111 Eps.72

PRANGGGGGG!!!!!!

Sebuah gelas pecah setelah menghantam dinding yang kokoh.

" brengsek!!!!!!!!! " pekik seorang wanita

" kenapa dia harus selamat!!!! seharusnya dia mati!!!!! kalo bukan karena dua cowok bodoh itu, Shea pasti lenyap... ARRGGHH!!!!! "

PRANGGGGGG!!!!!!!

Satu gelas lagi menghantam dinding kembali, tak lama kemudian pintu apartemen tersebut terbuka seorang wanita yang baru saja masuk tercengang saat melihat pecahan gelas yang berserakan di lantai.

" apa disini baru aja ada gempa??? " tanya wanita itu

" dari mana aja Lo?? "

" gue baru aja selesai meeting sama klien, Lo harus inget gue di Indonesia itu karena urusan kerjaan "

" apa Lo lupa sama rencana kita???? "

" rencana? sorry itu bukan rencana kita Val, tapi itu obsesi Lo untuk milikin Yesaya!!! "

" oh come on Clara, Lo jangan munafik bukannya Lo juga ngejer Alvarez... dan Lo datang kesini bukan hanya untuk sebuah pekerjaan!!!! tujuan kita sama " Valentine menyunggingkan sudut bibirnya

" mungkin apa yang Lo bilang itu bener, tapi gue enggak pernah ikut campur dengan rencana GILA Lo itu!!! " Clara sengaja menekan kata-kata ' GILA '

" apa lagi setelah aksi Lo yang selalu ngancem orang tua Lo, mau bunuh diri... " sambung Clara

" gue bisa ngelakuin apa aja demi tujuan gue Ra, dan nggak akan ada orang yang bisa ngalangin gue!! " seutas senyuman licik terpancar dari wajah Valentine

" rencana Lo itu melanggar hukum Val, Lo bisa di penjara!!! jangan sampe tingkah bar-bar Lo itu buat keluarga Retore menanggung malu, dan sebagai sepupu Lo, gue cuma mau ngingetin jangan sampe Lo nyesel di kemudian hari "

Clara berlalu meninggalkan Valentine, ia tak habis fikir bahwa Valentine memiliki rencana begitu keji kepada Shea hanya demi cinta buta nya pada Yesaya.

******

Hari yang cerah untuk jiwa yang bahagia, yah... mungkin seperti itulah yang dirasakan Shea dan Alvarez saat ini.

Kini mereka sedang dalam perjalanan kembali kerumah Shea karena sedari tadi Brian terus menghubungi Shea.

Bagaimana tidak, Brian sangat mencintai dan menyayangi permata hatinya bersama Vee, karena Shea lah yang selalu menyembuhkan kerinduan nya pada mendiang Vee.

Meskipun Shalu sudah menjadi istrinya dan memberikan anak kembar, itu sama sekali tak membuat Brian melupakan Vee yang sudah tiada karena Vee selalu menempati hatinya dan Shalu tidak pernah mempermasalahkan itu.

" iya Pi... aku sama Alvarez udah jalan pulang kok... bentar lagi sampe " ucap Shea setelah menerima panggilan telfon yang kesekian kalinya dari sang ayah.

" segitu sayang nya Om Brian sama Lo " ucap Alvarez setelah Shea mengakhiri panggilannya, sedang kan Shea hanya tersenyum.

" oh ya, selama gue nggak ada Lo kemana aja...? " tanya Alvarez, namun pandangan nya tetap fokus pada jalan

" gue? kemana lagi kalo nggak ke kampus terus balik kerumah... gue sepi tau nggak ada Lo!!! "

" sepi? sepi kenapa? " Alvarez mengerutkan keningnya

" karena nggak ada orang yang bisa gue ajak debat " jawab Shea dengan raut wajah dibuat sesinis mungkin

Alvarez sedikit melirik tajam ke arah Shea, sedangkan yang bersangkutan hanya cengengesan menunjukkan gigi kelinci nya

" jadi, Lo suka debat sama gue? " Alvarez menaikkan satu alisnya

" nggak gitu juga... pokoknya kalo nggak ada Lo rasanya sepi aja gitu nggak ada tempat buat curhat " Shea mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil

" lebih tepatnya, gue selalu kangen sama Lo... walaupun Lo nyebelin, tapi Lo buat gue selalu ngerasa nyaman " batin Shea

Alvarez tersenyum kecil, karena ia tahu apa yang ada di dalam isi hati Shea

" terus saat Lo bilang ' I Miss You ' ke gue, itu maksud nya apa? " Alvarez menyunggingkan sudut bibirnya tanpa menoleh ke arah Shea

" mampus " batin Shea

" siapa yang mampus? " ucap Alvarez yang masih fokus pada jalan, Shea langsung memiringkan kepalanya memandang Alvarez yang berada disampingnya

" nggak sopan banget sih Lo baca fikiran orang!!! " kilah Shea dengan berpangku tangan

" Jangan mengalihkan pertanyaan gue Shea " Alvarez kembali melirik Shea dengan tajam

Shea yang mendengar perkataan itu langsung gelagapan, ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

" em.. itu.. anu... maksud gue- "

" dan sejak kapan Lo jadi gagu? "

" gue ngomong kayak gitu cuma becanda doang kok " cicit Shea yang nyaris tak terdengar

Wajah Shea sudah merah padam karena menahan malu di hadapan Alvarez

" yakin??? " senyum jahil terpancar dari wajah tampan Alvarez

" udah ah... nggak usah bahas itu... fokus aja sama jalan, ntar nabrak... gue nggak mau mati konyol " balas Shea dengan ketus, samar-samar Alvarez tersenyum.

******

Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena manusia hanya berencana dan Sang Pemilik Waktu lah yang menentukan.

Sama halnya yang terjadi pada Yesaya sekarang, semenjak ia bertunangan dengan Valentine ia jadi jarang pulang kerumah peninggalan mendiang Wijaya ayahnya karena disana ada Valentine dan Mariam Omanya

Yesaya lebih memilih untuk pulang kerumah Bella bersama Antonio dan Morgan karena disini lah ia mendapat ketenangan untuk hatinya.

" Lo nggak pulang? " tanya Morgan yang menghampiri Yesaya di balkon kamarnya

" Lo ngusir gue??? " tanya Yesaya dengan dingin

" bukan gitu maksud gue, sensi amet sih Lo... lagi PMS ya... " goda Morgan dengan wajah jahilnya

" ntar di cariin tunangan Lo " Morgan mengulum senyum, karena sesungguhnya Morgan sedang mengejek kakak tirinya itu

" gue tau Lo ngejek gue " balas Yesaya dengan ketus

" May Be "

" kampret Lo!!! "

Sebuah toyoran mendarat tepat di kepala Morgan, namun bukannya kesal Morgan malah tertawa terbahak bahak

" gue nggak nyangka ternyata kisah cinta Lo bakalan serumit ini " Morgan menghela nafas kasar

" Lo aja nggak nyangka apa lagi gue... kalo aja gue tau hubungan gue sama Shea bakalan kayak gini, gue nggak akan pernah ninggalin Shea waktu itu... " lirih Yesaya,

Ia kembali teringat saat meninggalkan Shea yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit beberapa tahun lalu dan itu semakin membuat hati nya pilu.

" emang terkadang, penyesalan itu datang di belakang bro " balas Morgan sambil menepuk pundak Yesaya yang kokoh

" sekarang, Lo jalani aja skenario yang udah di rancang oleh Tuhan... " sambung Morgan sebelum ia meninggal kan sang kakak sendirian di balkon, Yesaya masih tak bergeming ia menatap lurus ke langit gelap yang sedikit di taburi bintang.

******

Drrrrrrrttttt Drrrrrrrttttt Drrrrrrrttttt

Getaran ponsel di atas nakas, membangun kan Shea dari alam mimpinya, matanya masih setengah terpejam saat menerima panggilan dari ponsel nya.

" siapa sih ganggu orang tidur aja " gerutu Shea, ia langsung menggeser tombol hijau

" ya hallo..... siapa sih!!!! nggak tau orang lagi tidur apa!!!! " suara Shea terdengar serak, khas nya orang bangun tidur

" astaga Shea... ini udah jam berapa!!!! Lo kekampus nggak sih??? "

Pekikan dari suara Janet, menghantam gendang telinga Shea secara beruntun dan itu berhasil membuat mata Shea terbelalak saat melihat jam yang tertempel di dinding menunjukkan pukul 9 pagi

" mampus.... gue kesiangan Jan " Shea langsung bangkit dari tidurnya

" Oh God Shea..... " geram Janet dari seberang

" udah nggak usah bawel, gue mandi dulu... bye " Shea langsung mengakhiri panggilan Janet, kemudian melesat dengan cepat menuju kekamar mandi

Beberapa saat kemudian Shea, dengan cepat Shea menuruni anak tangga menuju ruang makan sedikit menyantap sarapan nya untuk menganjal perutnya.

" Bik, Mommy sama Papi mana? " tanya Shea yang sedang menyantap roti tawar nya

" bapak sama ibu, sudah berangkat pagi-pagi sekali non untuk jemput nyonya dan tuan besar di bandara, si kembar juga ikut sama Ajeng " jawab Bik Ani

" kok nggak ada yang bangunin aku? " mulut Shea sudah di penuhi roti

" nggak bangunin gimana, orang tadi ibu sama bapak udah gedor-gedor pintu kamar non... non aja tidur nya yang kayak kebo" jawab Bik Ani lagi sambil meletakkan secangkir s**u di atas meja

" hu?? masak sih bik? " ucap Shea dengan wajah cengok nya

" hmmmmmm " Bik Ani hanya tersenyum sambil menggeleng kepala.

Setelah menghabiskan dua lembar roti tawar dan secangkir s**u, dengan cepat Shea menyambar kunci mobilnya.

******

" Kamu ngapain disini? "

Yesaya menatap dingin seorang wanita yang duduk di kursi kebesaran, saat ia membuka pintu ruangan nya.

" nungguin kamu... karena udah hampir satu minggu kamu nggak pulang kerumah dan nggak ngasih kabar ke aku atau pun Oma " wanita itu mengetuk-ngetuk jari tunjuk nya di atas meja kerja Yesaya

" mendingan sekarang kamu pergi, karena banyak kerjaan yang harus aku selesaikan " Yesaya sedikit menghempaskan beberapa berkas yang ia pegang ke atas meja

Wanita itu beranjak menghampiri Yesaya yang masih berdiri, ia membelai lembut wajah Yesaya dan sedikit menggoda nya

" I Miss you honey " ucap nya dengan lembut, sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Yesaya

" berhenti bicara omong kosong Valentine, ini kantor " ucap Yesaya dengan dingin lalu melepas kan lengan Valentine yang melingkar di leher nya

" aku berkata jujur Sayang.... aku kangen banget sama kamu " Valentine kembali memeluk Yesaya

Dengan kasar Yesaya melepaskan pelukannya, menatap tajam ke arah Valentine yang sama sekali tak merasa takut. Ingin sekali rasanya Yesaya meledakkan emosi nya jika ia tak melihat tempat.

" kamu kenapa sih Yes..... aku ini tunangan kamu!!! "

" Val... aku minta sekarang kamu pergi, aku banyak banget kerjaan " Yesaya masih mencoba untuk menahan emosi nya

" aku ingin mempercepat pernikahan kita, dan secepatnya kembali ke Toronto sama kamu " Valentine tak menghiraukan permainan Yesaya, justru ia mengatakan hal yang sebaliknya.

Bola mata Yesaya membulat saat mendengar ucapan Valentine yang menekannya, emosi Yesaya sudah sampai ke ubun-ubun

" kamu jangan gila Valentine!!! pernikahan itu bukan sebuah permainan... jangan memutuskan segala sesuatu dengan kehendak kamu!!!! dan jangan lupa, aku menerima pertunangan ini itu semata-mata hanya demi Oma nggak ada cinta di antara kita!!!!! " suara Yesaya sudah meninggi, bahkan wajah putih nya terlihat memerah karena gejolak emosinya

Valentine menyunggingkan sudut bibirnya, ia melihat kedua tangannya di d**a nya, berjalan dengan santai menatap keluar jendela

" aku tahu kamu masih mengharapkan Shea? sedangkan jelas-jelas Shea sudah melupakan kamu dan bersama cowok lain "

" dan itu semua karena kamu!!!! " tunjuk Yesaya

" No... Not me, but you!!! " Valentine menggeleng kan kepalanya, ia tersenyum sinis pada Yesaya

" kamu sendiri yang memilih aku, dan kamu sendiri yang menghancurkan kepercayaan nya... " sambung Valentine dengan tertawa sumbang.

" kamu nggak akan pernah bisa lepas dari aku Yesaya!!!! " kali ini Valentine yang menatap Yesaya dengan tajam.

" cepat atau lambat, suka atau tidak suka pernikahan kita akan tetap terjadi... " ucapnya lagi sembari berjalan dengan santai keluar dari ruangan Yesaya.

Aaarrrrrrrggggghhhhh

Yesaya mengacak rambutnya karena frustasi, kenapa ia bisa dengan mudah terjebak dalam permainan Valentine, dan kenapa ia harus mengikuti segala skenario yang di rancang oleh keluarganya.

PRANGGGGGG

Vas bunga diatas meja yang kini menjadi pelampiasan kekesalan Yesaya.

" wanita brengsek!!!!!!!! " Yesaya menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dengan mengepalkan kedua tangannya, nafasnya pun sudah terengah naik turun, ia mengusap wajahnya dengan kasar.

avataravatar
Next chapter