webnovel

Dosa Para Remaja

"Mereka terlalu sempurna, satu-satunya cacat yang mereka miliki adalah Persaingan mereka untuk menjadi yang terbaik!"

Itu adalah Pidato yang paling Berkesan di telinga para siswa tahun ajaran 2017-2018 yang dilontarkan Pak Sholih, kepala sekolah Angkasa, salah satu dari Tiga Asrama Pendidikan Tingkat Atas Terkenal di Metropolitan.

Yang mereka maksud.

Yang menjadi bahan perbincangan.

Yang menjadi titik tumpu dan tolak ukur.

Adalah mereka bertiga.

Jaya, Kaya, dan Maya.

Jangan terkecoh dengan nama mereka yang nyaris sama.

Mereka tidak bersaudara, tidak sedarah, juga tidak berasal dari ras yang sama.

Jaya dilahirkan dan dibesarkan oleh Pedagang Grosir yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam jumlah besar dengan harga murah. Wajah Oriental dengan kulit cerah dan bersih membuat banyak orang memaklumi kerja kerasnya dalam belajar.

Kaya tidak seberuntung Jaya. Tak ada yang mengenal baik latar belakang keluarganya. Ia sering menceritakan tentang sosok Ayah, namun tak ada yang pernah bertemu langsung dengan Ayahnya kecuali Pak Sholih.

Sedangkan Maya, anak asuh dari Bude Laksmi, pedagang rujak di kantin Asrama Angkasa. Ia mendapat keringanan Biaya karena pengabdian Bude Laksmi terhadap sekolah selama puluhan tahun. Sebetulnya Maya diangkat oleh Bude sebagai anak asuh sejak berusia 2 tahun.

Mereka bekerja keras demi pendidikan mereka.

Itulah yang kebanyakan orang ketahui dari mereka.

Malam itu Maya lagi-lagi keluar dari Asrama. Bertepatan dengan Acara Seminar Peminatan Universitas untuk siswa tingkat akhir.

Para Guru dan Perangkat sekolah, termasuk 'Elite', Organisasi Siswa pilihan Guru, juga ikut fokus melancarkan jalannya acara tersebut. Alhasil, Maya berhasil lolos dari pengawasan sekolah.

2 Kilometer diluar kawasan Angkasa.

Kendaraan berlalu-lalang lengang. Seorang Gadis mengenakan Jacket 'Hoodie' berwarna hitam menutupi rambut merah sepanjang bahunya, sangat samar dibawah bayang-bayang pohon yang menutupi riuh cahaya gedung di Metropolitan.

Pengendara mengenakan Helm Racing dan mengendarai sepeda motor Sport 500cc menghampirinya.

Maya : "Lama sekali sih, Jeff!"

Jeff : "Kan sudah pas jamnya? Bahkan sampai ke hitungan menit juga udah akurat!"

Maya memukul helm Jeff dengan kencang : "Klo emang udah ngerasa pas jangan banyak omong, jadi telat ntar!"

Jeff : "Ugh!!"

Sambil memacu Motor Sportnya Jeff menggerutu.

Tenang, Kalem, dengan goncangan yang nyaris tak terasa. Itu adalah kesan yang selalu dirasakan Maya setiap kali menumpang sepeda motor Jeff.

Tak hanya mampu merawat kendaraan, Jeff juga sangat mahir mengendarainya, hingga siapapun yang dibonceng merasa nyaman. Ia bahkan mengganti knalpot motor sportnya itu agar tak menimbulkan suara bising, nyaris sunyi.

"Kapan kamu akhirnya mau menyabukkan lengan ke perutku sih, Maya?"

Darah Puber Jeff tampaknya mengalir deras. Dengan paras imut dan ekspresi datar, Maya banyak menuai perhatian lawan jenis, termasuk dirinya.

"Monggo kalau mau, sekalian tanganku masuk 'sini' ya."

Tangan Maya mulai terasa menjelajah pinggang Jeff yang mengenakan kaos lengan panjang berbahan katun tipis.

Karena bahan kaos katun tipis yang tak banyak menghangatkan tubuh, angin yang membuat tubuhnya terasa dingin, ditambah sentuhan kedua tangan Maya yang kini sudah semakin mengarah ke pusar, membuat tubuh Jeff merinding, putingnya mengeras, darahnya berdesir deras, sesekali ia meneguk liurnya sendiri, hingga tak sanggup berkata-kata. Tak pernah terbayang gadis yang telah lama dipujanya akhirnya mau menyentuh tubuhnya, bahkan berani sampai ke bagian itu.

'Sedikit lagi... Turun lagi...'

Dalam hati Jeff bergumam, kedua tangan Maya yang melingkari pinggangnya kini sudah membelai lembut sekitar pusar Jeff, membuat aliran darah ditubuhnya mengarah ke sekitar selangkangan.

Kesekian kalinya Jeff menelan air liurnya sendiri, detak jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Seiring semakin kencangnya detak jantung Jeff, Maya semakin berani menjelajah tubuh Jeff.

Jeff tak merasakan jemari Maya yang berhasil melucuti kancing 'Jeans' milinya, hingga terlihat kain katun berwarna hitam didalamnya. Lebih jauh, sudah beberapa kali punggung tangan Maya menyentuh sesuatu yang berdaging cukup tebal dibawah sana.

Jeff seolah melajukan sepeda motor sportnya dengan kecepatan 150 Km/h. Adrenalinnya mengalir deras, hingga ia tak sadar diujung kain dalam 'Jeans' yang barusan sempat 'digerai' oleh Maya, tumpah banyak cairan 'birahi', akibat kuatnya rangsangan yang dipicu oleh gadis yang duduk tepat dibelakangnya itu.

Sensasi dingin tiba-tiba masuk kedalam kain itu, Jeff merasakannya dengan yakin, 'Maya melonggarkan Boxerku?!', ya, jelas sekali hempasan angin dari depan karena laju kendaraannya benar-benar masuk, ketika itulah ia baru merasakan boxernya yang melonggar. Tak hanya dilonggarkan, rupanya Maya menurunkannya hingga sebuah 'Ujung Kepala di sebatang Daging' terhimpit oleh bagian pinggang dari boxer Jeff itu.

Jeff merasa semakin sesak, ada gelora yang tak tertahankan yang ingin meledak, tak hanya di dada, tetapi di perut, juga batang hingga ujung kemaluannya.

"M... May, Tutup lagi May! Bisa-bisa keluar ditengah jalan nih!"

Jeffry melepas tangan kirinya dari kemudi Sepeda Motornya untuk membenahi boxernya, namun tangan kiri Maya dari belakang menahannya : "Nggak mau sekalian dikeluarin aja Jeff?" Tangan kanan Maya membelai bagian bawah pusar Jeff yang berbulu lembut, sementara tangan kirinya menghalangi tangan kiri Jeff yang masih berusaha membenahi boxernya tadi.

Batang kemaluannya berkontraksi akibat sentuhan Maya, Entah berapa ketukan detak jantung Jeff saat itu, namun ia tak lagi bisa mengendalikan dirinya, ia bisa merasakan bagian tubuh palin sensitif miliknya mengejang beberapa kali dan tak lama lagi meledak, meluapkan kepuasan yang luar biasa.

Sepeda motor berwarna Hitam dengan variasi stiker hijau itu berhenti perlahan.

Maya turun setelah kendaraan itu berhenti sepenuhnya.

Dilihatnya kaos dan celana Jeff yang dipenuhi bercak basah kental, putih.

Kedua tangan Jeff terangkat diudara, seolah bingung mencari apa yang bisa digunakan untuk membersihkan cairan kejantanannya sendiri itu.

Maya : "Makanya mikir dulu kalo minta yang aneh-aneh... Bocah lemah aja minta macem-macem."

Jeff sudah curiga sejak awal, Maya tak mungkin dengan sukarela mau menjamah tubuhnya, gadis jutek dan cuek itu pasti berniat mengerjainya.

Ia sampai tak bisa membalas ucapan Maya yang membuang wajah darinya.

Jeff merasa sangat kotor, malu. Ia meyakinkan diri semua pengemudi dan pejalan kaki tak melihat kejadian barusan.

Jangankan dengan orang-orang asing itu, dengan Maya saja ia merasa malu bukan kepalang. Ia menyesali permintaan mesumnya tadi.

"Hahaha, Hoi! Ngajak-ngajak kalo lagi seru-seruan di jalan rek!"

Sorakan asing membuat Jeff terkejut dan salah tingkah.

Maya menoleh kearah datangnya suara.

Dua orang pria dewasa dengan pakaian khas pemuda jalanan. Kaos lengan pendek, celana Jeans yang sobek disana-sini, juga gaya berjalan yang seolah dibuat-buat, terkesan sok bagi kebanyakan orang.

"Sini sama mas, pingin juga nih!"

Suara salah seorangnya cukup lantang dari jarak Maya yang berada sekitar 100 meter dari kedua pemuda itu.

Tempat disekitar mereka sangat sepi. Kendaraan tak banyak berlalu lalang, apalagi pejalan kaki. Pencahayaan lampu jalanan juga tak begitu baik, banyak lampu yanh terhalang koridor pohon, membuat jalanan di bawahnya terkesan gelap dan sunyi.

"Silahkan maju sini."

Jeff terkejut mendengar suara Maya yang dibuat-buat, terkesan imut.Walaupun ia sadar keimutan yang ditimbulkan suara Maya benar-benar dipaksakan, tapi kedua pemuda yang tak pernah mengetahui sifat asli Maya pasti terkecoh.

"Hey, May, jangan cari masalah!"

Bisikan yang dilantangkan itu cukup nyaring didengar Maya dan tak mungkin didengar kedua pemuda yang tak jauh lagi dari posisi mereka.

Maya tak menggubris Jeff, malah membuatnya makin heran dengan gestur menggoda yang sungguh, bagi Jeff sangat memuakkan.

Tidak begitu bagi dua pemuda yang tampak sedang dipuncak birahi itu. Mereka makin mempercepat langkah persis setelah Maya memanggil mereka dengan ucapan :"Sini mas...""