webnovel

thirteen

"Aku mencintamu! Kau mendengar kata itu dan tidak tahu pikiran siapa yang sudah kau baca karena Reza datang di saat kau sedang mencoba membaca pikiran Wisnu, benar begitu?" tanya Mia mereka saat ini mereka sedang berbaring di bawah pohon belimbing membentang tikar dan selimut tebal sebagai alas berbaring menatap langit malam berbintang.

Citra bergumam dengan potongan kecil wortel di mulutnya. "Hm.. masalahnya kenapa kau memberitahunya!"

Mia mengambil potongan buah lainnya, mereka terlihat sedang piknik di bawah sinar bulan, suatu acara yang aneh. Sebagian orang akan piknik saat libur dan di siang hari tapi mereka malah piknik di malam hari.

"Itu, karena kau sudah menyuntikkan asam ke dalam pembuluh darahnya, membuatnya kehilangan akal karena cemburu bahkan menyeretku untuk mengikutimu sampai ke toko buku."

Citra menghela napas berat "Mia.. aku tidak bodoh! Aku merasa kalau kau sengaja pergi dan mengikutiku kau bahkan juga berbelanja dengan sangat senang di sana. Apa kau ingin aku membaca apa yang ada di dalam kepalamu sekarang?"

Mia terbatuk parah "Tolong jangan! Aku mengaku salah.. tapi itu juga tidak sepenuhnya salah ku, sepertinya kalian memang memiliki satu kesalah pahaman, bagaimana kalau kau membiarkannya untuk menjelaskan sedikit padamu." Mia mencoba membujuk.

Citra menggigit wortel di mulutnya dengan nikmat "Mia.. di bilang... kalau hubungannya dengan gadis waktu itu tidak ada hubungan apa pun.. sejak dulu.. dia juga sudah mencintaiku.. ini.. aku masih tidak bisa mempercayainya. Kau tahu jika seseorang ingin di maafkan maka dia akan mencari alasan untuk membenarkan dirinya sendiri."

Mia tidak menyalahkan cara pikir Citra yang selalu logis "Kau benar! Tapi.. apakah ada laki-laki yang akan berkorban seperti dia. Demi mencarimu dia telah melakukan banyak cara."

Citra diam tangan kirinya terangkat seperti akan menyentuh sesuatu "..Entahlah, aku sudah lama tidak peduli pada hal seperti itu. Tapi.." Citra terdiam sejenak merasakan detak jantung Wisnu sebelumnya "...Dia berkata sesuatu yang membuatku merasa hal yang aneh."

Mia duduk menatap Citra "Mengatakan sesuatu? Sesuatu seperti apa? Dan apa juga yang kau rasakan."

"Dia... bilang 'Jika kau tidak bisa membaca pikiranku! Maka rasakan detak jantungku!.'.."

"Wow! Dia bahkan bisa bersikap romantis di depan umum seperti itu. Kau mendapatkan pria yang setia sobat."

"Setia.." gumam Citra pelan "Setia seperti apa? Jika dia mencintaiku dia tidak akan memperlihat sesuatu seperti itu di depan mataku! Dia tidak akan berkata seperti itu juga padaku!" Citra berbaring menyamping mengunyah sedikit demi sedikit potongan wortel yang di buat seperti stik di mulutnya "Aku mencintaimu? Huh! Kata seperti itu hanya sebuah penghiburan, aku tidak peduli pikiran siapa yang aku baca saat itu!"

"Citra! Mungkin saja itu pikiran Wisnu bukan? Kau juga pernah bilang terkadang sulit membaca pikiran kak Reza.."

"Aku tidak peduli! Ah, ngomong-ngomong apakah kau sudah menelepon tukang servis mobil. Aku tidak akan menumpang di mobilnya lagi!" tegas Citra.

Mia menelan ludah "Mereka sudah memeriksanya dan mobilmu sudah baikkan sekarang!?"

"Apa yang rusak kali ini?"

"Itu.. mereka bilang aki nya yang harus kau ganti, mungkin karena sudah lama.." Mia tidak tahu sudut bibir Citra terangkat ke atas dengan jahat.

"Akinya baru saja aku ganti satu minggu lalu, katakan ini pekerjaanmu bukan. Supaya bisa berangkat bersamanya? Mia.. jangan lakukan itu lagi kalau tidak aku akan pergi dari sini.."

Mia segera mengangkat tangan tanda menyerah "Baik! Tidak lagi! Kenapa sangat sulit menipumu.." gumamnya.

Citra bergumam karena hidupku sudah penuh dengan kebohongan. Tapi sayangnya apa yang di gumamkan Citra, Mia tidak bisa mendengarnya.

***

Ke esokkan paginya seperti biasa Wisnu melewati kos Citra berlagak tidak di sengaja menghentikan mobilnya ketika melihat dua gadis itu berdiri di samping mobil mereka. Wisnu menjulurkan kepalanya dan bertanya "Butuh tumpangan lagi?"

Citra mengerut kening tidak senang, semenjak kedatangan Wisnu hari-hari tenangnya sebagai mahasiswa baru berantakan. Citra mendengus berbalik dan masuk ke dalam mobil sedangkan Mia yang mendapatkan tatapan penuh tanya Wisnu mengangkat tangan tanda tidak tahu.

Tit.. ttiiiit..

"Woi minggir! Memangnya ini jalan punya bapak mu! Minggir!" teriak Citra beserta bunyi klakson mobil yang melengking. Wisnu menghela napas berat dan melajukan mobilnya ke jalan raya. Mobil mereka beriringan wisnu setiap tiga detik selalu melihat kaca spion untuk melihat mobil di belakangnya tepatnya pada pengemudi mobil sedan di belakangnya.

Citra menggerutu sepanjang jalan "Apa dia tidak tahu cara menginjak gas? Kenapa mobilnya sangat lambat!" citra beralih pada Mia "Mia! Kau punya nomor ponselnya bukan cepat telpon dia dan suruh dia menginjak gas mobilnya!"

Mia melakukan apa pun yang di minta sahabatnya, Citra kalau sedang bad mood selalu membuat Mia ketakutan.

"Oi.. Mia.. ada apa?" suara ramah Wisnu terdengar di ujung telepon. Citra langsung menyambar ponsel Mia menarik napas dalam-dalam dan berteriak penuh kemarahan.

"APAKAH KAU IDIOT! INJAK GAS MOBIL MU! JIKA AKU TERLAMBAT SAMPAI KAMPUS KAU AKAN TERIMA SENDIRI AKIBATNYA!"

Citra menghela napas lega dan tersenyum puas setelah melepaskan emosinya, benar saja mobil yang di kemudikan Wisnu melaju lebih cepat membuat mereka juga lebih cepat sampai di kampus.

Entah kenapa setiap kali Citra ingin menjauh dari Wisnu selalu saja mengalami kesulitan, seperti tangan takdir tidak membiarkan mereka untuk berjauhan, seperti contoh saat ia akan mencari parkir semuanya telah terisi penuh, hanya ketika ia menemukan satu yang kosong mobil Wisnu sudah terparkir di sebelahnya.

"Tuhan memang adil. Apakah tuhan sedang menyiksaku lagi?" gumam Citra merungut sambil keluar dari mobil.

Mia tertawa kecil "Tuhan sangat menyayangimu karena itulah dia selalu membuat kalian selalu bersama."

"Cuiih.." Citra membuat gerakan meludah melotot dengan tatapan tajam pada Wisnu yang bersandar di pintu mobilnya. "Dasar gila!" ketus Citra dan pergi.

Mia terkejut "Apa ini? Apa mataku salah lihat? Gadis itu tersenyum?" Mia yang melihat sikap sahabatnya yang sedikit aneh pagi ini bertanya-tanya. Kenapa ia merasa emosi Citra naik turun sekarang. Kali ini meskipun Citra menyebutkan Wisnu gila tapi ada senyum kecil di sudut bibirnya. Mia tertawa senang "Apakah hatinya mulai tergerak sekarang?"

Mia memberikan semangat pada Wisnu tapi tidak berlangsung lama suara Citra kembali terdengar "Mia! Jika kau masih di sana aku tidak akan membiarkan mu naik mobilku lagi!"

Mia mencebik kenapa ancamannya selalu seperti itu "Kau selalu mengancamku! Apa kau benar-benar sahabatku! Setidaknya kau biarkan aku merasa senang sedikit.."

"Karena aku sahabatmu maka aku tidak akan membiarkanmu selingkuh dari pacarmu!"

"Karena aku sahabatmu maka aku tidak akan membiarkanmu selingkuh dari pacarmu!"