webnovel

To Be Young and Broke

Teresa seorang gadis berusia 18 tahun berusaha membalaskan dendamnya pada seseorang yang amat menyayangi dirinya, ayahnya. Tetapi jalannya tidak mulus, diantara dendam dan ayahnya, Teresa dihadapi oleh seorang teman, sahabat dan mungkin cinta pertamanya, di sisi lain kehidupan bersama Bintang seorang duda berusia 17 tahun lebih tua dari dirinya dengan kondisi sekarat menjanjikan pembalasan dendam yang lebih mudah dan cepat untuk dipilihnya. Apa yang akan terjadi diantara mereka? Pertarungan antara cinta dan dendam, masa muda dan kematangan, kemapanan dan kehancuran.

StrawMarsm · Teen
Not enough ratings
26 Chs

25| To Be Young and Broke

Teresa merentangkan kedua tangannya ke udara, gadis itu masih mengantuk dan matanya masih setengah terpejam seraya berdiri pada balkon dengan angin pagi yang terasa sangat menyegarkan. bayi di perutnya sekarang ini kurang lebih telah berumur tiga bulan, dan Bintang sangat bawel karenanya, lelaki itu sudah lebih dari dua puluh kali dalam minggu ini mengusulkan untuk Teresa berhenti sekolah dan menyewa banyak sekali tutor dan home schooling juga telah lelaki itu siapkan, gadis itu kembali menguap ketika mengingat semua perkataan dan saran yang agak memaksa itu. Gadis itu tidak suka belajar, satu-satunya yang ia bisa lakukan dengan baik sekarang ini mungkin hanya baca tulis dan matematika kelas 3 SD, selebihnya, gadis itu bahkan tidak ingat apa yang telah ia lalui di bangku sekolah selama 19 tahun hidupnya. Membayangkan selusin tutor akan duduk berhadap-hadapan dengannya dan mengajarkan semua pengetahuan di bumi ini, segala macam jenis hitung-hitungan atau sejarah manusia purba membuat gadis itu tiba-tiba saja merasa lelah dan kantuknya semakin menjadi lagi

Teresa nyaris terlonjak ketika sepasang tangan melingkar di pinggangnya

"SETAN!" Pekik gadis itu

"MANA" Teriak suara di belakang gadis itu

Gadis itu memutar tubuhnya dan mendapati Bintang sedang berdiri celingukan menjulurkan kepalanya ke bawah balkon

"Mas ngapain?" Tukas gadis itu masih mengatur nafasnya karena terkejut

"Awalnya saya peluk kamu, sekarang saya lagi cari setannya, mana?" Lelaki itu menjelaskan sambil matanya masih celingukan ke bawah balkon

"Mas" Tukas gadis itu membuang pandangannya

"Apa?" Saut Bintang lagi sambil masih mencari-cari

"Mas setannya" Tukas gadis itu membuang pandangan semakin jauh dari Bintang

Seketika pria itu menoleh dan matanya membulat

Teresa mencuri pandangan ke arah Bintang yang menatapnya dengan tajam dan gadis itu kembali membuang pandangannya ke sembarang arah "Aku kira tadi mas itu setan" Tukas gadis itu

Bintang mengangkat sebelah alisnya "Karena saya muncul tiba-tiba?"

Teresa dengan ragu-ragu memandang Bintang meskipun gadis itu kembali menunduk untuk membuang pandangannya dari Bintang sesekali "Aku lagi mikirin mas" Sautnya

Seketika seringai muncul di salah satu sudut bibir Bintang "Tentang apa?"

"Tentang home schooling yang selalu mas bahas" Tukas gadis itu tidak dapat menyembunyikan nada tidak sukanya "Baru bayangin tutor-tutor yang bakal seharian ngajarin dan mantengin aku belajar aja udah buat aku capek mas" Tukasnya lagi "Aku lagi hamil loh mas, gak boleh stress" Sambung gadis itu sambil menatap mata Bintang dengan memelas

"Terus?" Lelaki itu berlagak tidak mengerti

"Ya Kalo aku stress anak kita kasian. Dan aku bakalan stress banget kalo harus belajar terus, jadi aku gak usah home schooling ya" Rengek gadis itu

Bintang menyembunyikan tawanya dan merengkuh gadis itu dengan sebelah lengannya "Kamu harus tetap belajar Teresa, itu sangat penting untuk kamu" Tukas lelaki itu menatap istrinya dengan sayang

"Aku udah belajar kok" Saut gadis itu

"Iya saya tau, tapikan nanti perut kamu semakin besar dan kamu akan melahirkan, kamu perlu waktu untuk itu semua dan sekolah biasa saya kira tidak memungkinkan untuk itu" Tukas lelaki itu memberi pengertian

"Bukan itu" Tukas Teresa

"Terus apa?" Saut Bintang

"Aku belajar mencintai kamu" Tukas gadis itu sambil menahan geli pada perutnya dan seketika tawa gadis itu meledak

Bintang diam terpaku masih mencerna perkataan Teresa, ada gelenyar aneh di dadanya yang sulit sekali pria itu kendalikan dan tanpa ia sadar, kedua sudut bibirnya telah terangkat dan matanya hanya terfokus pada sosok gadis mungil yang sedang terpingkal-pingkal di hadapannya

Lelaki itu merangkul kembali istrinya "Itu sangat penting, itu pelajaran yang amat sangat penting" Tukas lelaki itu sambil membawa istrinya kembali masuk ke dalam rumah mereka

Teresa kembali menguap setelah keluar dari toilet kamarnya, banyak yang berubah setelah Bintang mengetahui kehamilannya, pria itu sangat berkomitmen dengan kesehatannya dan bahkan menyingkirkan semua alkohol yang ada di rumahnya, menyewa asisten pribadi yang khusus mengurusi masalah check up rutin dan segala obat-obatannya dan sesekali jika Julius datang berkunjung ke rumah mereka, topik utama yang mereka bahas bukan lagi soal hobi dan bisnis seperti sebelumnya, sekarang mereka lebih banyak membicarakan tentang kanker hati, metode penyembuhannya dan seputaran itu. Bintang menepati semua kata-katanya untuk membangun semuanya dari awal lagi. Pria itu mengkomunikasikan segalanya dan semakin terobsesi dengan istrinya

Pria itu seperti menjalankan dua peran untuk Teresa, pria itu menyiapkan seragamnya, tugasnya, buku pelajarannya, uang jajannya dan segalanya. Di satu sisi Bintang tetap berperan sebagai suami dengan menjamin segala hal tentang Teresa, dan di sisi lain, Teresa merasa perannya sebagai istri telah di dominasi juga oleh Bintang karena pria itulah yang mengurus segalanya tetang gadis itu di samping segala kesibukan kantornya dan jadwal berobat pria itu sendiri

"Mas, udah, aku bisa urus sendiri" Tukas Teresa ketika menyaksikan suaminya yang repot bulak-balik menyiapkan buku pelajaran gadis itu

"Sayang" Tukas pria itu sambil menatap Teresa "Tugas kamu cuma hamil anakku aja, sisanya biar aku yang lakuin buat kamu" Sambungnya lagi sambil melanjutkan kegiatannya menyiapkan tas Teresa

Teresa hanya menatap jengah pria itu sambil menggelengkan kepalanya dan mendekat ke arah pria itu seraya mengambil ranselnya yang sudah siap dengan segala isi buku-buku yang bahkan tidak diketahui oleh Teresa

Teresa menatap Bintang seraya duduk pada meja kerja pria itu sambil membenarkan letak dasi pria itu "Mas dulu kamu gini juga sama Adele?" Tanya Teresa dengan nada pelan yang ketus

Bintang seketika terdiam, kemudian pria itu seperti tenggelam dalam fikirannya

"Mas" Tukas Teresa lagi

Dan Bintang hanya memandang gadis itu tanpa berkata-kata

Melihat reaksi Bintang entah mengapa Teresa merasa kesal dan begitu saja berlalu meninggalkan pria itu

Teresa duduk menyantap sarapannya di meja makan dengan wajah masih memberengut karena kekesalan aneh yang timbul dalam kepalanya akibat reaksi Bintang dengan pertanyaan Teresa, gadis itu melahap roti selainya dengan rakus dan membiarkan selai itu berantakan di sekitar mulutnya

Bintang datang menghampiri gadis itu, pria itu duduk di kursinya dan tidak menyentuh sarapannya, fokusnya teralihkan pada gadisnya, Teresa.

Pria itu mengelap sudut-sudut bibir gadis SMA yang makan seperti anak TK itu dengan tangannya yang hanya diacuhkan oleh gadis itu

"Kenapa kamu tadi tiba-tiba tanya tentang Adele?" Pria itu balik bertanya yang membuat mood Teresa runtuh seketika

"Kanapa? Mas gak suka? Masih ada rasa?" Gadis itu balik menghujami Bintang dengan pertanyaan-pertanyaan spekulasinya

Pria itu menggeleng "Bukan itu, sebelumnya saya malah sama sekali lupa tentang Adele" Tukas pria itu lagi lalu perlahan senyum kembali merekah di wajah pria itu menyadari sesuatu "Kamu cemburu?" Tanya pria itu balik yang dibalas dengan putaran kedua bola mata istrinya

"Ya gak lah, penasaran aja" Tukas gadis itu sambil melahap rotinya dengan ekspresi wajah sebal

Bintang tersenyum melihat tingkah istrinya "Ngga, dulu saya tidak seperti sekarang ini, sikap saya dengan Adele tidak seperti saat saya bersama kamu" Tukas pria itu "Saya baru menyadarinya setelah kamu bertanya tadi. Saya tidak langsung menjawab pertanyaan kamu karena saya pun baru menyadarinya" Sambung pria itu sambil matanya tertuju pada Teresa dan mengabaikan sarapannya

"Maksudnya?" Tanya gadis itu dengan salah satu alis terangkat dan mulutnya penuh dengan gigitan roti selai

Bintang kembali terkekeh melihat istrinya dan kemudian kembali menyeka sekitaran bibir gadis itu dengan tangannya dan menjilat selai itu "Waktu saya dengan Adele, kami berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Adele dengan karirnya dan saya dengan perusahaan saya, kami bukan prioritas dari masing-masing" Tukas pria itu lalu mengambil selembar roti untuknya

"Loh bukannya waktu itu Adele juga lagi hamil? Kok mas bolehin dia tetep kerja semaunya dan gak memperlakukan dia kayak mas memperlakukan aku?" Tanya Teresa lagi dengan dahi berkerut, selintas gadis itu merasa lega karena hanya dia yang diperlakukan seperti itu oleh suaminya tapi di sisi lain gadis itu merasa kesal dan jiwa feminisnya timbul ketika menyadari mantan istri suaminya dulu terkesan diabaikan oleh pria itu

Bintang kembali tersenyum, dalam hatinya pria itu bersyukur karena istrinya tau lebih banyak tentang kehidupannya yang sebelumnya, menandakan jika gadis itu perduli dan tertarik dengan dirinya dan bukan hanya pria itu yang berusaha mencari tau tentang istrinya dan masa lalunya

Kemudian pria itu menggeleng "Saya juga tidak tau mengapa begitu, saya dulu sayang dengan Adele hingga berakhir menikahinya. Tapi saya menyayangi kamu tidak seperti perasaan saya pada Adele. Dulu juga saya merasa begitu terpukul saat wanita itu menghianati saya, tapi saya tidak menyangka bisa membahas ini dengan kamu dengan sangat santai saat kita sarapan" Tukas pria itu lagi "Saya rasa saya telah benar-benar melupakan Adele" Sambung pria itu acuh tak acuh

Teresa menyelesaikan gigitan terakhir rotinya dan sekarang fokusnya tertuju pada Bintang "Terus kenapa mas bisa naksir sama Adele?" Tukas gadis itu menyuarakan rasa penasaran di kepalanya

Bintang berfikir sejenak sebelum menjawab, pria itu seperti mengingat-ingat "Dulu saya satu SMA dengan Adele, keadaan keluarga saya tidak terlalu bagus saat itu, bukan soal ekonomi. Saya masih terlalu muda, tidak memiliki aturan dan selalu memiliki uang, saya berbuat sesuka saya dulu dan kemudian mengenal Adele, latar belakangnya mirip dengan saya dan saya merasa kami bisa saling mengerti. Hubungan saya dan Adele akan sulit kamu bayangkan, kami begitu bebas saat itu, tidak ada aturan dan selalu memiliki uang. Tidak ada komitmen diantara kami untuk waktu yang lama dan kami sibuk dengan kebahagian masing-masing" Tukas pria itu menceritakan kisahnya

Teresa diam saja tidak menanggapi, kepalanya menyatakan kisah itu begitu klasik dan merupakan reka ulang kisahnya dengan Roy, gadis itu tidak begitu menyukainya, karena kisah Bintang dan Adele berakhir tidak menyenangkan, dan mungkin juga kisah cintanya dengan Roy, gadis itu menggelengkan kepalanya membuang semua hayalan dan harapannya yang masih menginginkan untuk bersama Roy

"Kenapa kamu geleng-geleng?" Bintang bertanya melihat tingkah istrinya

Teresa menatap Bintang dengan raut muka jutek untuk menyembunyikan ketegangan dalam dadanya yang hampir mencuat karena memikirkan Roy dan nyaris tertangkap basah oleh Bintang "Mas sadar gak sih? Mas baru aja ngakuin kalo mas itu dulunya anak bandel" Tukas gadis itu menatap Bintang

Lelaki itu tersedak dengan potongan rotinya sendiri

Teresa menyeringai melihat gelagat pria itu

"Saya tidak mengelak, tapi itu semua tidak untuk kamu tiru" Tukas pria itu memberi peringatan "Ini bukan pembenaran atau sanggahan, tapi dulu saya tidak memiliki siapapun untuk saya pedulikan dan memperdulikan saya, sehingga saya bisa berbuat sesuka saya. Tapi kamu memiliki saya, anak kita dan keluarga yang sayang sama kamu, dan kamu juga telah menikah dengan saya, kamu telah menjalin komitmen, kamu tidak bisa serampangan seperti saya dulu" Tukas lelaki itu tatapannya tertuju penuh pada Teresa

Gadis itu hanya mengangguk-angguk saja kemudian bangkit dari duduknya

Bintang juga bergegas, pria itu melangkah mendahului Teresa "Hari ini kamu berangkat sama saya" Tukas pria itu

Teresa mendelikan matanya "Kenapa?" Tanya gadis itu heran

"Ga ada alasan spesial, saya hanya ingin mengantarkan kamu" Tukas pria itu menunggu Teresa untuk membuntut di belakangnya dan dengan satu dengusan nafas gadis itu membuntut di belakang Bintang

Teresa duduk di samping Bintang, Pak Bakti sempat berpapasan dengan Teresa, pria tua itu siap mengantar gadis itu, teresa hanya menyeringai ke arah Bintang "Hari ini Teresa saya yang antar pak" Tukas Bintang yang dibalas dengan senyuman ompong pria tua itu

Teresa menyandarkan tubuhnya pada jok mobil mencari posisi yang nyaman untuknya, gadis itu memasang seatbelt-nya, sementara Bintang dengan mulusnya mengeluarkan mobil itu dari halaman rumahnya, senyuman tidak hilang dari wajah pria itu sambil menyapa beberapa satpam dan karyawan yang berpapasan dengan mobilnya dengan kaca sampingnya yang terbuka

"Hari ini menang tender mas?" Tanya Teresa yang sedari tadi memperhatikan gelagat Bintang

Pria itu menoleh ke arah Teresa sembentar sebelum fokusnya kembali ke jalan "Mungkin"

"Oh pantes" Tukas Teresa membuang pandangannya ke jalan

"Kenapa?" Bintang balik bertanya

"Mas keliatan seneng banget, senyumnya gak ilang-ilang" Saut gadis itu dengan pandangannya yang masih fokus ke jalanan

Bintang kembali menoleh sebentar pada Teresa "Jelas banget ya saya keliatan happy?" Pria itu kembali bertanya dengan cengiran di wajahnya

Teresa mengangkat sebelah alisnya memperhatikan Bintang "Iya, kayak ada stempel di muka mas tulisannya 'LAGI BAHAGIA' pake capslock" Timpal gadis itu yang dibalas dengan tawa ringan Bintang

"Saya memang lagi bahagia, bukan karena tender" Tukas pria itu "Tapi karena istri saya tiba-tiba aja kepo sama masa lalu saya" Sambung lelaki itu

Teresa mengerutkan keningnya "Hah? Maksudnya? Aneh banget sih, masa dikepoin seneng, biasanya orang lain itu kesel tau" Protes gadis itu

Bintang kembali mencuri pandang ke arah Teresa sambil lagi-lagi senyumannya belum hilang "Gak tau, saya merasa seneng aja, istri saya tertarik sama kehidupan lalu saya, trus liat kamu cemberut waktu bahas Adele, buat saya merasa kalo kamu mulai punya perasaan sama saya" Tukas lelaki itu "Kalo dikepoin sama orang lain tentu aja saya kesel tapi kalo sama kamu, entah mengapa saya malah mengharapkannya"

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dengan sebuah cengiran yang menular dari Bintang

"Sayang" Tukas pria itu

"Hm" Saut Teresa

"Saya sudah memikirkan sebuah nama untuk anak kita" Tukasnya lagi

Sontak teresa menoleh pada pria itu "Kita belum tau ini anak cewe atau cowo mas" Tukas gadis itu

Bintang hanya menggedikan bahunya "Namanya netral kok kalo menurut saya" Sanggah lelaki itu

"Hm, apa namanya?" Tanya gadis itu mulai tertarik

"Rasi"

"Rasi?" Ulang Teresa

"Iya Rasi, dua huruf pertama Ra, itu dari nama kamu Resa, saya ambil Ra-nya" Pria itu memfokuskan dirinya untuk membelokan mobilnya dulu sebelum kembali menjelaskan pada Teresa "Sementara, Rasi adalah konfigurasi dari bintang-bintang yang ada di angkasa. Rasi itu presentasi dari nama kamu dan saya"

Teresa tersenyum dengan pemaparan pria itu "Kenapa gapake inisial nama depan aku aja mas, Te" Tukas Teresa

"Hmm?"

"Jadi Terasi" Tukas gadis itu sambil cengengesan

Bintang menatap istrinya dengan wajah kesal yang baru kali ini Teresa lihat dan bukan seram, lelaki itu terlihat menggemaskan

"Teresa, kamu yang benar saja. Anak saya itu anak manusia, dari orang yang saya sayang. Bukan sekumpulan udang ebi yang dikeringkan dan dibuat jadi bumbu makanan!" Protes pria itu dengan bersungut

Teresa terpingkal semakin kencang semetara Bintang semakin kesal

"Gak lucu" Rajuk pria itu

Wajah kesal pria itu membuat derai tawa Teresa semakin menjadi, butuh beberapa saat untuk gadis itu mengatur nafasnya dan berusaha menatap Bintang

"Rasi Arahap" Tukas gadis itu ketika derai tawanya mereda "Aku suka nama itu" Sambung gadis itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya

Bintang menoleh pada Teresa sekilas dan senyuman pria itu kembali "Rasi Adiwijaya-Arahap" Tukas pria itu "Saya mau legacy anak saya itu bukan hanya dari saya, tapi dari kita berdua"

Teresa tersenyum, dada gadis itu menghangat dan kemudian mobil itu sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Gadis itu membuka pintunya dan hendak turun sebelum tangan Bintang menahanya, begitu saja Bintang mengecup kening Teresa "Rasi kamu jangan buat mama muntah-muntah ya di sekolah, karena gak ada papa di sini, kasian mama kamu, kalo bisa papa aja yang kamu buat muntah-muntah, biar papa gak usah kerja dan papa punya alesan buat mama kamu gak usah sekolah" Tukas pria itu menunduk pada perut Teresa "Karena mama kamu paling gak bisa liat papa sakit, dia jadi di samping papa terus" Sambung pria itu seraya berbisik namun cukup kencang untuk didengar oleh Teresa

Teresa tersenyum melihat tingkah pria itu, sebelum gadis itu bergegas keluar dari mobil, Bintang kembali berbicara pada perut Teresa "Jagain mama, jangan biarin cowo-cowo lain genit-genit sama mama""Kamu boleh buat mama muntah-muntah kalo mereka deket-deket sama mama" Tukas pria itu lagi dengan panjang lebar

Teresa menarik kepala pria itu menjauh dari perutnya "Jangan yang engga-engga deh mas, anak kamu ini masih 3 bulan, jangan kamu suruh banyak-banyak, nanti kamu yang dia musuhin loh. Bisa aja anak ini buat aku mual-mual kalo deket-deket sama kamu" Tukas Teresa lalu mata Bintang membulat menatap ke perut gadis itu yang masih rata

"Rasi" Tukas pria itu lagi pada perut Teresa "Kamu taukan kalo saya ini papa kamu, jangan berani-berani ya buat mama kamu mual-mual kalo sama papa, nanti papa kasih nama kamu Terasi" Ancam pria itu yang membuat Teresa tertawa sekaligus kesal

"Enak aja! cape-cape aku bawa-bawa anak ini 9 bulan di perut aku, aku berhenti ngerokok dan mungkin keluar dari SMA untuk anak ini, kamu namain dia sama kayak udang ebi kering yang bau?" Protes gadis itu

Bintang terkekeh melihat tingkah gadis itu "Kan kamu duluan yang mulai" Tukasnya

Gadis itu memberengut "Iya, tapi aku gak serius, aku cuma isengin kamu aja" Celetuk gadis itu

"Ya aku juga enggalah, aku cuma isengin kamu juga" Tukasnya "Anak aku yang berharga ini, yang buat aku merasa punya kesempatan kedua untuk hidup, yang berhasil buat kamu terikat beneran sama aku, gak mungkin aku namain Terasi!"

Lalu bel sekolah berbunyi dan seketika Teresa melesat keluar dari mobi itu dengan berlari

Bintang melihat itu semua dan ikut berlari menyusul Teresa, gadis itu melesat menuju kelasnya sementara Bintang menatap marah pada guru disiplin yang berjaga di sekitar gerbang

Teresa seperti biasanya, setengah tidur mengabaikan ceramah yang disampaikan oleh gurunya. Gadis itu terang-terangan menguap dan setengah sadar berada di kelas itu sampai bel istirahat mengembalikan kesadarannya

Gadis itu dengan setengah menyeret dirinya sendiri berjalan menuju kantin, gadis itu menyadari beberapa pasang mata yang mendelik ke arahnya, itu bukan yang pertama untuknya banyak yang tidak menyukai gadis itu dan gadis itu sangat sadar akan hal itu, hanya mengabaikan seluruh tatapan itu dan melenggang menuju ke kantin

Gadis itu duduk dipojokan dekat tumpukan bangku dan meja rongsok, dengan sekantung kacang goreng, dua bungkus besar kuaci dan semangkok bakmi ditemani es teh manis. Gadis itu sangat menikmati kesendiriannya sebelum seorang yang tidak diundang melemparkan sebungkus rokok padanya

Teresa mendelik pada Jordan

"Kenapa?" Tanya pria itu pada delikan Teresa "Tuh gue bawain rokok, kenapa gue dipelototin?"

"Gue udah gak ngerokok" Tukas Teresa mengabaikan pria itu dan melahap mienya

Lelaki itu tertawa heran "Hah? Kenapa lu? Tobat? Insap? Lu udah frustasi sama kondisi Roy ya sampe tobat segala?" Pria itu menghujami Teresa dengan berbagai bertanyaan konyolnya

'Gue hamil bangsat' Saut gadis itu dalam hatinya dan hanya memutarkan kedua bola matanya pada Jordan untuk merespon pria gila itu

Jordan melirik pada makanan yang ada di meja Teresa "Lu lagi kena gondongan atau lagi gelar tahlilan?" Tanya pria itu lagi dengan cengiran konyolnya

Teresa meletakan garpunya dan memasang wajah jengah pada Jordan "Apa? Apa masalah lu?" Tukas gadis itu tidak berminat

Pria itu menggedikan bahunya dan mengerucutkan bibirnya "Ga ada, cuma heran aja, lu bawa dua karung kuaci sama sekarung kacang asin, ya gue kira lu kekurangan yodium atau kena gondongan gtu" "Aneh aja tiba-tiba lu berhenti ngerokok"

Gadis itu tidak memperdulikan perkataan Jordan dan kembali ke mangkok mie ayamnya

Jordan duduk di samping Teresa dan begitu saja menyesap es teh manis gadis itu "Lu tuh siapanya Bintang Arahap sih? Tanya lelaki itu begitu saja yang membuat Teresa tersedak potongan ayamnya, gadis itu begitu saja merebut gelas es teh manisnya dan mebiarkan Jordan ikutan terbatuk setelahnya

"Kenapa?" Tanya gadis itu setelah tegukan rakusnya pada es teh itu "Kenapa lu tanya itu?"

Jordan kembali menggedikan bahunya sambil tertawa "Seumur hidup selama gue jadi ketos muna di sekolah ini, baru tadi gue liat guru-guru disiplin ditatar sama Si Bintang gara-gara anak paling bermasalah di sekolah ini dengan alesan paling gak masuk akal sedunia"

Teresa mengangkat sebelah alisnya "Roy?"

Jordan memasang muka jengah pada Teresa "Lu lah, Roy kan lagi gak ada di sini" Tukasnya

Gadis itu menaikan kedua belah alisnya "Hah? Gue? Kok Bisa? Perasaan gue gak beronar belakangan ini"

"Nah itu juga yang jadi pertanyaan gue, kok bisa" Jordan balik menimpali

"Emang Si Bintang ngapain?" Tanya Teresa mulai tertarik dengan topik bahasan mereka

Jordan mendelikan matanya "Jadi tadi, waktu lu lari, dia juga lari keluar dari mobilnya" "Btw tadi lu diaterin dia ya?" Jordan malah bertanya di tengah ceritanya

"Heh Iya, diakan om gue, kebetulan aja lagi mau nganterin gue" Tukas gadis itu kesal karena Jordan malah bertanya padanya bukan menceritakan apa yang terjadi "Buruan cerita gak usah banyak nanya-nanya" Protes gadis itu

Jordan ikut mendengus "Yee, gue jugakan butuh detail dari lu, biar bisa gue simpulin apa yang sedang terjadi" Tukas lelaki itu membela diri sambil berwajah pura-pura serius

Teresa mendelik pada pria itu

Jordan mendengus dan melanjutkan ceritanya "Terus selama lu kelas tadi dia ngadain rapat yayasan mendadak! Lu tau kenapa?" Jordan lagi-lagi bertanya pada Teresa

Gadis itu menjitak kepala pria bodoh itu "Ya gak taulah bodoh! lu belom kasih tau gue malah nanya gue dasar stuwpid!" Omel gadis itu

Jordan mengerucutkan bibirnya dengan padangan sok serius "Dia protes karena bel sekolah pas jam 7.30 pagi! Gara-gara itu buat lu jadi lari-lari!"

Teresa melongo mendengar itu semua

"Lu ponakan macam apa sih sampe om lu bisa-bisanya protes hal konyol itu? Itu peraturan bel jam7.30 udah dari awal sekolah ini berdiri dan dari semua protes konyol yang gue denger ini adalah yang terkonyol" Seloroh lelaki itu "Siap-siap lu bakal dimusuhin seantero guru disiplin dan anggota yayasan! Wow Marvelous!"