1 Prolog

Bunga-bunga Sakura bermekaran, tumbuh subur berteman langit yang cerah. Hari demikian berwarna, seindah guratan senyum di wajah pria itu saat melihat bayi mungil dalam pelukannya. Matanya berkaca-kaca menatap putri kecilnya yang akhirnya terlahir ke dunia setelah hampir sembilan bulan ia menunggunya.

"Kau ingin memberinya nama siapa?" tanya wanita muda yang sedang berbaring lemah di atas ranjang Rumah Sakit, menatap pria bermata sipit yang tengah menggedong buah hatinya.

"Aku boleh memberinya nama?"

"Tentu saja."

"Aku akan memberinya nama Arishita."

"Nama yang cantik."

"Iya, sangat cantik, meski sayangnya aku tak akan bisa bersamanya saat dia tumbuh menjadi gadis yang cantik."

"Apa maksudmu?"

"Aku hanya menunggu sampai kau melahirkan putriku," kata pria itu sembari menetakkan bayi kecilnya kembali ke ranjang bayi dan duduk di samping wanita berwajah Melayu yang sedang menatapnya bingung. Pria itu juga tampak bingung, tetapi kemudian ia tetap melakukan apa yang hendak dilakukannya sejak sembilan bulan lalu. Ia meraih amplop di atas meja yang tadi ia letakkan di sana demi membuat dirinya bisa mengendong bayi kecil dengan leluasa.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Aku sudah menandatangani surat cerai ini. Hanya menunggu darimu. Setelah itu kita resmi berpisah."

"Imamura!!!" wanita itu seketika bangun dengan wajah terkejut.

"Kita tidak bisa bersama lagi. Ini yang terbaik untukmu, juga bayi kita."

"Aku mohon jangan lakukan ini," wanita itu menangis sejadi-jadinya.

Tetapi, Imamura sama sekali tak memedulikan. Ia tetap meminta wanita itu menandatangi surat cerai yang dibawanya.

"Soal biaya hidup, kau tak perlu cemas. Dia akan tetap berada dalam tanggung jawabku dan sebagai ayahnya tidak akan kubiarkan dia hidup dalam kekurangan."

"Imamura..."

"Maaf, aku harus mengambil keputusan kejam ini."

avataravatar
Next chapter