webnovel

seventeen

Davi mengangguk setuju "Itu benar!"

"Benarkah!" tanya Citra kali ini dia lebih antusias dari sebelumnya membuat Davi dan Reza terdiam tidak bisa berkata-kata.

Perubahan yang sangat cepat. Kata mereka dalam hati.

Romeo yang mendapatkan kembali kepercayaan dirinya segera menegakkan duduknya dan mengangguk serius "Apa kau ingin pergi berkunjung ke sana? Kau tidak perlu membayar biaya perjalanan dan makan aku akan mengurus semuanya termasuk tempat tinggalmu." Katanya tidak lupa menyombongkan kekayaannya.

Davi dan Reza menggeleng tidak percaya dan bersandar di sofa menjadi penonton. Meskipun mereka semuanya kaya tapi mereka tidak akan bisa mengalahkan cara Romeo yang menyombongkan kekayaan miliknya.

Perhatian Citra sepenuhnya tertuju pada Romeo dengan mata berbinar-binar dia bahkan tidak lupa meminta nomor ponsel Romeo juga. Mendengarkan Romeo yang bercerita tentang banyak tempat yang indah dan bersejarah, Romeo bahkan tidak lupa menunjukkan foto-foto yang pernah dia ambil di tempat yang ia sebutkan dan menunjukkannya pada Citra.

Reza dan Davi menghela napas "Dia tidak pernah seperti ini?" kata Davi.

Reza mengangguk "Benar biasanya dia hanya membanggakan kekayaannya saja tanpa mau mengajak atau menceritakan begitu detail pada orang lain. Apa yang terjadi padanya, apakah dia benar-benar menyukai Citra?"

Davi menggeleng "Aku rasa tidak! Kau tahu.. dia pernah memiliki adik perempuan tapi sayang dia meninggal karena sakit. Sama sepertimu. Hanya saja kau harus kehilangan adikmu dan sampai sekarang kau masih belum menemukannya. Tapi setidaknya adikmu ada kemungkinan masih hidup. Berbeda dengan Romeo.."

Reza terdiam sejenak Davi benar. Reza menatap Citra yang mendengarkan cerita Romeo begitu antusias sejak pertemuan pertama mereka ia selalu merasa perasaan aneh terhadap Citra, perasaan akrab yang sulit di jelaskan tapi bukan perasaan suka dari laki-laki pada perempuan. Reza menghela napas berat. Tatapannya berubah sendu sampai sekarang mereka masih tidak menyerah untuk mencarinya.

"Kak Reza.. apa kau mau pergi bersama kami?" tanya Citra penuh senyuman di bibirnya, matanya berbinar cerah wajah cantiknya yang tertimpa cahaya lampu yang temaram membuatnya terlihat semakin mempesona.

Reza yang di tanya balik bertanya "Kau berencana ke mana kali ini?"

Citra menatap Romeo dan Davi bergantian "Hmm.. bagaimana kalau libur semester ini kita ke tempat Davi lalu libur selanjutnya ke tempat Romeo.." tanya Citra meminta pendapat. Reza melihatnya yang menunggu penuh harap tidak bisa menahan senyum.

"Baik.. tapi jika ke tempat Romeo ke mana kau akan pergi? Turki atau Perancis?" tanya Reza lagi.

Citra ragu-ragu karena kedua tempat itu memiliki destinasi pemandangan yang indah. Ia bingung harus memilih salah satu dari itu. Melihat kebingungan gadis itu Romeo menjadi tidak tega "Bagaimana kalau kau pilih kedua-duanya! Kau bebas memilih yang mana saja untuk kau kunjungi pertama kali dan memilih yang lainnya untuk kunjunganmu selanjutnya. Aku akan membiayai semuanya.." tegas Romeo.

Citra semakin senang dari dulu dia memang berkeinginan untuk keliling dunia, tapi dia tidak punya teman yang bisa di ajak pergi, pernah terpikir untuk mengajak Mia tapi temannya itu tidak akan pernah tenang untuk melihat banyak tempat dan melakukan semuanya dalam sekali jalan, bukannya dia berlibur malah menjadi pengasuh nanti. Citra bergidik ngeri dan setuju dengan pendapat Romeo.

Acara reunian mereka berada di sebuah kafe dengan dua lantai dan mereka sengaja menyewa lantai dua khusus untuk acara mereka malam itu. Lampu kuning yang menjadi penerang di setiap sudut kafe terlihat remang-remang namun sangat indah. Jauh di sudut yang lain Wisnu menatap tajam tiga orang laki-laki yang mengelilingi Citra.

Dan yang paling membuatnya panas adalah gadis itu tertawa begitu riang bahkan tidak berhenti-henti untuk tersenyum seolah cerita yang di dengarnya adalah sesuatu yang sangat lucu. Wisnu menggeretakkan giginya menahan marah. Berulang kali ia menghembuskan napasnya untuk menenangkan hatinya yang sedang mengamuk.

"Aku tidak tahu kalau Citra memiliki senyum yang begitu cantik.." gumam gadis di sampingnya yang sejak tadi juga menatap ke arah tempat duduk Citra dan tiga orang lainnya. Gadis itu sebenarnya hanya menatap Reza meskipun sesekali ia melirik pada Citra.

"Ya.. apa kau tidak mengejarnya? Dia berada di sini sekarang? Dan yang lebih mengejutkan lagi dia satu kampus denganku!" kata Wisnu sinis.

Pandangan gadis itu meredup "Andai saja aku bisa.."

Wisnu menoleh ke arah gadis itu menatapnya heran "Kenapa tidak bisa?"

Gadis itu terdiam sejenak lalu tersenyum tipis. Sebenarnya jika di perhatikan tatapan gadis itu pada Reza dan Wisnu sama persis jadi jika ada yang melihat dan memperhatikan itu mereka pasti akan langsung tahu, kalau gadis itu menyukai kedua pria itu.

"Sudahlah.. kau sendiri bagaimana? Apakah ada kemajuan?" tanya gadis itu tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Wisnu mendengus "Huh! Meskipun tidak ada aku akan membuatnya ada!" tekannya penuh tekat. Wisnu tidak menyadari tatapan gadis itu yang meredup ketika memandangnya.

"Yah.. kau seharusnya melakukannya sejak lama.." ujarnya menggantung. Tapi Kenzie tidak menghiraukan itu. Ia hanya terus menatap Citra yang tertawa bersama Reza, Romeo dan Davi. Tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi di sini, setelah sekian tahun tidak bertemu. Tapi kenapa mereka harus menarik perhatian gadis yang sedang ia kejar! Ini benar-benar tidak bisa di terima.

"Aku sudah mengatakan Cinta dan mengungkapkan bagaimana perasaanku padanya.." gadis yang duduk di sebelah wisnu terkejut "Tapi dia menolakku tanpa mau berpikir terlebih dahulu..!" gadis yang duduk di sebelahnya mengangkat sudut bibirnya ke atas tindakan itu sangat singkat dan kecil siapa pun tidak akan ada yang menyadarinya.

"Semua ini salahku.. jika saja aku tidak.."

"Ini bukan salahmu! Tapi salahku! Seharusnya aku mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.. tidak langsung melakukan tindakan seperti itu yang membuatnya begitu terluka.." kata Wisnu cepat memotong kalimat yang akan di ucapkan gadis itu.

"Tapi! Tetap saja.. gara-gara aku kau menjadi salah paham dan kehilangan gadis yang kau cintai.." katanya lagi dengan suara sedih.

Wisnu berkata lagi "Aku tidak sepenuhnya kehilangannya. Cepat atau lambat aku pasti akan mendapatkannya kembali. Tidak peduli seperti apa rintangan yang aku hadapi..!"

Gadis itu mengatup bibirnya wajah lembutnya sedikit berubah keras menatap tajam pada Citra tapi segera berubah. Gadis itu menghela napas ".. Andai saja.."

"Sudahlah! Jangan di ingat lagi masa yang telah lalu.." sekali lagi Wisnu memotong kalimat gadis itu. Dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari Citra.

Wisnu mengepalkan tangannya ketika melihat Reza menyentuh pipi Citra, dan mengusapnya beberapa kali, Citra bahkan tersenyum dan tidak menepis tangan itu menatapnya dengan lembut. Kenapa? Apa kau ingin membalasku? Tanya Wisnu dalam hati.

***