1 Bab 1 - Bahaya Mengintai

Aula Kantor Pusat Cakra Link

Singapura

Armanto Satyawan Konglomerat yang sedang berkibar gemilang di Dunia Bisnis International menggunting Pita yang terikat di Lambang Cakra Link Perusahaan barunya yang bergerak di Bidang Periklanan. Saat menggunting Pita, dilakukan bersama Tiara istri tercintanya yang sangat cantik berbadan langsing berisi.

Seluruh Klien, Pemegang Saham, Tamu, dan Wartawan memberi tepuk tangan meriah setelah Pita berhasil digunting Armanto dan Tiara.

Di belakang Aula, tampak beberapa Pria menggenakan Pakaian hitam dengan wajah ditutup kaos hitam. Hanya tampak mata saja. Mereka bergegas menuju Mobil Jeep yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada. Ditangan Mereka terpegang Senapan Mesin.

Kembali ke Aula, Armato dan Tiara kini disalamin para Undangan Peresmian ini. Tampak pasangan ini tersenyum bahagia. Mereka didampingin Alwin kakak satu Ayah Tiara dan Mirna istri Alwin, Asmir sepupu Armanto yang juga suami dari Cantini adik semata Wayang Armato, dan juga dr. Asgar sepupu Armanto juga dan Leyla istrinya.

"Hai Ar!" Gerald salah satu Pemegang Saham Cakra Satyawan mendekati Armanto, dijabat sejenak tangan Armanto, "Selamat ya. Akhirnya impian loe untuk membuat Perusahaan Periklanan yang kelak untuk Armatia si bungsu loe terwujud. Gue sangat senang dengan ini."

"Terima kasih Gerarld." Armanto tersenyum bahagia, "Semua berkat dukungan Loe juga. Loe yang mendorong Gue harus berani membangun Perusahaan sendiri untuk Armatia. Yah meski Artito yang harus mengelolanya sampai Armatia dewasa."

Sementara di Parkiran yang ada di belakang Aula, ternyata pergerakan para Pria misterius diintai oleh Sardi salah satu mata-mata Alwin. Tampak oleh Sardi, tiga Jeep berisi para Pria misterius melajukan Jeep meninggalkan Gedung Cakra Link. Dia segera keluarkan Ponsel dari saku depan celana panjangnya, hendak mengirim pesan, namun,

BUGHHH

Satu pukulan keras dari Stick Baseball mengenai keningnya..

BRUKKK..

Sardi jatuh pingsan di lantai dengan kening mengucurkan darah segar. Pria yang memukul Sardi, segera menyeret badan Sardi hingga ke sebuah Mobil Jeep lain. Dua orang Pria menyambut tubuh Sardi, dimasukan ke dalam bagasi Jeep. Lalu mereka bertiga bergegas naik ke Jeep, tidak lama Jeep melaju kencang meninggalkan Gedung Cakra Link.

+++

Penthouse Cantini

Singapura

DUK..DUK..DUK..

Terdengar keras Pintu Kamar digedor-gedor Cantini dari dalam, disertain dengan teriakan-teriakan Perempuan ini.

"Mas Asmir! Buka Pintunya! Kamu jangan lakukan itu! Armatia Keponakanmu! Jangan jadikan dia Monstermu untuk balas dendammu ke Mas Ar, Mas Alwin, dan Mas Asgar! Bukan mereka yang membunuh Ayahmu, yang membuat Ibumu bunuh diri! Mas Asmir, buka pintunya!"

Sementara di luar Pintu, berjaga beberapa Ajudan Asmir. Mereka menghela nafas, merasa bising mendengar teriakan Cantini Nyonya Besar mereka yang istri dari Asmir.

Cantini berhenti berteriak, diamatin sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa membuatnya melarikan diri dari kurungan Asmir, dan menyelamatkan Armatia dan Artito Kedua Keponakan kontannya yang segera dalam bahaya besar.

Akhirnya Dia meletakan kedua telapak tangannya bertumpuk, lalu di putar tepat beberapa senti di depan dadanya. Tidak lama tampak Sinar berwarna kuning. Lalu perlahan Cantini melepas Sinar itu ke Jendela Kamar. Sayangnya Sinar itu mental, tidak bisa membuat lubang untuknya melarikan diri.

"Sialan!" makinya, "Mas Asmir tahu Aku pasti berusaha melarikan diri. Dia pasang Perisai Naga Neraka Ilmu milik Ayahnya itu, sehingga Jendela atau permukaan apa pun tidak bisa kubobol dengan Six Senseku yang terbatas ini."

Mendadak Dia terdiam, lalu menyemburkan darah dari dalam mulutnya, kemudian terduduk di lantai.

"Sialan!" makinya lagi, "Kenapa Aku bodoh ngotot menikah sama Iblis itu? Padahal Mas Alwin sudah mengatakan bahwa Mas Asmir tidak sungguh-sungguh bertobat karena mencintaiku. Sekarang Mas Asmir berhasil mencekokinku Racun milik Ayahnya." Dia lalu menyemburkan lagi darah dari dalam mulutnya, badannya mulai rubuh ke depan.

Dia lalu berusaha mengangkat badannya, namun tersuruk jatuh lagi. Tapi Dia tidak menyerah. Dengan sisa tenaganya, ditengadahkan Telapak Tangannya, lalu sekejap ada Ponsel dari Alwin. Alwin tahu Cantini pasti akan dihabisin Asmir hari ini, maka diberikan Ponsel, disuruh disimpan di Telapak Tangan kanan Cantini.

Cantini berusaha menemukan nomor Ponsel Armanto atau Alwin di Ponsel tersebut, karena kedua matanya mulai memburam akibat Racun yang dicekokan Asmir. Akhirnya Dia menemukan nomor Armanto, langsung dibuat Panggilan Telpon ke Armanto. Namun malang, Armanto tidak menjawabnya.

+++

Sebuah Gudang

Pelabuhan, Singapura

CLETAR..CLETAR..

Cambuk berkali mengenai tubuh Sardi yang hanya mengenakan Celana Dalam, Kedua kaki dan Kedua tangan diikat di Tiang berbentuk Salib. Mulut Sardi disumpal sehelai Kain yang digulung, agar Sardi tidak menjerit-jerit kesakitan.

Pria yang mencambuk Sardi berhenti, lalu menggerakan Jari Telunjuknya ke udara, memberi isyarat kepada kedua Pria yang berdiri tidak jauh dari Sardi diikat dan disiksa. Kedua Pria itu menganggukan kepala, lalu segera mengambil ember yang berisi Bensin, dan disemburkan cairan berbahaya tersebut ke sekujur badan Sardi yang sudah penuh luka Cambuk.

Sardi terjingkat-jingkat kesakitan, sebab Bensin masuk ke dalam luka-lukanya. Kedua matanya menatap tajam penuh amarah ke Pria yang mencambuknya.

Pria itu kembali mencambuk Sardi..

CLETAR..CLETAR..

Hingga sejurus kemudian, diluar dugaan,

DAR-DER-DOR..

Terdengar desingan puluhan Peluru Timah menjebol Pintu Gudang, lalu masuk Kun salah satu Ajudan Armanto bersama beberapa Pengawal Rahasia. Mereka memberondongkan Peluru-Peluru Timah ke para Pria yang menyiksa Sardi.

Saat Sardi mau mengirimkan Pesan ke Alwin, rupanya Kun sudah diutus Alwin untuk mengintai Sardi. Alwin feeling Sardi pasti ketahuan sama anak Buah Asmir, yang dicurigai akan melakukan sesuatu mengerikan saat Peresmian Cakra Link.

Para Pria itu mental, dan tewas dengan Peluru-Peluru Timah bersarang di badan Mereka. Garin dan Ranto cepat membebaskan Sardi, dipapah mereka, segera dikeluarkan dari Gudang ini.

"Kun." Sardi menghentikan langkahnya, "Jangan hiraukan Aku. Lekas Kamu minta Matt menyelamatkan Tuan Muda dan Nona Cilik. Keduanya diincar Tuan Asmir."

"Matt sudah bergerak ke sana." Sahut Kun, "Sudah Kamu harus tetap hidup. Kamu saksi."

+++

Aula Kantor Pusat Cakra Link

Singapura

Tiara melipir dari keramaian, lalu mengeluarkan Ponsel dari dalam Clutch mahalnya. Dihubungin Artito Putra sulungnya.

"Tito." Disapa Putranya ini saat Panggilan Telponnya tersambung ke Ponsel Artito.

"Iya Ibu." Sahut Artito saat ini masih di kamar Armatia. Dia menjaga adiknya ini. "Bagaimana acaranya, Bu?"

"Berjalan baik, Nak." Tiara merasa hatinya semakin tidak enak, "Tito, apa Kamu ama Tia baik saja, nak?"

"Kami baik, Bu. Tapi ini Tia lom mau bubu juga. Katanya menunggu Ayah sama Ibu pulang."

"Kalo begitu Ibu pulang sekarang ya. Biar Ayah saja yang melanjutkan Acara di sini."

"Oke Bu. Kami tunggu ya."

"Iya, Nak." Tiara segera mengakhirin Panggilan Telponnya, bergegas mencari Armanto. Namun dihadang Asmir, "Mas?" dia heran dihadang Asmir, "Ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Cantini?"

Tiara bertanya sebab Asmir datang sendirian ke Acara ini. Kata Asmir, Cantini tidak enak badan, hanya menitip salam saja untuk Armanto dan Tiara.

Asmir tersenyum mendengar ini, "Cantini stabil keadaannya. Dia baru tidur kata Mbok Ami."

"Syukurlah." Tiara lega, "Yara ke Mas Ar dulu ya." Lalu berjalan ke sebelah depan Asmir, tapi tangannya diraih tangan Asmir, "Mas?!" ditatap Asmir.

"Jangan lakukan apa pun."

+++

Kediaman Keluarga Satyawan

Singapura

Tampak di luar Rumah mewah Armanto berhenti tiga Jeep yang tadi meninggalkan Gedung Cakra Link. Lalu terlihat juga beberapa Jeep lain, dimana di luar Jeep sudah berdiri banyak Pria berpakaian Hitam memegang Senapan Mesin. Kemudian turun semua Pria yang berada di dalam Tiga Jeep, bergabung sama orang-orang itu.

Tidak lama datang Jeep Mercy mewah berwarna Hitam Metalik. Lalu turun Asmir bersama beberapa Ajudannya. Mereka semua memakai pakaian hitam dan bertopeng.

"Gimana?" tanya Asmir ke salah satu Pria bertopeng yang adalah Dalas Assistennya, "Sardi sudah dihabisin?"

"Maaf Tuan Besar, Sardi lepas."

"Bagaimana bisa?"

"Dari rekaman CCTV, Sardi diselamatkan Ajudan-Ajudan Tuan Besar Armanto."

Asmir terdiam, lalu,

"Dams!" makinya, "Alwin!" Dia tahu siapa yang menggerakan Kun membebaskan Sardi, "Lagi-lagi Dia."

"Tuan?"

"Sudah sekarang perintahkan orang-orang di beberapa Titik jalan yang menuju ke rumah ini untuk menghabisi siapa pun yang berusaha sampai kemari."

"Baik, Tuan."

avataravatar
Next chapter