webnovel

Biar Seimbang

Ini adalah ajang pembuktian bagi seorang perempuan yang terbiasa sangat manja adanya harus mendapatkan dimana perkara mandiri, ia berasa masalah ini bukan sekadar main-main karena itulah mengendalikan diri sendiri maupun kepercayaan bahwa Bening mampu mengatasi tanpa bantuan papa Leo.

Waktu membawanya untuk berusaha menuju ke PMI dalam mencari darah yang jelas-jelas mengantarkan dirinya harus bertahan meski di tengah-tengah rasa sakit pada perutnya pasca pendarahan, Bening mendapatkan sebuah panggilan juga dari kekasihnya namun baru kali ini dia cukup berani menentang bahwa satu-satunya penjaga bukanlah Bara melainkan Tirta.

Mendengar ucapan mengenai segala ancaman jelas yang ada justru mengarahkan untuk segera selesai ancaman tersebut hingga Bening mematikan telepon lalu melanjutkan perjalanan lagi.

"Aku sama sekali tidak suka ditekan oleh siapapun dan sekarang saatnya dimana aku harus segera melakukan beberapa upaya untuk menyelamatkan Tirta, dia adalah benteng terkokoh yang sekarang aku miliki dan aku janji ketika dia sadar nanti aku harus segera membicarakan keseriusan hati."

Menuju ke tempat PMI yang lainnya dimana dirinya justru mendapatkan masalah stok darah yang sama mengenai Tirta kosong, tetapi dalam hati Bening sendiri justru membuatkan percaya jika sang bodyguard sangat kuat.

Beberapa tempat PMI sudah ia coba namun tetap saja yang mengambilkan itu adalah perkara dimana tak mendapatkan apapun, tetapi bahwa mengenai ini dia bisa meminta kepada teman-teman yang dikenal untuk membantu akan donor darah.

Semua yang belum sampai akan mengenai ini dirinya hanya mengantarkan dimana ada seorang justru memberikan kabar bahwa stok darah sudah ada di rumah sakit meskipun sangat tahu bahwa kenyataan tak mengenal siapapun termasuk penolong baru.

"Lebih baik aku harus segera menuju ke sana sebelum orang itu pergi, sejujurnya aku sangat begitu ingin tahu siapa yang menolong Tirta."

Telah kembali menuju ke rumah sakit dirinya justru melihat seseorang yang baru saja keluar dari ruangan perawatan Tirta, Bening pun berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar tapi sayang langkahnya tersendat karena sakit pada perutnya.

Urusan darah sudah cukup selesai tetapi akan siapa yang sekarang hingga nanti menunggu di rumah sakit sedangkan besok pagi dia harus segera ke lokasi syuting lagi meski hanya beberapa take saja, Bening pun hanya termenung di kursi itu sampai dimana dirinya justru memperoleh sesuatu lebih nyaman di dekat orang dianggapnya resek ketimbang penampilan jantan bernama Bara.

"Bening...."

Terdengar sebuah suara lembut itu mengarahkan dimana adalah Tirta yang benar menjadikan kegirangan seorang perempuan di dekatnya hingga memeluk begitu erat, tiba saja laki-laki yang terbaring bersandiwara hilang ingatan dan membuatkan dimana sangatlah marah Bening.

"Sumpah bercandanya enggak lucu!"

"Utu, utu, utu jangan marah dong istri aku."

"Diam, kau ini masih sakit bukannya sehat malah masih gesrek aja itu otak."

"Lah kata kamu itu telah mengantarkan resek ini malah resek, gimana sih kamunya?"

"Dasar menyebalkan!"

Perempuan itu cukup kebingungan dimana akan apa yang ada justru mengarahkan diam saja sampai alih-alih malahan dilihat terus menerus, Bening salah tingkah ketika melirik Tirta dan mengarahkan memukul hampir mengenai perut bodyguard itu.

Suster pun masuk untuk menggantikan kantong darah dimana bersamaan juga dokter ingin memberitahukan kondisi terbaru pasiennya, mengenai permasalahan ini beruntungnya Tirta sama sekali tidak meninggalkan bekas luka hingga ke organnya.

Mendengar ini tentu saja apa yang mengarahkan sebuah mulut menyeletuk untuk iseng arahan adanya, akan tetapi Bening langsung memberikan mata tajam ke arah Tirta ketika pihak medis selesai maupun keluar dari ruangan itu.

"Apa kamu bilang?"

"Eh enggak dengar ya? Aku lupa ngomong apa."

"Ya ampun kenapa ya aku dihadapkan orang tak pernah sehat otaknya dan selalu saja justru gesrek semuanya."

"Enggak tahu, oh ya kamu pulang aja enggak masalah dan satu lagi aku hanya ingin kamu sehat terus di dalam situ itu juga sehat."

Bening benar-benar bingung bagaimana membalas ungkapan dari bodyguardnya yang justru ada selah kenyamanan merasuk ke dalam dirinya dan terlepas itu juga ia sudah berjanji akan memberitahukan mengenai perasaan tapi diurungkan lagi.

Beberapa diantara waktu yang ada perempuan tengah mengandung itu masih saja melihat tak ada kedipan sama sekali, laki-laki yang terbaring telah meraih tangan Bening dan hendak mengucapkan sesuatu malah dimana ponsel berdering.

'Clunting'

Papa Leo : Maaf papa tidak bisa ke rumah sakit karena papa sudah berangkat ke Johor untuk masalah perkembangan bisnis, tapi papa sangat berharap jika kamu bisa lebih mandiri tentunya

Bening : Papa, aku sangat tahu semuanya pasti ada masanya mandiri. Tapi jujur mengenai ini aku butuh papa

Papa Leo : Sudah, kau sudah besar dan harus bisa mandiri jangan semuanya bergantung dengan papa

Menjadikan dimana akan apa yang ada kali ini benar membuatkan perempuan itu hanya terdiam sangat kaku, sementara dimana pemikiran memang sejatinya dia harus mandiri tanpa ketergantungan orang lain termasuk papa Leo sekalipun.

"Jangan banyak melamun, sekarang yang paling penting adalah dimana kamu harus sehat dan kandungan kamu sehat."

"Siapa juga yang melamun, aku tuh mikirin kapan kamu pulang? Ya kali aja siapa yang betah di rumah sakit."

"Doain aja aku cepat pulih dan aku bisa jagain kamu lagi."

Perempuan tengah mengandung itu pun hanya berfokus bagaimana cara dirinya mengatakan pada lubuk hati akan mengutarakan kejujuran hati, akan tetapi jika dia mengatakan lebih dahulu jelas gengsi kembali masuk ke dalamnya.

Tirta yang tidak bosan memandang wajah perempuan itu selalu saja terbayang pesan emak dalam mencarikan anak dalam foto meski sudah puluhan tahun, laki-laki ini pun mengharapkan dirinya segera mempertemukannya meski waktu terus kian lama berjalan.

"Tirta, kenapa sih nama kamu mirip dengan teman aku? Ya memang sih kamu lebih wangi dibandingkan dia yang super kucel dan bau."

"Aku juga belum tahu kenapa emak berikan aku nama ini, tapi masalah wangi padahal aku bau acem loh."

"Aku beneran merasa kek cocok gitu, sebening tirta."

"Cocok apa ni, jadi suami istri gitu? Ha ha ha."

"Enggak usah ketawa nanti kalau kamu jatuh cinta sama aku jadi bingung kamu."

"Tirta jatuh cinta sama Bening? Oh ya jelas."

"Jelas apa?"

Sedang berada dalam kondisi serius tiba saja tangan Tirta mengarah ke jidat maupun leher Bening yang seakan tidak mau langsung mengatakan isi hatinya sementara perempuan itu terus saja berdiam dengan menunggu sebuah kelanjutan, tetapi bodyguard resek hanya menjulurkan lidahnya sembari mengatakan "Aku itu cintanya sama orang yang keibuan bukan killer kayak kamu, ya aku tahu profesi aku keras tapi karena itu butuh keseimbangan dalam kelembutan bukan sama-sama keras adanya."

Next chapter