1 Prolog

"Vanya lu mau ngapain, Nya? Jauhin benda itu dari tangan lu. Bahaya." suara pria tampan dengan nada yang bergetar ketakutan.

Aku tersenyum miring mendengarnya, aku suka saat mereka-korbanku menjadi ketakutan sebelum mereka sadar siapa diriku sebenarnya.

"Kamu takut? Ini kan cuma gunting, Dik. Gunting yang akan memotong masa depanmu ini. Hahahahah." ucapku dan semakin bertambah senang melihat raut wajahnya yang memucat dengan napas yang berderu kencang.

Pria itu-Dika berusaha mengguncang tubuhnya dengan kaki dan tangannya yang ia gerakan sekuat tenaga berusaha melepaskan ikatan erat yang aku ikat di berbagai sisi ranjang. Melihat dadanya yang kembang kempis disertai dengan teriakannya yang meminta ku agar berhenti membuat darah ku mendidih dan ingin segera menghabisinya sekarang juga.

Namun saat melihat wajahnya yang rupawan. Ku pikir aku akan membuatnya sedikit bersenang-senang terlebih dahulu, dengan cara menyayat wajah dengan ujung pisau yang sudah ku asah 5 jam penuh sebelum aksi ini ku mulai.

"Jangan deketin gue! Pergi lu gila! Psiko." teriaknya seiring dengan langkah ku yang mendekat kearahnya.

Aku menaikkan satu alis ku begitu saat tubuhku mendarat di dadanya yang masih kembang kempis. Setelahnya aku membungkukkan tubuh ku untuk memperhatikan wajahnya lebih dekat. Keringat sudah membanjiri seluruh wajahnya, bahkan sekarang tubuhnya sudah basah oleh keringat membuat ku semakin girang untuk bermain-main terhadapnya.

"Let's play, sayang." ucapku sebelum akhirnya memulai sayatan pertamaku di pipi kanannya.

Dia berteriak sangat kencang, sementara aku tertawa senang sambil sesekali mencium pipi yang bekas ku sayat itu, menjilat darahnya lalu menelannya hingga terasa nikmat di tenggorokan ku.

Sayatan kedua pun ku mulai. Aku menyayat bagian dahinya dengan ukuran yang panjang sampai daging kecil muncul di tengah-tengah sayatan yang ku beri. Kali ini aku tidak berniat untuk menjilatnya, aku ingin menghayati cara pria di bawah ku ini berteriak kesakitan dengan air mata yang deras keluar.

"Nikmat kan sayang mainnya? Gimana, apa kamu punya permintaan di bagian mana yang harus aku sayat lagi?" tanyaku.

Dia tidak menjawab, ia sibuk merintih kesakitan dengan mata yang terpejam. Itu membuat ku kesal, dan dengan sekali hentakan aku memukul dahinya yang berdarah dengan gagang pisau yang ku balik. Dan teriakan yang menggelar pun segera terdengar begitu aku melakukannya.

"Jawab sayang. Ow, atau kamu mau langsung ke puncak permainannya?" tanyaku mencoba untuk membuatnya bersuara.

Aku menegakkan tubuhku kembali, lalu membuat tangan ku yang bebas untuk merayap kebelakang untuk menyentuh benda besar yang sudah tidak lagi membesar seperti sebelum aku melakukan aksi ku tadi.

"Bagian ini akan sangat menyenangkan sayang. Apa kamu menginginkannya sekarang, hm?" ujarku sambil meremas-remas benda itu.

Di menggeleng kuat dengan mata yang masih terpejam dan mulut yang ia tutup rapat. Aku bertambah kesal melihatnya, aku tidak suka melihat korban ku hanya diam dan hanya mengeluarkan suara saat aku menyiksanya. Aku ingin mereka bersuara bahkan sebelum aku menyentuhkan benda tajam ke tubuhnya.

"Baik, kalau begitu aku akan langsung mulai ya." ucapku, lalu berdiri dari tubuhnya dan berpindah menjadi berada di sampingnya dengan penisnya yang saat ini berada di hadapan ku.

Aku kembali memegang penis itu dan menciumnya sekilas. Setelahnya aku memalingkan kepala ku ke arah cowok itu.

"Penismu sepertinya sudah nggak sabar ya." ujarku sambil tersenyum.

Gelengan kepalanya bertambah kencang saat tanganku meraih pisau yang sempat ku letakkan tadi. Ya, reaksi membuat ku bersemangat kali ini. Dan sepertinya aksi main-main ku sudah cukup. Sekarang saatnya aku memangsa korban ku untuk menjadikan ku seseorang yang lebih sempurna agar bisa mendapatkan pria muda sepertinya demi keberlangsungan hidupku nantinya.

Tanpa membuang waktu lagi, aku pun segera menebas penis itu dengan sekali tebasan. Darah yang segar langsung muncrat ke wajah ku dan mampir ke sudut bibir ku. Dengan tidak sabaran aku langsung menjilat darah itu dan mengabaikan teriakan sakit dari sang pria yang terdengar cukup indah di telinga ku.

Well, darahnya sangat lezat. Aku akan mencari mangsa-mangsa lainnya setelah aku bertambah sempurna nanti. Lihat saja.

to be continued

avataravatar