webnovel

Bertemu adik ipar

"Apa yang membawamu pulang kali ini?" tanya Damian. Ia telah menghabiskan sarapannya. 

Laki-laki itu adalah seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya. Hanya saja, ia sulit memperlihatkannya secara terbuka. Sikap dinginnya itu sama sekali tidak dianggap serius oleh Aldo karena adiknya itu tahu, kakaknya memang sedikit tertutup.

"Kenapa? Apakah kedatanganku mengganggu bulan madu kalian?" tanya Aldo sambil menarik kursi di samping kakaknya. Ia mengambil selembar roti tawar, mengolesi kedua bagiannya dengan selai kacang.

Sesekali, ia melirik ke arah Iris yang terlihat cemberut. Aldo mengira, kakaknya itu menikah dengan Iris. Ia tahu, gadis itu menyukai kakaknya.

"Kakak ipar, jangan cemberut begitu dong! Aku datang untuk mengucapkan selamat, lho," seloroh Aldo.

"Dia bukan kakak iparmu," kata Damian. 

"Hem?" Mulut yang sedang mengunyah roti itu menggumam heran. Ia menelan roti itu dan bertanya, "Lalu, kakak iparku yang mana?"

"Kau sudah melihatnya tadi," jawabnya singkat. Ia kembali ke kamar untuk mengambil kunci mobil. Tersisa Aldo dan Iris di meja makan.

'Pantas saja, Iris cemberut saat aku memanggilnya kakak ipar. Tapi, yang dimaksud Kak Damian itu yang mana? Aku baru datang dan baru bertemu dengan pembantu saja. Tidak mungkin, dia 'kan, yang dimaksud kakakku?'

Iris berpamitan kepada Aldo. Namun, laki-laki itu sedang tenggelam dalam lamunan. Tidak menyadari gadis di depannya sudah menghilang.

"Eh, kemana dia?" Aldo celingukan mencari Iris. "Mereka meninggalkan aku sendiri. Jahatnya," gerutu laki-laki itu.

Saat sedang asyik menyantap roti selai kacang, Julia datang membereskan meja makan. Ia mengambil piring kotor bekas Damian dan Iris. Wajahnya terlihat sangat bercahaya di mata Aldo.

"Anda membutuhkan sesuatu, Tuan?"

"Hah? Oh, iya. Bisa minta kopi susu?"

"Baik, Tuan. Tunggu sebentar," ucap Julia. Ia pergi membuat kopi susu untuk Aldo.

Laki-laki berusia dua puluh dua tahun itu terus memperhatikan Julia. Pakaiannya memang seperti pembantu, tetapi sikapnya tidak seperti seorang pembantu. Julia terlalu santai saat bicara padanya.

Gadis itu memanggilnya 'Tuan', tetapi tidak seperti pembantu pada umumnya yang menjaga jarak dengan majikan. Terlalu janggal bagi Aldo. Tidak ingin mati penasaran, ia pun mencoba bertanya.

"Maaf, Mbak, apakah nyonya rumahnya tidak ada? Aku sudah bertanya pada kakakku, tapi dia tidak memberitahu. Apa kau tahu?"

Julia sempat tertegun sejenak mendengar pertanyaan dari adik iparnya. Mau menjawab apa? Julia sendiri bingung, apakah di rumah itu ada nyonya pemilik rumah atau tidak. 

"Ini kopinya, Tuan. Saya tidak tahu, siapa nyonya di rumah di sini. Saya permisi," pamit Julia. Ia kembali ke kamarnya untuk mengganti selimut.

"Kenapa seorang pembantu, tinggal di kamar tamu? Ah, jadi pusing. Tapi, gadis itu sangat cantik. Senyumnya juga sangat manis, meski hanya tersenyum tipis. Jadi penasaran, kalau dia tersenyum lebar, kira-kira seperti apa ya?" Aldo membayangkan wajah Julia saat tertawa lepas. Tanpa sadar, Aldo telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Jangan berani membayangkan kakak iparmu seperti itu!" Damian mengambil jas yang tersampir di sandaran kursi di samping Aldo.

"Hah? Pembantu itu … kakak iparku? Kakak bercanda 'kan?"

"Tidak. Dan … dia, bukan pembantu." Damian pergi ke kantor bersama Iris.

Aldo yang terlanjur jatuh cinta, akhirnya patah hati di waktu yang sama. Tiba-tiba, Julia sudah ada di belakangnya. Laki-laki itu menahan tangannya.

"Tunggu! Apa benar, kau adalah Kakak iparku?"

"Secara teori, iya." Julia menarik tangannya. Ia pergi ke belakang dapur untuk mencuci selimut. Selama ini, ia hanya mengganti selimut di kamarnya. Dua kamar yang lain, ia tidak pernah masuk, kecuali terpaksa. Seperti saat Damian mabuk kemarin malam.

Aldo tidak mengerti dengan jawaban Julia yang terasa ambigu. Bagaimana bisa, ada istilah seperti itu dalam sebuah rumah tangga. Ditambah, mereka tidur di kamar terpisah.

"Aneh?" Aldo berlari menghampiri Julia. "Kenapa ada istilah secara teori begitu, Kakak ipar?" tanya Aldo yang masih penasaran. 

"Tuan muda, saya sedang bekerja. Bisakah, Anda, tidak usah mengganggu saya," ketus Julia.

"Hei, aku ini adik iparmu. Kenapa memanggilku 'Tuan muda'?"

"Tanyakan saja pada kakak Anda, Tuan!" Julia meninggalkan Aldo dan kembali lagi ke kamarnya.

Laki-laki itu semakin bingung. Aldo hanya tahu kakaknya sudah menikah lagi. Alasan dibalik pernikahan itu, Aldo sama sekali tidak tahu.

Selama ini, ia tinggal di Bali. Aldo memiliki bisnis resto di sana. Sejak tamat SMA, ia sudah merantau ke Bali karena malas melanjutkan kuliah. 

Dengan modal awal yang dipinjam dari ayahnya, ia membuka resto. Tempat tinggal Aldo tidak terlalu jauh dari Clara. Ia sering berkunjung ke rumah mantan mertua Damian itu.

Dari wanita itulah, Aldo tahu kalau kakaknya sudah menikah lagi. Namun, Clara tidak menceritakan secara detail tentang rumah tangga Damian dan Julia. Ia hanya mantan mertua, tidak memiliki hak untuk ikut campur dengan rumah tangga Damian.

***

"Julia!" panggil Damian saat pulang dari kantor.

"Iya, Tuan." Julia keluar dari kamar.

Aldo yang sedang berbaring di kamarnya, tersentak bangun. Keanehan itu sudah membuatnya benar-benar penasaran. Tidak dapat menahan rasa ingin tahunya, ia segera menghampiri mereka.

"Kak! Kalian ini sedang bertengkar, main drama, atau apa sih? Kenapa, Kakak ipar, memanggilku tuan muda? Dan kenapa memanggil, Kakak, suaminya sendiri dengan tuan?"

"Pergi! Siapkan air mandi untukku," perintah Damian kepada Julia. Setelah gadis itu pergi, ia pun berbicara dengan adiknya. "Tidak perlu banyak protes! Aku malas menjelaskannya." Ia tidak berani menatap wajah Aldo.

Adiknya hanya menarik napas panjang. Ia sangat bahagia saat mendengar Damian sudah menikah lagi. Melihat keadaan rumit seperti ini, ia bingung harus bersikap seperti apa.

'Aku tidak tahu, aku harus bahagia atau tidak dengan pernikahan kakakku ini. Sebaiknya, aku telepon Pak Kim saja.'

Dari Kimo, Aldo baru mengerti dengan situasi yang ada di rumah Damian. Pernikahan mereka terjadi karena terpaksa. Ada sedikit rasa bahagia setelah tahu, sang kakak tidak mencintai Julia.

Ia pergi ke kamar Damian setelah menelepon Kimo. Aldo meminta izin untuk mengejar cinta Julia. Permintaan itu jelas membuat Damian murka. 

"Apa kau gila? Kau meminta izin untuk mengejar istriku. Apa kau masih menganggapku sebagai kakak?"

"Kakak tidak mencintai Julia, memperlakukannya seperti pembantu. Jadi, apa salahnya, jika Aldo ingin mengejarnya. Atau, Aldo harus membeli dia dari, Kakak?"

Plak!

Damian menampar laki-laki yang selama ini begitu peduli padanya. Aldo hanya tersenyum tipis. Dari tamparan itu, ia tahu perasaan sebenarnya dari sang kakak.

"Maaf, Kak."

"Aku juga minta maaf. Aku refleks menamparmu. Meskipun, pernikahanku karena dijodohkan papa. Tapi, dia tetap istriku. Bagaimana jika papa tahu kalau rumah tanggaku bermasalah dan penyakitnya papa kumat."

'Heh! Dasar bodoh! Jelas-jelas kau peduli padanya, tapi masih berpura-pura tidak peduli. Sepertinya, aku harus turun tangan.'

Damian tidak mengerti, kenapa tiba-tiba marah saat adiknya ingin mengejar Julia. Padahal, ia membenci wanita itu. Namun, ia tidak rela jika wanita itu lepas darinya.

*BERSAMBUNG*       

Next chapter