorang dokter.

"Dok, pasien yang kemarin, sekarang kembali drop" ujar perawat itu setelah nafasnya teratur kembali, bagiamana ia terburu-buru-gesa sedari tadi, keluarga pasien terus berteriak meminta bantuan, meskipun ia sudah bilang untuk bersabar, tapi bukan nya sabar dan tapi ia malah di amuk oleh keluarga pasien tersebut.

"Siapkan semua nya, hari ini kita lakukan operasi dan juga minta persetujuan keluarga, lebih cepat lebih baik" suruh wanita berjas putih itu dengan tenang pada perawat yang bekerja dengannya, ia sudah biasa menangani hal seperti ini jadi ia bisa tenang walaupun dalam keadaan darurat sekalipun.

"Baik dok, saya permisi" pamit perawat itu kemudian keluar dari ruangan itu, begitu juga dengan dokter cantik itu yang juga ikut keluar untuk memeriksa kondisi pasiennya. Dokter Anara Windia, seorang dokter spesialis sekaligus sebagai pemilik dari rumah sakit tempatnya saat ini, ia hanya menangani beberapa pasien saja karena sudah ada dokter lain.

"Saat ini kondisi pasien sudah kembali stabil dan Operasi bisa kita hari ini" ujar dokter Anara pada keluarga pasiennya.

entahlah sepertinya keluarga pasiennya ini seperti peduli pada pasien yang sedang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit, selama pasiennya masuk ke rumah sakit ini yang datang pun hanya beberapa orang saja dan setiap hari menemani pasien itu hanya seorang wanita patuh baya yang lain adalah pembantu di rumahnya, mungkin.

"Lakukan saja" ujar seorang pria paruh baya, entah lah di matanya tak ada raut sedih sedikit pun jelas sekali jika keluarga pasien memang tidak mempedulikan anak mereka ya padahal jika di lihat lihat keluarga pasien itu berada dan juga termasuk keluarga harmonis.

"Baik tuan, tolong tanda tangani surat ini dan kami akan segera melakukan operasi pada pasien" ujar dokter Anara dan memberikan kode pada perawat yang menemaninya, perawat yang mengerti pun langsung memberikan surat izin operasi pada pria paruh baya itu untuk di tanda tangani.

Setelah menanda tangani surat izin itu, kedua orang tua pasien tersebut segera pergi dari sana dan membuat dokter Anara menjadi tercenung tidak mengerti akan pikiran mereka.

"Din, mereka like nya tak mempedulikan gadis kecil itu" ujar dokter Anara pada perawat yang telah menemaninya selama ini yang bernama Dina.

"Saya juga gak habis pikir dok,masa ada orang tua yang menelantarkan anaknya sendiri, itu darah dagingnya loh dok" balas Dina dan membocorkan kesedihan pada ruangan yang di mana terlihat seorang gadis kecil tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan kondisi yang tak berdaya, Anara hanya bisa membuatnya lelah karena tak habis pikir dengan orang tua pasien,hey dia saja sangat sedih apalagi anak kecil itu.

"Din, kita akan segera melakukan operasi jika tidak maka gadis kecil itu akan selamat, cepat sampai kepada rekan-rekan kita semua untuk membantu operasi" suruh Anara pada Dina yang langsung ditangani oleh perawat muda itu, perawat yang masih dua puluh dua tahun yang telah menemaninya selama tiga tahun,mulai dari perawat cantik itu magang dan sampai sekarang.

" dulu ia sempat memiliki niat untuk bunuh diri tapi itu semua ia urungkan karena mengingat ia masih punya adik yang masih kecil, waktu itu ia berusia 10 tahun dan adiknya berusia satu tahun, mereka berdua hidup dengan uang tabungan yang sudah siap untuk mereka tapi itu semua sudah siap untuk mereka tapi itu semua sudah siap untuk mereka.

hanya sampai dirinya tamat SMA selebihnya untuk kuliah dia harus mengejar beasiswa dan juga bekerja waktu untuk kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan adiknya yang juga sudah masuk sekolah pada saat itu.

"Dokter mah bisa aja, nanti kalo saya nikah duluan gimana kan kasian dokter gak punya temen curhat" ujar Dina dengan candaan nya.

selain perawat yang menemaninya bekerja, Dina juga merupakan sahabat nya ya lebih tepatnya seperti itu karena selama ini ia tak punya teman apalagi sahabat sebab ia hanya anak yatim piatu, untuk bisa mencapai kesuksesan nya yang sekarang sungguh tidak mudah, ia harus bekerja dengan keras walau pun harus memulai semua nya dari nol dan ya seperti yang di lihat sekarang ia bisa mencapai titik kesuksesannya dengan usaha yang selama ini ia lakukan.

ia juga tidak perlu memusingkan uang untuk kebutuhan sehari-harinya juga untuk biaya sekolah adik nya, ia akan memenuhi semua kebutuhan sang adik selagi ia bisa.

"Oh iya Din, setelah ini saya mau pulang dan mungkin besok gak masuk jadi kamu tolong cek para pasien ya" ujar Anara pada Dina yang langsung di angguki oleh gadis manis itu.

"Tapi lusa udah masuk lagi kan dok?masa dokter mau ninggalin saya sih dok kan gak asyik tuh" tanya Dina yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Anara, mereka berpisah di koridor karena Dina yang akan ke toilet terlebih dahulu sedangkan Anara akan kembali ke ruangannya untuk mengambil tas serta ponselnya akan langsung pulang dan bertemu adik kesayangannya di sekolah.

Sesampai nya di depan gerbang sekolah tempat belajar menuntut ilmu,ia pun menunggu di mobil karena di luar sangat panas, bukan nya ia takut hitam atau apa hanya saja ia terlalu malas untuk keluar dari mobil nya apa lagi bel pulang yang akan berbunyi lima menit lagi ya lebih baik menunggu di mobil saja karena biasanya juga begitu.

"Eh udah pulang?" Tanya Anara pada remaja yang baru saja memasuki mobil nya dan juga menyalami tangan nya, sungguh adik nya ini sangat baik dan juga sopan.

"Udah mbak, oh iya mbak kok tumben mbak gak keluar?" Tanya remaja tampan itu, biasanya Anara memang akan menunggu adiknya di depan mobil ya kadang kadang hanya menunggu di mobil sih.

"Gak papa sih lagi pengen aja,kamu gak liat tuh panas nya gitu banget, yang malah langsung item mbak kalo keluar" canda Anara yang tanggapi dengan tawa merdu oleh remaja tampan itu.

"Iya iya mbak kan takut gosong hahhaa" Tawa remaja tampan itu sudah tak tahan lagi, apalagi melihat wajah masam Anara yang menambah keimutan pada wajah gadis 25 tahun itu.

avataravatar
Next chapter